"Reminiscence"

4 1 0
                                    

-Side Story-

Reminiscence atau Kenangan ialah hal paling penting untuk setiap makhluk hidup. Seperti benang merah. Mengikat, menghubungkan, menjalankan suatu emosi dan perasaan, setidaknya itulah yang dipercayai oleh dirinya.

Dia adalah "Kehampaan" tinggal di suatu tempat yang tidak memiliki warna sekalipun.

Tempat, dimana tidak ada yang lahir dan mati. Tempat dimana waktu tidak berjalan.

Apakah aku bersama dengannya saat ini?

Apakah ini adalah 'Keinginanku'?

****
"Si-siapa kamu?" Jawab pelan gadis itu sambil memegang erat topinya.

"Harusnya aku yang tanya begitu. Kemarin malam kau hampir menyelinap ke kamarku dan kau masih disini, apa kau memata-mataiku?"

Gadis itu tidak menjawab kemudian dia kembali menuruni tanjakan, dan terlihat matanya berbinar menatapi bangunnya cahaya fajar dari sana. "Ini adalah tempatku merenung dan tempat terbaik  melihat matahari terbit, sepertinya kau hanya pendatang ya?" Ucap gadis itu.

"Apa maksudmu? Aku sering berada disini saat menginap dan aku tidak pernah bertemu gadis bangsawan sepertimu. Aku sudah menjadi pelanggan tetap disini selama 2 tahun."

"Ada hal yang tidak bisa selamanya kau lihat bukan?"

"Aku tidak terlalu mengerti ucapanmu." Zen yang merasa agak bingung menjawab dengan nada datar. Namun pertemuan aneh mereka sedikit bisa dimengerti oleh Zen yang sudah bertemu banyak orang aneh sebelumnya.

"Baiklah, karna kau sudah disini. Ingin mendengar sedikit cerita tentangku?" ujar gadis itu, perlahan-lahan mengalihkan pandangan ke Zen. Dia mulai kembali ke posisi duduk awalnya, sedikit memeluk lutut dan bersender padanya.

"Ada apa, hidup berdasarkan masalah?"
"Kejam sekali mulutmu."

"Ya, tapi sebagian kecil omonganmu yang barusan ada benarnya juga. Lebih tepatnya aku hanya bingung sistem dunia ini." Pembicaraan gadis ini bisa dibilang membuat Zen berpikir dua kali sebelum bicara lagi.

"Sistem dunia? Hahahaha topiknya agak berat ya untuk gadis bangsawan sepertinya." Pikir Zen.

"Hei, sebelum kita bicara ke topik berat, bukankah sebaiknya kita membicarakan hal yang berhubungan dengan diri kita dulu? Makdudku seperti nama, kegiatan favorit, makanan favorit." Ucap Zen.

"Apa-apaan topik membosankan itu!?" Tatapan gadis itu menusuk hati paling dalam pria muda berhati dingin, disiplin waktu, membosankan seperti dirinya.
Berlawanan dengan gadis itu yang jelas-jelas bertampang serius menghadapi hidup ini dan tidak ingin menyia-nyiakan waktu untuk berdiam diri di kampung halaman.

"Ya, maksudku bisakah kau jelaskan dirimu terlebih dahulu? Kita kan baru bertemu jadi jangan terlalu berburu-buru."

"Baiklah, Summoner itulah pekerjaanku saat ini."

"H-Ha?"
"Kenapa kau kebingungan?"

"Gadis sepertimu adalah Petualang?" Zen yang terkejut melirik gadis itu dan menatap padanya, sepertinya fakta mengejutkan itu telah mengubah seratus delapan puluh derajat pandangannya.

"Apa kau meremehkanku saat ini? Tentu saja aku lebih kuat dari dugaanmu."

"Ti-tidak, awalnya kukira kau hanyalah gadis bangsawan yang tersesat. Tapi fakta ini jauh melampaui ekspetasiku."

"Heeee" Gadis itu mendekatkan wajahnya dan agak tersinggung atas ucapan tak senonoh darinya.

"Baiklah, aku akan memperjelas pengenalan diriku sekali lagi. Charlotte Ave, itulah namaku dan aku adalah Summoner peringkat 78 di kerajaan Milton saat ini. Bagaimana denganmu? aku tahu kau juga seorang petualang kan?!"

"Ya begitulah, Zen Lemord, Saat ini aku berada di job Watcher."

"Dengan begini kita sudah resmi berkenalan bukan?" Gadis itu mengulurkan tangannya dengan maksud berjabat  tangan untuk memperesmikan pertemanan mereka. "Senang bertemu denganmu, Zen!"

Perasaan bertemu gadis itu sedikit membuat Zen terkejut, tiba-tiba saja dia mengingat masa lampaunya tepatnya disaat dirinya masih kecil. Pikiran itu mungkin berisi kenangannya saat menyelamatkan seekor kelinci di halaman belakang.

"D-dia mirip dengan ibuku. Kenapa aku merasa familier dengan dirinya, aku merasa seperti pernah bertemu... Dejavu?"

"Ada apa Zen? Tidak ingin salaman denganku?"

"A-ahh tidak, tiba-tiba saja ada pikiran yang lewat di benakku." Suaraku sedikit gemetaran saat menjawabnya tapi, ya, setidaknya ada sebagian dari dirinya yang tidak aneh.

"Lalu apa yang kau lakukan saat ini Zen? Kemarin aku melihat dua orang laki-laki dan seorang perempuan sedang bersamamu di ruang utama penginapan."

"Sederhananya, aku sedang berlatih didalam sebuah party. Sebelumnya aku lebih suka bekerja sendirian dan tidak menyukai orang lain menghambat diriku."

"Orang yang tidak suka bekerja didalam sebuah tim ya? Sungguh menarik, tidak heran aku bisa lihat mereka cukup kesusahan mengurusimu."

"Kau sedang menggodaku ya?"

"Tidak-tidak! justru sebaliknya, aku ini juga suka bekerja sendirian."

"Huh, sepertinya kita memiliki sedikit kemiripan ya?"

Charlotte menjawab setelah jeda yang agak panjang. "Ah, benarkah begitu?"

Kemudian tanpa suara gadis itu berdiri dan dia berbalik dengan tenang dan berkata, "Aku sudah selesai melihat matahari terbit dan tidak kusangka pembicaraan kita cukup menyenangkan ya!"

"Kau sudah mau pergi?" Karena efek cahaya matahari, sosoknya terlihat seperti bayangan. Namun itu terjadi dalam beberapa detik saja, dia tidak menyangka akan bertemu dan berbicara dengan seorang gadis sepertinya. Dress merah dengan pita menjulur, bahannya saja sudah pasti terlihat mahal.  Topi yang menutupi rambut hijau gelapnya serta mata dan tatapan mata indah itu mungkin akan teringat jelas. Awalnya dia berpikir gadis itu muak dengan kehidupan mewah dan lari dari kehidupan mewah itu. Pikiran itu ternyata salah, gadis itu hanya ingin sebuah kebebasan di dunia ini. Mata indahnya saat melihat dirinya lah yang memunculkan semua persepsi itu.

Angin sepoi-sepoi datang bergantian seakan-akan menyambut pertemuan mereka dan menghubungkan kembali pecahan takdir antara mereka. Charlotte yang juga merasakan hal itu membuka sedikit mulutnya dan berbisik kecil pada angin fajar itu. Zen sama sekali tidak bisa menebak apa yang dikatakan Charlotte tapi dia bisa melihat bisikan akhirnya.

"Terima Kasih" Itulah yang dikira oleh Zen.

"Kenapa kau berterima kasih?"

"Tidak, aku hanya tidak menyangka matahari pagi ini begitu indah."

"Pokoknya, aku harus kembali saat ini, kita akan bertemu kembali kan, Zen!"

"Ya, Kita akan bertemu lagi. Dibawah langit fajar, sekali lagi!"

"Sampai nanti, Zen!"
"Ya!"

Pertemuan ini, kurasakan lagi dibawah daun musim gugur.

Pertemuan ini mirip seperti pertemuanku dengan gadis bernama Eternal.

"Kira-kira apa yang kau lakukan saat ini ya."

Tidak kurasa semua pikiran itu telah ditelan waktu. Tidak kusadari gadis itu sudah pergi.

"Summoner ya? sudah pasti dia bisa pergi dan menghilang sesukanya."

Eternal:ReminiscenceWhere stories live. Discover now