Lima

858 30 0
                                    

Quenn terdiam di meja belajarnya.  Setelah perkataan Dirga tadi pikirannya jadi terpecah. Dia kembali mengingat masa lalunya dengan Dirga. Padahal Quenn sudah sangat berusaha mengubur masa lalunya dalam-dalam, namun Dirga seolah menggali luka lama itu.

“Arggghh cukup Quenn cukup. Lo gak boleh lemah lagi. Lo musti bangkit dari keterpurukan ini. Wake Up Quenn! Please! Udah terlalu tinggi dinding yang lo buat untuk menghindari semua orang Quenn. Kenapa gue harus ketemu lagi sama dia? Kenapa!” Quenn menenggelamkan kepalanya dengan kedua tangannya diatas meja.

Quenn tidak mengerti bagaimana cara alam bekerja. Disaat Quenn benar-benar ingin melupakannya justru dia malah dipertemukan dengan sedemikian rupa. Bertemu dan diantar pulang oleh Dirga merupakan hal yang sangat tidak pernah terbayang dalam benak Quenn. Yang Quenn tau sejak saat itu Dirga hanya pergi tanpa menoleh ke arah Quenn sedikitpun.

Drrrttt

Quenn meraba ponselnya diatas meja dan mengangkat sedikit kepalanya untuk melihat layar, bernafas kasar setelah melihat nama pengirim pesan. Bian

From : Bian Ardiansyah
Quenn gue mau bicara. Lo kapan ada waktu?

“Apalagi sih ini? Kenapa mereka gak ngebiarin gue hidup tenang?” keluh Quenn. Dia tetap tidak mau menjawab pesan dari Bian. Quenn memilih pindah ke kasur dan meninggalkan ponselnya dimeja begitu saja.

“Kenapa jadi kagak bisa tidur gini sih? Ini tu udah lewat jam tidur gue, harusnya bisa dong langsung tidur.” Quenn bernapas kasar. Dia masih terbayang dengan ucapan Dirga saat perjalanan pulang tadi. Bagaimana tidak? Sudah satu tahun lebih Quenn tidak berbicara dengan Dirga dan selama itu pula mereka seperti saling tidak mengenal. Tidak salah jika Quenn belum bisa bersikap santai jika di depan Dirga.

***

Bagi seluruh siswa-siswi SMA Nusantara yang mengikuti ekstrakulikuler Jurnalistik, diharap berkumpul diaula sekolah saat jam pulang sekolah. Terimakasih.

Pengumuman itu menggema diseluruh ruang kelas. Guru pengajar kembali menjelaskan materi yang sempat ditunda selama pengumuman berlangsung.

Kriiiinggg

Bel pulang sekolah sudah berbunyi. Quenn beranjak menuju aula sekolah, Quenn duduk sendiri dibangku paling belakang, tak disangka banyak juga yang mengikuti ekskul jurnalis. Karena terlalu antusias Quenn tidak sadar Dirga telah duduk dibangku sebelahnya. Karna tidak ada meja penghalang, mereka jadi duduk terlalu dekat.

“Hai Quenn.” Sapa Dirga dengan ragu.

Quenn masih diam dia terkejut siapa yang sedang duduk disampingnya ini. Quenn tidak pernah menyangka akan duduk sedekat ini.

“Cassie..” bisik Dirga.

Quenn membelalakkan matanya, panggilan itu muncul lagi setelah satu tahun berlalu.

“Stopped! Why?” Quenn kesal.

“Gue cuma mau nyapa elo. Gue kira lo gak suka jurnalis, gue kaget juga lo ada disini. Jadi-” belum selesai Dirga berbicara Quenn sudah menghentikan Dirga dengan mengajukan ke lima jarinya ke hadapan Dirga.

“Enough.” Tanpa menatap Dirga.

“Oke. Sorry.” Dirga mengangguk.

Mereka kembali diam menatap guru pembimbing ekskul jurnalis yang sedang menerangkan sistem dan aturan ekskul ini. Belum menuju kegiatan inti, agar siswa mengetahui bagaimana dan apa itu jurnalistik.

“Baiklah jam sudah menunjukkan pukul 3 sore, kalian boleh pulang. Nanti saya akan mengumumkan kembali jadwal ekstrakulikuler jurnalis. Terimakasih.” Penjelasan Pak Rendy selesai.

Semua siswa beranjak dari aula, tapi tidak dengan Quenn. Bagaimana dia bisa pulang jika orang disebelahnya belum pergi. Posisi Quenn berada dibarisan pojok jadi dia hanya pasrah menunggu orang disebelahnya berbaik hati untuk menyingkir.

“Excusme.” Ucap Quenn ragu.

“Can we talk for a while?” tanya Dirga gugup.

“Gue harus pulang.” Jawab Quenn singkat.

“Give me little time. Please!”. Dirga memohon

“10 menit.” Singkat Quenn

“Oke. Gue minta maaf Quenn. Kasih gue waktu buat menebus semua kesalahan gue. Gue tau itu gak mudah tapi plis kasih gue kesempatan buat ngejelasin semua ke elo. Gue tau gue salah Quenn, gue mau memperbaiki semua. Bagaimanapun kita pernah bangun bahagia bareng, sekarang kita udah kayak orang gak kenal gini.”

“Salah siapa? Siapa yang mulai?” Quenn berdiri beranjak dari tempatnya.

“Tunggu Quenn gue belum selesai.” Dirga berdiri mencegah Quenn. Tanpa sengaja menggenggam pergelangan tangan Quenn.

“Lepasin!” Quenn meronta berusaha melepaskan tangannya dari pria itu.

“Sorry. Tapi kasih gue kesempatan.” Dirga melepaskan genggamannya.

“Time’s up.” Quenn berlalu begitu saja.

Dirga menghela napas kembali duduk dengan kasar. Entah kenapa dia sangat emosi dan menjambak rambutnya frustasi. Mungkin momennya memang tidak tepat untuk membicarakan hal ini. Tapi dengan adanya ekskul ini Dirga jadi punya peluang untuk dekat lagi dengan Quenn.

***

Quenn berlari menuju kamar mandi sekolah. Air matanya sudah tidak bisa dibendung lagi. Panggilan itu masih terdengar jelas ditelinga Quenn. Ya panggilan sayang yang selalu dilontarkan Dirga kepadanya.

“Kenapa dia balik lagi? Gue kira semua selesai saat dia ninggalin gue. Tapi kenapa dia malah bersikap seperti ini? Gimana gue bisa lupain dia?”. Quenn menutup wajah dengan kedua tangannya.

“Queeennn ..” seorang gadis memanggilnya pelan

Quenn terkejut berusaha menghapus air matanya dan bersikap tenang.
“Lo belum pulang Chel?” tanya Quenn basa basi.

“Belum. Gue nunggu Kakak gue masih futsal sama temen-temennya dilapangan.” Jelas Rachel

“Oh kalo gitu gue cabut ya.” Quenn buru-buru meninggalkan sahabatnya.

“Lo oke kan Quenn?” teriak Rachel heran dengan keadaan Quenn saat ini.

Quenn menoleh dan mengacungkan jempolnya lalu beranjak menuju parkiran. Diparkiran Quenn melihat Dirga yang sedang bersandar dipintu mobilnya memandang kearahnya. Quenn hanya menoleh sekilas lalu pergi. Keadaannya sudah berbeda, dulu Dirga selalu bersandar dimobilnya seperti itu untuk mengajak Quenn pulang. Yang jelas mereka diantar supir karena Dirga masih duduk dibangku SMP jadi orangtua Dirga belum membolehkan dia untuk membawa mobil sendiri.

***

QUENNWhere stories live. Discover now