Part 11

355 8 0
                                    

"Ya udah, gue cuma mau nanya itu doang kok....," Mayang tersenyum, lalu berlari
meninggalkan Ariel sambil menggenggam tangan Rista.
"Yang, tangan gue sakit, tau, ditarik-tarik sama lo....," ringis Rista sesampainya mereka di
kelas. La mengelus-elus tangannya yang memerah.

Mayang bertolak pinggang. "Ta, kelihatannya lho nggak suka ya sama Ariel?" tanyanya
curiga. Rista terbelalak.
"Pikiran lo jelek amat sih. Kenapa lo ngerasa kayak begitu?" Rista balik nanya.
"Lo pikir gue nggak bisa ngeliat tampang lo yang burem vanget pas liar Ariel? Emang apa sih
yang salah sama dia? Keren banget gitu kok," Mayang memprotes. Aaarrrgghhh, kepala
Rista jadi makin puyeng. Masalahnya sama Ariel aja belom kelar, eh, nambah lagi sobat
curiga.
"Yang, gue mau pipis." lho? Kok ,malah itu yang keluar dari mulutnya? Bodo ah, pikir Rista.
Yang penting bisa mengalihkan topik.
"Pipis?" Mayang bingung. "Ya udah. Gue juga pengen ke kamar mandi."Tanpa basa-basi,
Mayang langsung nyelonong ke luar.
"Yang, tungguin dong! Jahat banget sih lo!" Rista langsung ngejar Mayang yang udah masuk
kamar mandi.

"Kalo kamu nggak berani bilang ke Mayang, aku yang bilang," tiba-tiba terdengar suara dari
belakang Rista ketika cewek itu hampir tiba di pintu kamar mandi.
Seketika itu juga Rista berhenti, lalu berbalik. Tuh, bener dugaannya. Ariel. "Bilang apa?"
"Bilang kalo kita udah jadian!" bentak Ariel sambil ngotot. Rista menarik napas dalam- dalam.
"Jangan, Ariel, aku mohon, jangan....." Tatapan Rista memelas. Namun tetap tak bisa
meluluhkan hati Ariel. Untuk pertama kali, ia menggenggam erat tangan Ariel. "Jangan...."
"Pokoknya aku bakal bilang!" Pendirian Ariel tetap teguh.

Rista makin meringis-ringis. "Jangan! Aku bilang jangan!"
"Ya udah, kalo gitu kamu yang bilang." Ariel bersedekap cuek.
Rista masang tampang judes. "Nggak!"
"Kalo gitu aku!" Ariel mengangkat alis. "Setuju?"
"Di antara kita berdua nggak boleh ada yang bilang!'' Wuih, akhirnya Rista ngebentak juga.
Udah ngelunjak nih!
Ariel menggeram kesel. "Harusnya ada!" balasnya nggak mau kalah. "Aku yang bilang!"
Rista nggak kuat berdebat terus kayak gini. Tapi kalo nggak ada keputusan, pertempuran ini nggak akan berakhir. Akhirnya dia berkata, "Aku yang bilang."

Senyum tipis tersungging di bibir Ariel. "Kapan?"
"Eh.....hhmm....secepatnya."
"Bener?"
"Bener."

Tentu aja itu nggak bener. Seorang Rista mana mau nyakitin sobatnya sendiri. Seratus
persen bohong!

Rista masuk ke kamar mandi setelah Ariel berlalu sambil mengucapkan terima kasih.
Huuuhh....lega rasanya.

Di kamar mandi udah ada Mayang yang sedang cuci tangan. "Ta, maaf gye ninggalin lo tadi.
Gue kebelet pipis. Kok lama banget baru nongol? Lo jadi pipis nggak?" UntuNg Mayang
nggak denger suara-suara mencurigakan di luar. Rista tambah lega.
"Nggak ah, tiba-tiba gue jadi nggak mau pipis." Wek! Dari tadi tuh cewek emang nggak mau
pipis kok!

Mereka terdiam selama beberapa menit, sebelum Mayang akhirnya bertanya, "Ta, lo belom
jawab. Kenapa lo kayaknya nggak suka sama Ariel?"
"Eh.....itu....hhhmm...." Rista sibuk mencari kata-kata ketika pintu kamar mandi seketika
terbuka lebar dengan bunyi yang menggetarkan ruangan.

HAH....!! Mayang dan Rista membelalakkan mata, ngeri.
"Siapa yang nyuruh lo pacaran sama Ariel???!!!" Tanpa basa-basi Rocha melewati Mayang
dan mendorong Rista dengan kasar. Hampir saja Rista terjatuh.

Wajah Rista merah padam. "Kak Rocha ngomong apa?" tanyanya pura-pura polos.
"Jangan sok bego deh lo!" Rocha bersedekap. "Lo pikir gue nggak liat lo sama Ariel ngobrol
di depan kamar mandi! Trus ngapain tangan lo nyentuh-nyentuh tangan dia? Ha?"

Mayang memandang Rista dengan mata yang seolah mengatakan "Bener nggak sih, Ta?"
Sementara Rista menatap Mayang dan Rocha bergantian tanpa sanggup mengeluarkan
sepotong kalimatpun.

"Lo pacaran sama Ariel, Ta?" Mayang bertanya pelan pada Rista yang mulai salah tingkah.
Rocha masih melotot menatap Rista. "Ngaku lo!"
"Kak....aku, aku...." Rista terbata-bata. "Apa? Lo mau bikin alesan apa? Udah jelas-jelas lo pacaran sama dia! Awas ya, lo berurusan
sama gue!" ancam Rocha. Ia berbalik. Rambutnya yang panjang berkibar mengenai wajah Rista. Dengan angkuh Rocha keluar dari kamar mandi.

Mayang menatap Rista dengan pandangan tak percaya. "Ta, jadi lo...." Mayang menelan
ludah.
"Yang, lo nggak percaya, kan?" Rista menyentuh bahu Mayang, namun dengan cepat
Mayang menepisnya.
"Ta, gue nggak nyangka lo nusuk gue dari belakang...."Mayang berkata dengan mata berair.
"Lo yang sahabat sejati gue.....ternyata...."
Rista menggeleng-geleng. "Yang, lo denger gue dulu...."
"Nggak perlu." Mayang mengusap-usap mukanya sambil berbalik membelakangi Rista.
"Yang.... Mayang.... Masa lo nggak mau denger gue ngomong.... Yang, jangan ninggalin
gue...." Rista mulai menangis.

Mayang tak menggubris temannya. Dengan langkah panjang ia berlari keluar kamar mandi.
Meninggalkan Rista sendirian terisak-isak pedih.

Bel pulang berbunyi di siang bolong.
Pada hari-hari biasanya, Mayang dan Rista keluar kelas bersama-sama. Namun tidak hari ini.
Dengan cueknya Mayang berjalan ke luar kelas meninggalkan Rista yang masih sibuk
memasukkan buku-buku ke dalam tas.
Mata Tya mengiringi langkah kaki Mayang yang pergi.
"Kok Mayang nggak nungguin lo sih?" tanyanya pada Rista di sebelahnya. Rista mengangkat
bahu.
"Mana gue tahu. Dia lagi buru-buru kali," dustanya. "Yuk, ke bawah."
Tya menggeleng. "Nggak ah. Gue lagi ada urusan.
"Ya udah. Gue duluan ya. Daah...." Rista melompat baikan tangan, lalu dengan langkah
seribu ia menuruni tangga. "Mayang!!!" panggilnya ketika dilihatnya Mayang berjalan
pelaaan sekali.
Ketika tahu siapa yang memanggil, yang dipanggil langsung mempercepat langkahnya.

BackstreetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang