3

444 34 3
                                        

Hari ini aku berangkat ke kantor agak kesiangan. Yang biasanya jam 8 aku sudah sampai, namun saat ini jam sudah menunjukkan pukul 8.45 KST. Artinya waktuku hanya 15 menit lagi untuk sampai kantor. Aku mulai berlari pelan untuk mempercepat sampai tujuan.

Sudah hampir sampai hanya tinggal tikungan terakhir maka aku akan sampai, namun betapa kagetnya aku melihat para fans yang menunggu di depan gedung kantorku. Banyak dari mereka remaja wanita yang sepertinya masih para pelajar dan mahasiswa, bahkan ada bule juga di sana. Akhirnya aku tak menghiraukan mereka karena aku hampir terlambat. Aku berjalan perlahan melewati mereka satu-satu.

Baru beberapa langkah aku maju, terdengar teriakan para wanita ini yang membuatku bingung. Aku menoleh ke belakang, melihat apa yang membuat mereka menjerit histeris. Ah ada sebuah mobil van hitam berhenti beberapa meter dari ku, mungkin itu sebabnya mereka menjerit. Aku mulai melangkahkan kakiku lagi, namun yang terjadi adalah para wanita itu semakin menjerit dan berlari manghampiri mobil tersebut. Aku yang berjalan berlawanan arah dengan mereka pada akhirnya harus tertabrak banyak orang, kakiku mulai tak bisa menahan tubuhku dan...

bruk, aku terjatuh di tanah. Aku sudah jatuh pun masih ada orang yang berusaha menabrakku, aku hanya bisa melindungi kepalaku dengan tangan agar tidak 'terkoyak-koyak' oleh kelakuan mereka. Sampai akhirnya aku menyadari orang-orang di sekelilingku menjauhiku.




Aku melepaskan pegangan tanganku di kepala, dan berusaha melihat ke atas. Tiba-tiba sepasang tangan menyentuh pundakku, aku menoleh.

"Vhelia-ssi, kau baik-baik saja?" Tanyanya dengan wajah khawatir. Lalu sebelah tangannya menyentuh telapak tanganku, berusaha membantuku bangun.

"Kau baik-baik saja? Perlu diobati?" Tanyanya yang melihat celanaku robek dan dengkulku berdarah.

"Ahh tidak perlu, aku tidak apa-apa. Ini hanya luka kecil kok. Akan kuobati sendiri. Terima kasih atas bantuannya" ucapku sambil membersihkan baju dan celanaku yang kotor. Aku menatapnya dan memberikan senyuman agar iya yakin dengan jawabanku. Dia hanya membalas senyumku, namun dapat kudengar helaan nafasnya pelan.

"Aku minta pada kalian, jangan lakukan hal seperti ini lagi. Ini berbahaya. Bagaimana kalau dia terinjak-injak tadi?" Ucapnya yang membuat para fans hanya terdiam.

"Aku tidak melarang kalian untuk menunggu kami di sini. Tapi tolong mengertilah, di sini juga ada staf kami yang ingin masuk kantor. Jangan bahayakan mereka, dan diri kalian sendiri. Aku akan sangat menyesal jika ini terjadi lagi. Kumohon, jangan sampai hal seperti ini terulang lagi. Kalian mengerti?" Tambahnya menjelaskan kekhawatirannya.

"Ndeeeee... kami mengerti" jawab para fans yang membuat pria yang memiliki lesung pipi ini tersenyum.

"Baiklah, semoga hari kalian menyenangkan" ucapnya dengan senyum dan melambaikan tangan.

"Begitu juga denganmu oppa... kyaaa" aku hanya tersenyum melihat tingkah remaja itu. Imutnya mereka mau mendengarkan apa yang Namjoon oppa ucapkan.

Aku mulai berjalan dan agak tertatih karena luka di dengkul ini. Aaaahh aku paling tidak suka memiliki luka di dengkul dan siku. Terlalu banyak pergerakan yang kugunakan dengan sendi-sendi ini. Aku berjalan perlahan dan tiba-tiba sebuah tangan terulur di depanku. Aku menatap wajahnya.


"Perlu kutatah? Biar kubantu kau berjalan" Namjoon semakin mendekatkan tangannya padaku. Aku salut padanya, dia seorang idol tapi sepertinya tidak punya rasa sombong pada dirinya. Aku tersenyum padanya dan mengatakan padanya aku baik-baik saja dan masih bisa berjalan sendiri. Aku mulai melangkahkan kakiku dan melewati tangannya. Namun baru beberapa langkah.



I'm Assistent Idol (BTS)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora