🐥Fase.22🐥

108 4 1
                                    


     Alana terus mengamati orang yang masuk dan keluar ke dalam cafe, sementara Azka malah terus menatap Alana sambil senyum senyum tanpa sebab. Sebegitukah menariknya Alana sampai ia menatap Alana tanpa berkedip?

     "Ngapain liatin gue?" Tanya Alana,

     Azka tersnyum singkat, tangannya mulai mengacak acak rambut Alana. "Gue suka sama lo, pacaran yuk"

     "Hah?" Tanya Alana dengan mulut yang terbuka lebar,

     Alana membuang muka,

     "Ngga ada romantisnya sama sekali" gumam Alana sambil memasukkan kentang goreng ke mulutnya, Azka yang melihat itu langsung terkekeh.

     Azka mengusap puncak kepala Alana dengan lembut, "gue suka lo yang kaya gini"

     Entah kenapa Alana mendadak merasakan seperti terbang ke angkasa, pipinya merah merona. Jantungnya pun berdetak dengan kencang.

     Alana memegangi arah tempat jantungnya, degupannya semakin kencang saat Azka menatap Alana dengan senyum manisnya.

     "Oke, karna lo diem. Lo pacar gue sekarang"

     Alana memajukan wajahnya beberapa senti, ia tidak terima dengan apa yang terjadi. "Enak aja"

     "Ya enak lah, kan pacaran sama lo" Balas Azka,

     "Kenapa kamu cuma makan kentang? Lagi diet?" Tanya Azka,

     Alis Alana bergelombang, bahkan saat ini Azka sudah mengubah sebutanya dari lo - gue menjadi aku - kamu.

     "Ngga, gue males aja ngunyah"

     Azka menggelengkan kepalanya, ia kembali melanjutkan aksinya dengan memesan beberapa makanan untuk Alana.

     "Mau kemana?" Tanya Alana, Ketika melihat Azka hendak berjalan,

     "Pesen makanan, gue laper" Jawabnya berbohong, toh iya merasa khawatir pada Alana bukan karena ia lapar.

     Sudut mata Alana melihat Vano yang tengah duduk berhadapan dengan seorang perempuan. Ketika Alana menoleh matanya sukses membulat karena perempuan itu adalah perempuan yang sama yang Alana lihat saat pertama kali bertemu dengan Vano.

     Azka menaikan alisnya, "Na? Kenapa?"

     Azka mengikuti arah pandang Alana, sudut bibirnya spontan terangkat. Dalam sekejap ia tau apa yang sebenarnya terjadi.

     "Gue mau pulang" Ucap Alana dengan ketus sambil mengambil tas dan ponselnya.

     "Oke" balas Azka, ia tidak bisa menolak permintaan Alana. Terlebih setelah mendengar dan melihat perubahan pada Alana.

     Mereka berdua pergi meninggalkan cafe, sementara Vano dan perempuan itu masih ada di dalam. Mereka tidak menyadari adanya Alana di sana.

***

     Alana melempar tasnya kesembarang arah, Ando dan sang ibunda hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat tingkah Alana.

     "Na, makan bunda dah buatin rendang"

     Dengan cepat Alana langsung berjalan ke ruang makan dan langsung memakan makananya.

     Ando yang melihat itu sontak membulatkan matanya, "heh, lo ngga makan satu abad ya? Makan pelan pelan kali. Kucing tetangga ga bakal ambil?"

     Plakk...
     Sang ibunda melayangkan sendok ke dahi Ando hingga Ando meringis ke sakitan, Alana yang melihat itu langsung tertawa penuh kemenangan.

     "Kamu ini, Alana lagi makan. Jangan di gangguin" tegur sang ibunda,

     Alana menatap ke arah ponselnya yang tiba tiba bergetar. Menampilkan nama Natha di sana. Tanpa berpikir panjang Alana menggeser tombol hijau di layar ponselnya, dan segera mendekatkan ponsel ketelinganya.

     "Ya, kenapa?"

     "Lo jadi kerumah gue?"

     "Iya, habis makan gue langsung kesana"

     "Jangan ke rumah, lo ke rumah nene gue aja. Nanti gue share lokasinya"

     "Oh, oke"

     Setelah sambungan telfon terputus, Alana kembali melanjutkan aktivitasnya. Karena merasa sudah kenyang ia langsung berjalan ke kamarnya untuk berganti baju.

     Tak membutuhkan waktu lama Alana sudah keluar rumah menggunakan atasan pink dengan rok putih. Ando yang melihat itu langsung melempar kulit kacang, dan hebatnya mengenai tepat di pipi Alana.

     "Mau kemana?" Tanya Ando,

     "Terserah saya, hahahaha ... "

     Mendengar penuturan Alana, Ando langsung berdiri dari tempat duduknya. Baginya tawa Alana tadi terdengar mengerikan.

***

     Natha duduk di dalam mobilnya, kedua telinganya ia tutup menggunakan earphone. Ia sama sekali tidak berniat untuk menggerakan tubuhnya walau hanya untuk menaikan kaca mobilnya yang terbuka.

     Braakkk ...
     Suara benturan mobil terdengar, Natha spontan membuka matanya ketika merasakan mobilnya sedikit mendapat guncangan.

     Natha menaikan kaca mobilnya sebelum akhirnya keluar dari mobil. Senyum sinis langsung ia lontarkan pada perempuan yang tengah berjongkok menatap bagian mobil Natha yang sedikit penyok.

     "Bangun" Perintah Natha,

     Perempuan itu spontan menuruti perkataan Natha, sorot matanya sedikit merendah setelah melihat seragam yang Natha kenakan. Seperti memiliki firasat jika masalah ini akan terus berlanjut.

     "Nama?" Tanya Natha dengan Nada dinginnya,

     "Renata"

     Natha kembali tersenyum sinis, "Lo tau, kesalahan lo apa?"

     Perempuan bernama Renata itu menatap Natha dengan ragu, "Saya tau, saya nabrak mobil anda tadi" Jawab perempuan itu dengan rasa takut yang menggebu.

     "bagus, kalo gitu besok pulang sekolah. Lo temuin gue di sini" Ucap Natha, perempuan yang ia ajak bicara hanya mengangguk. Apa semenakutkan itukah Natha baginya?

     Alana menaikan alisnya saat melihat tingkah aneh Natha, tak berpikir lama Alana langsung datang mendekati Natha.

     "Kenapa Nath?" Tanya Alana,

     "Ngga, ada masalah kecil aja. Ya udah yuk masuk ke rumah"

     Alana mengangguk, Alana sesaat terdiam saat melewati gadis di depannya. Wajah itu terlihat familiar baginya.

     "Eh, dia cewe di hp itu?" Ucap Alana, Natha menoleh. Ia mulai berpikir aneh tentang sahabtnya itu.

     "Na, ini dunia nyata. Bukan hayalan, jadi stop ributin cewe di hp itu. Lagian mana ada cewe bisa masuk ke hp" Balas Natha sebelum akhirnya berjalan mendahului Alana.

     Alana mengerucutkan bibirnya, "Huh ... cape punya temen aneh kaya dia"

___________________
To be continued

METAMORFOSAWhere stories live. Discover now