Gara-gara Bubur

3.5K 241 23
                                    

"Friskaaaaa, Buatin gue sarapan elah. Udah kek anak tiri aja minta dibikinin sarapan gak dikasih" ujar Randi dengan sedikit merengek.

Friska tak menghiraukan. Ia tengah duduk disofa dengan ponsel yang ada ditangannya. Entahlah mungkin ia belum merasa lapar.

"Friiisss..nanti gue jadi busung lapar nih " Merasa tak diladeni, Randi  menggoyangkan tubuh Friska.

"Tck.. Udah gue bilang kan kulkas kosong" ucap Friska menoleh sekilas lalu kembali menatap layar datar didepannya.

"Kita sarapan diluar aja kalo gitu.." Ajak Randi

Friska menjentikkan jarinya "Pinter juga lo, gitu dong kalo punya otak dipake. Yaudah ayok." Friska berdiri dan beranjak kekamar hendak bersiap-siap.

"Emang selama ini otak gue gak pernah kepake apa ya?" Cicit Randi pelan nyaris tak terdengar.

Randi mendahului langkah Friska dengan wajah kesalnya. Tapi tidak meninggalkan, dia tetap menunggu Friska didepan lift.

"Lama banget sih" protes Randi

"Tck.. Kaki lo aja yang kepanjangan jadi jalannya cepet" ujar Friska

"Mangkanya kalo punya kaki jangan pendek-pendek jadi lama" balas Randi. Friska menoleh menampakkan tatapan tajamnya. Untung didalam lift sepi hanya ada mereka berdua, mau dikatakan apa jika pasutri yang baru resmi gak akur?

Tak ada obrolan. Mereka diam seribu bahasa seolah fokus dengan langkahnya hingga sampai di basement.

"Kita mau sarapan dimana?" Randi membuka obrolan saat dimobil.

"Terserah" ucap Friska tak merubah pandangannya dari jendela.

"Disana aja ya?" tunjuk Randi ketika melihat rumah makan 'sederhana'. Tempatnya mewah, dikatakan sederhana dari mananya?

"Nggak. Masa pagi-pagi makan yang berat gitu." Tolak Friska. Randi hanya menuruti, ia kembali melajukan mobilnya.

Sudah lama berputar-putar, Randi menghentikan mobilnya dipersimpangan "kenapa berhenti?" Tanya Friska heran.

"Kita udah sampe. Makan disitu aja"

Friska melihat kearah yang dimaksud Randi "Lo gak liat apa rame gitu, antriannya panjang, yang ada keburu jadi busung lapar. Ikut antrian, pas sampe depan jualannya udah habis nangis darah lo--"

Friska mengoceh ria sampai 75 kata dengan kecepatan 30 detik, hitunglah berapa kali Randi menghembuskan nafas kesal.

"Udah dong kita mau makan atau mau gue dengerin lo ngomong doang?" Ucap Randi yang sudah tidak tahan dengan cacing diperutnya.

Friska menyandarkan tangannya di atas dashboard  menggigit ibu jarinya seraya berfikir "Oke. Gue tau tempat yang bagus"

"Dimana?"

"Kesana" tunjuk Friska

"Oke" Randi menginjak pedal gasnya lalu berputar arah. Terlihat dari raut wajahnya kesal. Kenapa gak dari tadi aja kalau harus balik lagi, Kan jauh.

Setelah beberapa menit berlalu, tibalah mereka ditempat yang Friska maksud. Dipinggir jalan dan sederhana.

"Kang, biasa ya dua makan sini." ucap Friska pada Kang bubur langganannya.

"Oke neng siap! Kali ini bawa siapa neng? Pacarnya?" Tanya Kang bubur pada Friska.

"Ee--"

"Eh, bukan Kang. Ini supir pribadi saya hehe" Randi hendak menjawab namun dipangkas lebih dulu oleh Friska dan mendapatkan tatapan heran plus tajam dari Randi.

My Ex Is My Husband [Completed]Where stories live. Discover now