Mix, aku melihat gadis itu melepas burung bangkai di taman belakang, tangannya gemetar, bahunya terguncang, sesuatu menetes dalam diam. Setelahnya ia berteriak ke angkasa, lebih liar dari orang gila, dia berlari-lari sambil membuat sarang burung di atas kepalanya, dia menggendong telor angsa.
Mix, tak ada yang kutahu seorang pencinta burung di duniaku kecuali kamu. Jadi kehadiran gadis itu mematahkan pengetahuanku, membuat sendiku ngilu.
Tak berapa lama dia melihatku, "Kubunuh kau dengan tajam lidah puisi, kuracun kau dengan diksi-diksi, matilah kau sebagai bangkai metafora", aku diam saja. Bergidik membayangkan kebangkitan Arya Dwipangga.
Kupejamkan mataku, di pukul tujuh, mimpi buruk hampir membuat aku jatuh, pada sakit psikologis seluruh. Di luar jendela, hujan menjela-jela, seekor burung bangkai melotot di dinding kaca, ke arahku.
2019
YOU ARE READING
Mixtuznavia
Poetry#14 in Misteri (Jan, 18th of 2019) #18 in Fantasi (Jan, 29th of 2019) #1 in Coretan (Jan, 29th of 2019) #4 in Hitam (Feb, 6th of 2019) #4 in Coretan (Feb, 20th of 2019) #1 in Lubang (Feb, 22th of 2019) #21 in Kelam (Feb, 27th of 2019) #3 in Lubang (...