Part 15

545 10 0
                                    

PINTU rumah dibiarkan terbuka lebar. Mayang tiduran di sofa ruang TV, mindah-mindah saluran, karena nggak tahu mau nonton apa. Genta, yang baru pulang dari jalan-jalan di mal bareng Larey tersayang, muncul sambil bersiul-siul riang. "Hello, Yang!" serunya.
"Ya ampun, jam segini baru pulang....." Mayang memandang jam yang sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh malam.
"Mama sama Papa mana, Yang?"
"Udah tidur."

Sambil melanjutkan siulannya Genta menghampiri Mayang dan duduk di sofa kecil di sebelah sofa Mayang. "Mana oleh-olehnya?" Mayang mengangsurkan tangannya. Genta menepisnya.

"Huu....oleh-oleh apaan!" ledek cowok tinggi itu. Mayang memanyunkan bibir saking sebelnya. Tapi sebelnya nggak lama-lama, soalnya habis itu Mayang duduk manis di sofa dan mencodongkan tubuhnya ke arah kakaknya.

"Mas, katanya ulang tahun Kak Larey satu setengah minggu lagi? Kok acara jalannya udah sekarang?" tanyanya pengen tahu. Genta geleng-geleng sambil menepuk-nepuk kepala Mayang.

"Yang, acara jalan tadi bukan buat ngerayain ulang tahun Larey. Tapi itu syukuran jadian!" jawab Genta. "Kalo ulang tahun, itu lain lagi acaranya!"
"Aku ikut dong pas acara ulang tahunnya itu!" rengek Mayang.
"Huu....anak kecil nggak boleh ikut!"

Mayang sebel banget kalo dibilang anak kecil sama Genta. Masalahnya, dari dulu sampe sekarang sebutan itu nggak lepas-lepas juga dari diri Mayang kayak sekarang, udah SMA masih dibilang anak kecil. Jangan-jangan udah jadi nenek masih dibilang anak kecil juga!

"Mau sampe kapan sih Mas Genta bilang aku anak kecil?" protes cewek feminin itu sambil bersedekap.

Genta tertawa kecil. "Kamu tuh mau sampe kapan pun bakal Mas Genta anggap anak kecil! Hehehe....."
"Kenapa?"
"Soalnya makin lama Mas Genta ngerasa udah gede dan udah berpengalaman jadi anak seusia kamu."

"Dasar nggak berperasaan! Uh!" jawaban Genta yang sok tua itu malah tambah bikin Mayang kusut kayak benang. "Ya udah, kalo Mas Genta nggak mau ngajak aku ke ultah Kak Larey, kaus Roxi-nya buat aku!" ancamnya kemudian.

Genta membulatkan matanya. "Lho, lho, kok begitu sih!" katanya. "Kok malah Roxy yang jadi korban? Itu kan buat Larey, Yang!"

"Huu....biarin!"
"Lagian, kalo kamu ikut, pasti kamu dandannya lama. Padahal mau sampe tiga jam dandan juga hasilnya ya begitu-gitu aja," perkataan Genta membuat mulut Mayang menganga.

"Maksudnya apa?" tanya cewek mungil itu polos.
Genta menarik napas tersenyum geli. "Maksudnya, kamu sebagai cewek harus make-up setebel apa pun nggak akan pernah jadi cantik."
"Kurang asem!" Mayang mengepalkan tangannya sambil mengertakkan gigi.

Sebelum kepalan tangan mungil itu mendarat du mukanya, Genta buru-buru naik tangga ke kamar.

**

Mayang menerima pesanan nasi gorengnya. "Lo mesti liat deh orangnya. Cantik abis, tomboi abis, keren abis....," ujarnya pada Rista yang juga baru saja menerima nasi goreng pesanannya dari Bu Kantin.
"Sebagus itu, Yang?" tanya Rista penasaran. Mereka duduk manis di kursi kantin. "Apa lo nggak ngelebih-lebihin tuh?"
Mayang menggeleng.
"Nggak, Ta, beneran deh!" Mayang menegaskan. Rista melahap sesendok nasi goreng sambil membayangkan wajah Larey yang katanya mantep banget itu.

"Kalo dia main ke rumah lo, jangan lupa telepon gue. Biar gue ke situ, Yang." Rista menyentuh bahu Mayang. Sobatnya itu mengangguk tanda setuju.

Tapi mendadak wajah manis itu tertegun. "Hmm.... Tapi ada yang aneh....." Mayang menggigit bibir bawahnya. Rista mengerutkan alis.
"Aneh apa, Yang?"
"Masalahnya, orangnya mirip sama....." Mayang lalu melanjutkan kalimatnya sambil berbisik pelan tepat di telinga Rista. Mendengar itu Rista menganga, matanya bulat, terperangah.

BackstreetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang