Duapuluh Lima

219 9 0
                                    

Saat memasuki kelas Quenn dikejutkan oleh kedatangan Dirga yang sudah duduk manis dibangkunya. Bukankah tadi mereka sudah berpisah dikoridor dan memutuskan untuk pergi ke kelas masing-masing? Pikir Quenn.

"Heh! Dari mana sih? Kok baru masuk kelas?" tanya Dirga heran.

"Em.. Itu dari kantin." jawab Quenn sedikit gugup. Tidak mungkin kan Quenn berkata jujur kalau dirinya habis bertemu dengan Kak Aldo di gudang sekolah? Yang ada Dirga akan curiga dan dirinya akan diinterogasi.

"Oh iya belum sarapan tadi. Maaf ya Quenn gue lupa tadi." ucap Dirga sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Yeuu gimana sih? Penyelewengan ini namanya! Masa kucingnya belom dikasih makan?!" sungut Rachel menggebu-gebu.

"Ya kan gue lupa" jawab Dirga santai.

"Dih gak bener nih! Pecat aja Quenn!" kompor Lavina

"Apasih! Quenn bukan kucing ya!" ucap Quenn sebal. Yang benar saja dirinya disamakan dengan kucing.

"Eh eh! Quenn lo serius keluar dari ekskul band sekolah? Kenapa ih? Sayang banget tau! Lo kan suka banget main musik." Sahut Rachel out of topic

Meringis pelan Quenn merutuki mulut ember Rachel yang berbicara di depan Dirga. Dirinya kan keluar dari ekskul itu diam-diam supaya tidak menimbulkan kecurigaan Dirga. Yaa mana mungkin Quenn tetap mengikuti ekskul itu, dia kan sedang menjaga jarak dengan Kak Aldo. Kalau tetap mengikuti ekskul band otomatis dia akan lebih dekat dengan Kak Aldo.

"Bener Quenn?" tanya Dirga dengan wajah heran

"Iya. Quenn lagi jenuh aja" jawab Quenn singkat.

"Bukannya musik yang ngobatin rasa jenuh elo ya?" tanya Dirga lagi.

"Ntar aku jelasin." balas Quenn singkat. Sudah tidak ada jawaban memungkinkan jika seperti ini. Dirga akan terus menerus bertanya sampai ada jawaban yang masuk ke logikanya. Entah bagaimana roda otaknya berpikir. Selalu saja paham jika Quenn menyembunyikan sesuatu. Teman-temannya yang lain saja tidak curiga. Bagaimana Dirga bisa bertanya sangat tepat sasaran seperti itu.

"Ya udah. Ntar pulang sekolah gue ada urusan sebentar. Tapi nanti gue anter naik taksi. Gue ke kelas dulu ya" ucap Dirga sambil mengusak pelan kepala Quenn.

Quenn hanya mengangguk pelan untuk memberikan jawaban. Urusan seperti apa lagi yang akan Dirga lakukan. Belakangan ini Dirga seperti lebih banyak pergi tanpa Quenn tahu apa yang di urusannya. Menunggu penjelasan pun tak kunjung Quenn dapat penjelasan. Menghela napas berat Quenn melipat kedua tangannya diatas meja lalu menumpukan kepalanya disana. Entahlah rasanya Quenn punya firasat yang buruk.

Dua minggu kemudian..

Dua minggu setelah menjalankan misi 09 yang sangat tidak masuk akal itu kini Aldo sudah terbebas. Dalam artian bebas tidak akan menjalankan misi-misi seperti itu atau misi yang lainnya. Memang ada peraturan didalam geng motor itu. Ketika sesorang masuk ke dalam geng itu mereka harus bisa menjalankan sebuah misi yang biasanya dijalankan oleh mafia yang tidak lain tidak bukan adalah ayah dari sang ketua geng motor. Hal itu dimaksudkan untuk menguji kemampuan sesorang yang akan masuk ke dalam gengnya. Yaa ribet sekali memang.

"hhhh.. " terdengar helaan napas berat dari sosok lelaki tampan ini.
Duduk diatas gedung sekolahnya sembari mengingat apa yang sudah dilakukannya pada seorang gadis lugu yang tidak bersalah

Flashback

Jam baru menunjukkan pukul 9 malam tapi Aldo sudah mendapatkan mangsanya. Seorang gadis cantik dengan mata terpejam akibat obat bius terlihat sangat lugu sudah duduk terikat diruangan eksekusi markasnya. Melihat gadis itu dirinya jadi mengingat sosok Quenn yang juga terlihat lugu dan polos.

"Oke Aldo fokus. This is for your Queen" ucapnya meyakinkan diri sendiri.

Tak berapa lama mata lentik yang terpejam itu bergerak-gerak. Mulai membuka mata dan menyesuaikan pandangannya dengan ruangan asing ini. Terlihat terawat dengan sebuah kasur disudut ruangan tanpa perabotan apapun. Seperti sengaja dibiarkan kosong.

