03 pertemuan ke-dua

99 59 31
                                    


Happy reading 💗

Pagi ini Reva bangun lebih awal. Kepala nya berdenyut-denyut. Ia lupa makan tadi malam dan membuatnya lemas.

"huaa.. " Reva menguap dan melebarkan mata nya. Ingin nya sih kali ini ia tak sekolah lagi. Tapi apa daya, sekolah adalah wajib bagi dirinya terlebih kedua orang tua nya. Bagaimana bisa anak satu-satu nya sampai tak sekolah hanya karena malas. memang sih orang tua Reva tak perduli..tapi dirinya sendiri juga menginginkan tempat itu untuk sekedar keluar dari istana neraka ini.

Saat ini Reva sedang melakukan ritual pagi nya. Ia teringat akan manusia yang di tolongnya malam senin itu. Dan sekarang malam selasa, "apa mungkin gue ketemu lagi sama dia" tanya Reva bermonolog.

Setelah semua nya selesai,Reva turun ke bawah untuk sarapan. Tapi apa yang di temukan nya adalah pemandangan biasanya. "yang lain mana Mba? " tanya Reva dengan muka datar. Seolah sudah biasa dengan keadaan seperti ini. "kata nyonya, non Reva makan sendiri dulu. Mereka buru buru ke kantor non" ucap Mba Nia pada Reva. "oh yaudah bi, Reva berangkat dulu. Itu sarapan nya Mba aja yang makan" Reva berjalan keluar rumah. "tapi non" Reva tidak bisa mendengar perkataan bibi yang terpotong karna ia sudah melangkah keluar rumah.

Reva menyetir dengan santai. Sampai tiba-tiba di tengah jalan ia hampir menabrak seseorang. Pria berseragam yang sama dengannya sudah terjatuh di depan mobil Reva.

"punya mata gak? Kalo mata lo ga berfungsi lagi mending lo pigi ke dokter mata trus congkel aja tu bola mata lo! " terdengar sadis, tapi begitulah kalimat yang akan Reva keluarkan jika ia benar-benar muak dan kesal.

"maaf," jelas saat ini pria itulah yang hampir terluka. Tapi, kembali ke prinsip Reva yang pertama. Siapa yang salah tanggung resiko. "mending sekarang lo pergi dari pada ada warga yang liat lo  kaya gitu ntar di kira gue yang salah" ucap Reva dan segera kembali masuk ke mobil.

"ga jelas banget jadi orang!" ia tak menyangka mood nya pagi ini telah berantakan. Dan sesampainya di sekolah ia sengaja memarkir kan mobil nya setengah menutup jalan. Sehingga murid lain akan kesulitan untuk parkir di daerah ini. Yang awalnya ia santai malah menjadi tidak mood pagi ini.

"kenapa muka lo? Kusut amat" kata Vani.

Vani yang mempunyai nama lengkap Devani pramesti merupakan anak sahabt Reva. ia adalah anak orang kaya dan Karna itu ia memilih Reva sebagai sahabat nya.  mereka sama-sama orang berada. Vani sangat sangat memilih jika berteman. hanya yang selevel dengan nya saja yangbsudi ia jadikan teman.

Jika tidak sederajat dengan nya. Oh maaf jangan dekati dia.

"jawab dong pertanyaan gue tadi. Sombong amat. Sehari ga masuk sifat nya langsung berubah.Dih. " Vani terus saja mengomel dan terdengar seperti ocehan tak berguna di telinga Reva.

"lo bisa diam ga? Gue lagi ga mood ngomong" ucap Reva dengan wajah datar.

"itu barusan bicara. Hilih gitu doang ga mood" lagi dan lagi Vani terus saja mengoceh.

Tentu saja Reva menatap mata Vani dengan tatapan tak terbaca. Antara ingin menelan Vani mentah-mentah ataupun menguliti kulit Vani. Dan itu membuat Vani diam seribu bahasa.

"lari Van guru nya udah mau masuk kelas tuh" tiba-tiba saja Reva menarik tangan Vani dengan cekatan. Dan hampir saja Vani terjungkal.

"untung aja lo sodaraan sama hulk Rev" ucap Vani setelah memasuki kelas dengan aman sebelum guru itu masuk. 

''Hulk mata lo..yang cepat itu Flash kali'' jawab Reva kesal

Kelas hening. Karna guru sudah duduk di meja dengan laptop yang sudah langsung di tatap untuk mencari materi hari ini. Ketua kelas memberi salam dan diikuti oleh seluruh siswa.

Buk maya yang merupakan guru bahasa indonesia mulai bangkit dari duduknya dan menjelaskan materi. Reva molor di meja dan Vani hanya mangut-mangut agar di kira mendengarkan.

"lo ngerti gak Va? " Tanya vani menggoyang-goyangkan pundak Reva.

"enggak." jawab Reva dengan ekspresi datar.

Kelas berlalu dan sekarang waktunya istirahat. "antek-antek gue pada kemana? " tanya Reva pada vani. "gue lagi males nih ngapa- ngapain. Pengen di pesenin aja" ucap Reva lagi dengan ekspresi lebay.

"lo nih kebiasaan yah. Lo pikir mereka deketin lo buat apa? Mereka cuma manfaatin kebebasan lo dan ketenaran lo di sekolah ini. Biar mereka ikut-ikut terkenal" ucap Vani panjang lebar pada Reva.

"fuck buat mereka. masa sih? Emang gue tenar yah? lagian kan mereka juga gue jadiin babu ya simbiosis mutualisme lah" ucap Reva dengan terkekeh geli.

"ah gue ga tau. Tanya aja sama diri lo sendiri....ogah gue " Vani sudah tak bisa menahan lapar nya ia sesegera mungkin menarik tangan Reva menuju kantin.

"buk bakso nya dua. Sama lemon tea nya juga dua. Cepet ya buk GPL.!" setelah memesan vani kembali duduk di depan Reva. Kebiasaan nya sangat tidak sopan. Jika murid lain memesan dan mengangkat sendiri pesanan nya, mereka berdua harus di antar di mana pun posisi mereka duduk mau di lapangan, di kelas bahkan pernah di parkiran mobil yang letaknya jauh dari kantin. Tapi  hari ini mereka lagi mood di meja kantin. Jadi mba kantin  gak harus jauh-jauh mengantar pesanan mereka berdua.

Setelah pesanan mereka sampai, mereka segera melahap habis tak tersisa. Apalagi di rumah tadi Reva tak sarapan itu membuat perut nya keroncongan dan berdemo meminta makan.

"dah kelar belom? " tanya Reva pada Vani yang dari tadi asik menyeruput kuah bakso nya.

"bentar napa. Lo makan pake nos segala, makanya cepet amat. Lah gue, kan jaga image. " ucap Vani dengan nada yang menggelikan. Dan itu membuat Reva jijik mendengar nya.

"lama banget. Gue tinggal ni yah? Bosen gue nunggu lo! " ucap Reva seraya beranjak dari tempat duduk nya. Dengan terburu-buru Vani juga ikut bangkit dan mensejajarkan kaki nya dengan Reva yang sudah berjalan lebih dulu.

Beberapa pasang mata menatap mereka berdua dengan seksama. Dan saat itu juga Reva melayang kan kata-kata mematikan nya "Mau gue congkel keluar apa di remukin aja?" ucap Reva dengan nada setiap kalimat di tekan.

Dan mereka yang memandang pun langsung menunduk dan sedikit gemetar dengan ucapan Reva barusan. Dan kalian tahu? Mereka adalah kakak kelas Reva.

Yang biasa nya adek kelas harus menghormati kakak kelas. Itu sama sekali tak berlaku buat Reva. Bagi nya semua sama saja. Sama-sama pelajar dan menerima pendidikan di sekolah ini. Kenapa harus di bedakan. toh Reva adalah murid penting di sini. Murid seorang donatur rutin di sekolah ini.

"udah Rev, Ga usah di ladenin! " kata Vani dan segera menarik tangan Reva untuk menjauh dari tempat itu.

Belum juga mereka sampai di kelas, bahu Reva tertabrak oleh pria tinggi. "Aduh! Lo kalo jalan pake mata!" teriak Reva sambil berusaha bangkit. "what? Lo kan yang gue tabrak tadi pagi? Dan see sekarang lo lagi-lagi ke tabrak mulu!,sebenarnya kaca mata lo berfungsi atau enggak sih?" Reva kali ini benar-benar murka atas kejadian yang di alami nya hari ini.

"udah Va, tahan. Lo lagi dapet yah? Dari tadi emosian mulu. Cepet tua baru tau rasa lo!" Vani yang sejak tadi melihat kejadian itu hanya bisa mengelus dada dengan sikap Reva.

"ah udah deh. Gue bener-bener bete banget hari ini!" bentak Reva ke Vani lalu pergi dari tempat itu.

"Loh, kok jadi gue yang di semprot" tanya Vani dengan wajah bingung.

Selamat malam.
Update nih, jan lupa vote sama coment nya teman. Bye bye
@juniantiputri

ARVA ✔✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang