Turut Berduka

2.3K 264 14
                                    

Hawa hangat dihantarkan angin yang berhembus melalui jendela tak tertutup. Gorden bergoyang pelan, dengan ditemani alunan musik yang mengisi ruang.
Suara mobil dan bus yang berlalu lalang terdengar hingga keruangan pria itu.

Hari ini Hanbin lebih memilih sibuk distudio miliknya, untuk membuat beberapa musik baru.

Berkali kali ponsel miliknya berbunyi, pertanda ada banyak pesan yang masuk. Tapi tak satupun ada yang digubris.

Dia ingin sendiri, dan mendalami musik yang hampir selesai. Bukan untuk apa apa, hanya untuk kesenangan.

Dia merasa, beberapa hari ini feel-nya dalam membuat musik berkurang. Ini semua karena masalah yang sedang ia hadapi.

Drrrrttt

'Papih is calling'

"Iya Pih?"

"...."

"Papih? Papih kenapa oma?"

"...."

"Oke oke.. Secepetnya Hanbin kesana"

Tuuutt..tuuut..tuuuutt..

"Eh,lo mau kemana Bin?" Tanya bobby

"Bokap gue pingsan, gue harus cepet-cepet kesana" ucap Hanbin seraya mengambil jaketnya yang ada dikursi.

"Gue minta tolong, lo selesain semuanya bob."
Sambungnya

Pria itu membawa mobilnya diatas kecepatan rata rata. Mungkin jika dibandingkan dengan pembalap kelas atas, ia pasti akan menang.

Tak memperdulikan kondisi jalan saat ini, yang ia tau hanya Papih nya sekarang sedang dirumah sakit.

---

"Hanbin, akhirnya kamu sampe"

"Papih gimana oma??" Ucap Hanbin panik dengan wajahnya yang penuh keringat.

"Kamu tenang ya, Papih kamu lagi ditangani sama dokter"

"Hanbyul... Udah sayang kamu jangan nangis"
Hanbin semakin cemas ketika melihat adiknya menangis.

"Papih .... Hiks... Papih gak kenapa-kenapa kan bang? Hiks..." Tampaknya gadis kecil itu belum siap untuk kehilangan orang tuanya.

"Gimana keadaan mas Bram..." Semua menoleh kearah suara yang tidak asing itu.

"Mamiiiiii...." Hanbyul melihat itu langsung datang memeluk orang pemilik suara tersebut.

"Mami?" Gumam Hanbin

Pria itu sangat tak menyangka. Disaat semua sedang berduka, wanita yang selama ini sudah memiliki keluarga baru, datang menjenguk. Ia tahu, walaupun begitu, itu tetaplah orang tua kandungnya.

"Keluarga dari Bapak Bramantio" panggil seorang dokter

"Iya, Dok.Gimana keadaan Papih saya?"

---

Sementara distudio musik.

Kebetulan Randi, Chanu, dan Jay baru saja datang.

"Eh, gimana udah selesai?" Jay seraya menaruh kunci mobilnya diatas meja.

"Belom nih, masih dikit lagi" jawab Bobby yang masih sibuk dengan komputernya.

"Ohya. Bang Hanbin kemana? Kenapa lo sendiri?" Chanu

"Katanya sih dia kerumah sakit. Bokapnya pingsan"

"Lah kok bisa."

"Ya mana gue tau." Ucap Bobby

"Dongi juga gak kesini?" Tanya Randi

"Enggak, katanya mau kerumah calon istri"

"Widiiiihhh, bisa juga tu anak."

"Halo semuanyaaaa... "

"..Sorry gue telat. Nih gue bawain makanan buat lo semua. Masakan gue. Sengaja dateng telat, masak dulu soalnya" Yoyo datang dengan bungkusan kresek yang baunya bener bener bikin selera makan memuncak.

"Nah gitu dong kalo dateng bawa makanan" ucap Bobby yang langsung menyerobot bungkusan tersebut.

"Kemana yang lain?"

"Hanbin lagi kerumah sakit, sedangkan Dongi lagi kerumah calon nya" jelas Randi

"Siapa yang sakit"

Randi mengangkat pundak

"Bokapnya pingsan." Jawab bobby

"Kumat lagi?"

"Mungkin"

Setelah itu, mereka sibuk menikmati makanan yang dibawa Yoyo.

Tiba tiba ponsel milik Bobby bergetar.

Drrrrrtttt

'Hanbin is calling'

"..."

"Oke gue kerumah lo sekarang. Kebetulan juga ada anak-anak lagi kumpul"

"..."

"Iya."

--

Kini rumah Hanbin sudah dipenuhi para pelayat. Pria itu memeluk mayat Papi nya terbujur kaku. Sedangkan Hanbyul, ia menangis sejadi jadinya.

"Gue kasihan liat Hanbin. Sejak kecil gue temenan sama dia, udah dihadapi permasalahan orang tuanya yang harus pisah. Sekarang, dia harus hidup sama Bokap nya, dan itu juga harus ninggalin dia." Ucap Yoyo kepada Friska

" lo temenan dari kecil sama dia?" Tanya Friska
Yoyo mengangguk

" Bokap nya baik banget. Gue inget dulu kalo hari libur, temen temen Hanbin suka main kerumah dan suka dibuatin coklat hangat sama Bokapnya. Pinter masak, dan gue bener bener bersyukur. karena ada Om Bram, gue jadi bisa masak. Dia yang ngajarin gue masak" ucap Yoyo tersenyum ketika mengingat masa lalu itu.

"Gue nggak ngerti lagi seberapa rapuhnya jiwa Hanbin" Friska terus melihat Hanbin yang masih diam disana.

Sementara itu Hanbin masih saja memandangi mayat Papihnya.
Tak terasa cairan bening yang ia biarkan menumpuk, akhirnya jatuh dan membasahi pipinya.

"Bin. sabar, ikhlaskan. Ayo kamu siap siap mandikan Papih" nasihat Oma

"Omaa... Papih cuma tidur kan? Papih pasti bangun ko oma. Biar Hanbyul bangunin. Papiii bangun.. Ayo buka mata Papih." Rengek Hanbyul seraya menggoyangkan tubuh Papinya.

"Hanbyul... Sayang, kalo kamu nangis terus, Papih nanti ikutan nangis juga. Jadi kamu ikhlasin yah, biar Papih kamu nggak ada beban"

"Tapi oma... Papih bilang dia suka ngantuk dan capek, jadi pasti Papih lagi tidur oma"

"Iyaa sayang.. Jadi biarin Papih istirahat biar nggak capek lagi yah" Ucap oma mencoba menenangkan Hanbyul

Jay pun menghampiri Hanbin yang sedari tadi hanya berdiri.

"Udah hapus air mata lo, sekarang lo siap siap kebelakang dan bantuin mandiin jenazah Bokap lo" ucap Jay


***
Mohon Maaf kalo nggak nge-feel

My Ex Is My Husband [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang