Metanoia ㅡ 7

4.6K 736 177
                                    

Sore itu, lapangan basket sekolah mulai sepi. Bersama lembayung senja yang meredup nyaris temaram, Taehyung menemukannya di sana. Jeon Jungkook; si kapten basket dengan jersey hitam yang sedikit basah, rambut segelap jelaga yang teracak serampangan, dan wajah manisnya yang penuh peluh. Maskulin, tampan, dan selalu mempesona seperti biasanya. Taehyung bahkan bisa meyakinkan dirinya sendiri kalau pemudanya itu pasti kewalahan menolak ungkapan cinta para siswa perempuan hampir setiap harinya, karena visualisasi Jungkook terlampau sempurna untuk sekedar menjatuhkan hati para wanita. Tapi bagi Taehyung, Jungkook itu cantikㅡdalam arti definitif; seperti seni yang tercipta dari imajinasi penuh warna. Ada estetika tersendiri dalam setiap peluh yang mencumbu kulit kemerahannya, dan ada gurat warna yang terlukis di penghujung langit setiap kali senja jatuh cinta kepadanya. Dan atas semua hal itu, Taehyung hanya bisa mendeguk dalam diam dan cukup memujanya lewat lisan yang sengaja dirangkai tanpa frasa. Rahasia. Biar hanya Taehyung dan semesta yang jatuh cinta.

Suara denting waktu dari jam Mont Blanc hitam yang melingkar di lengan kanannya terus mengusik, saling bersahutan dengan dentuman bola basket di atas lapangan bercat biru. Gemanya memenuhi rungu, terdengar berisik dan mengganggu, namun Taehyung tidak keberatan untuk sekedar menunggu lebih lama.

Satu kali.

Dua kali.

Danㅡshoot!

Gemerincing ring basket yang dihantam bola oranye itu terdengar berisik, bertepatan dengan si kapten yang mencetak three point dari sudut tengah lapangan. Sudut bibir Taehyung terangkat mengulum senyum, dan saat itu pula keadaan disekitarnya seketika hening. Pantulan bola basket tidak lagi terdengar, dan Jungkook mengalihkan pandang. Iris pekatnya beradu tatap dengan palet hazel Taehyung yang tengah mendekap bola basket miliknya tepat di ujung lapangan. Oh, Jungkook baru menyadari kalau Kim Taehyung ada di sana. Memandanginya intens dengan tatap menelisik, bersama sunggingan senyum remehnya yang angkuh dan menawan. Sial. Meski untuk kesekian kalinya Jungkook memandangi senyum yang sama, jantungnya tetap saja masih tidak terbiasa untuk menanggapi.

"Sudah cukup baik untuk bermain basket lagi, kapten?"

Suara baritonenya mengisi ruang dan waktu, merangsek masuk ke dalam imaji dan bergema lebih nyaring di dalam nalar karena Jungkook diam-diam juga tengah menambat rindu. Afirmasi dalam nada suaranya tidak terdengar mengejek, meski harus Jungkook akui, kekasihnya memang terlampau baik dalam hal mengungkapkan sarkasme.

"Atau kau memang selalu seperti ini? Sok tangguh, sok kuat, dan berpura-pura bisa melakukan segalanya?"

Sudut matanya menatap tajam sementara bola basket di tangannya dijatuhkan searah gravitasi bumi hingga kembali menyentuh lantai. Memantul lagi, dan dijatuhkan lagi. Terus begitu hingga menciptakan bunyi dentuman konstan. Dalam dentuman ketiga, Taehyung ikut menderap langkah senada dengan konstan gerak jatuh bebas bola basket dalam genggaman. Jungkook bergeming setiap kali Taehyung melangkah menghampiri. Sayup angin semakin hening, mungkin terlampau takut untuk melawan, atau kalah dengan langkah penuh angkara si pemuda Kim di ujung sana.

"Kau senang terus bersandiwara begini, Jeon? Apa kau bahagia? Apa kau mendapatkan kepuasan dari sikap sok angkuhmu yang setinggi langit itu?"

Jemari Jungkook mengepal di sisi tubuhnya tanpa disadari. Dentum bola basket yang tandas menjejas lantai semakin mengusik, membuat Jungkook merasa tak nyaman dengan segala friksi yang diciptakan Taehyung di hadapannya. Tatap dingin yang membelenggu, hela nafas penuh dominasi, dan kalimat tajam yang tak terbantahkan. Semuanya membuat Jungkook pening.

"Pergi kemana tiga hari belakangan ini? Dan ingat apa yang malam itu kukatakan kepadamu? Sekarang kau mengabaikanku, huh?"

"Hyungㅡ" Jungkook mencicit ragu, namun Taehyung lebih cepat untuk menyanggah.

METANOIA ㅡ VKOOKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang