Perempuan yang menating rindu ke trauma dan trakomaku adalah ibu yang bau abu. Ketika tikam masalalu tumpul di otakku, kenangan itu menggenang mataku. Kenapa dendam begitu baik merendam arang sehitam erang dan umpat setinggi tempat tebing janda dalam kisah para penyihir.
Aku petir mengaku getir, hari-hariku yang hujan tak dapat minggir, wajah arwah ayah tiriku tak dapat mangkir, lekat di cangkir dingin hanya tersesap sesat ingin.
Kau laki-laki dengan laku-laku keji mengoyak maluku. Betapa kau yang berilmu agama dan paham Tuhan bukan kubus bukan segilima tersangkut tiang agama terikat hasrat zina. Dan kau meliarkan niat jahat seperti kera tak kira-kira.
YOU ARE READING
Mixtuznavia
Poetry#14 in Misteri (Jan, 18th of 2019) #18 in Fantasi (Jan, 29th of 2019) #1 in Coretan (Jan, 29th of 2019) #4 in Hitam (Feb, 6th of 2019) #4 in Coretan (Feb, 20th of 2019) #1 in Lubang (Feb, 22th of 2019) #21 in Kelam (Feb, 27th of 2019) #3 in Lubang (...