Setelah menyadari dirinya terikat, kepanikan datang melanda. Merasa dirinya dalam bahaya akhirnya gadis itu berteriak meminta pertolongan.
"Toloongg.. Siapapun tolongin gue!!" teriaknya panik. Tanpa menyadari seseorang menatapnya dari sudut ruangan dibelakangnya.

Beberapa menit kemudian pintu terbuka dengan kasar. Dua lelaki dengan pakaian serba hitam berdiri seperti menjaga pintu dari dalam. Itu artinya Aldo harus sudah memulai tugasnya. Kedua pengawal itu meletakkan kamera diatas nakas disamping pintu. Sebagai bukti bahwa Aldo telah benar-benar melakukan tugasnya.

Beranjak dari sudut ruangan lalu berdehem membuat sang gadis terlonjak kaget.

"Kaget ya? Sorry" ucap Aldo santai dengan senyum mengerikan.

"Siapa lo? Lepasin gue!" tanya gadis itu.

"Lo gak perlu tau siapa gue. Disini gue hanya menjalankan tugas. Jadi nikmatin waktu lo bersenang-senang sama gue haha." terang Aldo

"Lepasin gue!" teriak sang gadis ketakutan

Aldo mendekat dengan tampang garangnya berbisik tepat ditelinga sang gadis

"Well. Gue akan lepaskan elo setelah ini. Tapi setelah kita bermain-main" ucapnya dengan nada mengerikan.

"Cih! Gak sudi!" teriaknya sambil mengalihkan pandangan.

"Lo masih mulus gimana kalo gue kasih sedikit coretan abadi diwajah yang cantik ini." tawar Aldo dengan memainkan pisaunya diwajah sang gadis.

"J-jangan" lirih sang gadis ketakutan. Aldo mendekat mencoba menggoda gadis ini.

"Boleh. Tapi lo harus buat gue puas malam ini. Setuju?" tanya Aldo dengan seringai setannya.

"Cuih! Mimpi lo!" bentaknya sambil meludahi wajah Aldo.

Seketika rahang Aldo mengeras. Emosinya meluap saat sang gadis dengan kurang ajarnya meludahi wajahnya.

Plakk

Aldo menampar gadis itu hingga wajah sang gadis tertoleh ke samping. Terlihat sudut bibirnya mengeluarkan darah. Gadis itu menangis karena kesakitan. Kemudian Aldo menyeret sang gadis ke kasur yang ada didalam ruangan itu. Membanting dengan keras sampai sang gadis memekik kesakitan.

"Lo pikir bisa seenaknya ludahin gue?" sambungnya dengan mencengkeram dagu gadis itu. Tangan lainnya digunakan untuk mengambil pisau lalu melukai pipi gadis itu. Darah mengalir dari pipi sang gadis.

"Akhh! Lepas! " pekik gadis itu sambil meronta. Aldo lalu menduduki kaki gadis itu dan mengunci kedua tangan sang gadis diatas kepalanya.

Memulai aksinya dengan mencium kasar bibir gadis itu. Tanpa mempedulikan luka-luka yang sudah diciptakannya. Sang gadis hanya bisa menangis pasrah akan keadaan. Melawanpun tak akan sanggup kekuatan Aldo terlalu kuat.

"Kak! Kak Aldo!" teriak Quenn sebal.

"Eh!" Aldo terkejut mendengar suara teriakan seorang gadis lain.

"Kakak ngelamunin apasih? Aku dari tadi manggil-manggil gak nyaut sama sekali." sambung Quenn.

"Loh lo ngapain disini? Kok bisa naik? Katanya phobia? Kalo kumat disini gimana?!" tanya Aldo menggebu-gebu.

"Sama gue Kak. Tenang" sahut Dirga santai.

Aldo menoleh terkejut karena Dirga juga ada disini. Terlalu larut dalam lamunannya membuat Aldo jadi linglung seperti orang bodoh.

"Yaudah yuk turun. Ke kantin aja" ajak Aldo kepada kedua adik kelasnya itu.

"Aku cuma mau ngasih ini aja kok. Aku udah dari kantin sengaja nyari Kakak. Dimakan ya! Quenn pergi dulu. Paipaii~" ucap Quenn riang sembari menyerahkan kotak bekal lalu beranjak pergi.

"Duluan Kak!" pamit Dirga sedikit berlari karena digandeng Quenn
Aldo hanya menggangguk lalu tersenyum melihat keceriaan Quenn.

Gadis itu sudah sangat berubah dari awal mereka bertemu. Dulu Quenn cenderung pasif dan pediam. Dari dulu Quenn terlihat cantik dan manis. Tapi sekarang jadi lebih manis. Tanpa membuang-buang waktu lagi Aldo segera menikmati bekal yang telah dipersiapkan oleh pujaan hatinya itu.

QUENNWhere stories live. Discover now