Part 15

19K 2.5K 1K
                                    

Just what you're thinking of
If tomorrow never comes..

▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒

SUDAH lima hari berlalu namun belum ada perkembangan dari keadaan Jaehyun. Lelaki tampan itu masih terbaring di atas ranjang rumah sakit dengan tubuh yang di penuhi oleh alat-alat rumah sakit. Semakin hari, kondisi Jaehyun terus memburuk. Bahkan beberapa kali detak jantung lelaki itu menghilang hingga dokter harus terus mengawasi setiap jam.

Taeyong terus berada di samping Jaehyun; sesuai dengan janji yang mereka buat di altar. Setiap hari Taeyong selalu berdoa; memohon kepada Tuhan agar Jaehyun mendapatkan keajaiban. Walaupun tidak mungkin, namun ia tidak berhenti berharap.

"Nah, kita bersihkan tubuhmu ya Jaehyun." gumam Taeyong lembut, ia mengusap dahi Jaehyun dengan kain basah; agar lelakinya itu tetap terlihat tampan meskipun dalam keadaan seperti sekarang.

Kegiatan yang Taeyong lakukan setiap harinya adalah membersihkan tubuh Jaehyun. Ia tahu lelaki tampan itu selalu mengeluh jika tubuhnya kotor; maka dari itu Taeyong tidak akan membiarkan tubuh Jaehyun kotor.

"Jaehyun, kau ingat? Ketika kita menghabiskan waktu saat masih sekolah. Bermain di dalam game center dan aku selalu mengeluh jika kalah?" bibir Taeyong bergetar; ia menyingkap lengan baju rumah sakit Jaehyun dan mulai membersihkan area tangan. Air mata sudah merebak keluar; membasahi pipinya.

Entah berapa lama lagi Jaehyun akan bertahan, yang terpenting Taeyong tidak ingin menyia-nyiakan waktu. Setiap detiknya sungguh berharga, ia masih bisa bersama Jaehyun saat ini meskipun lelaki tampan itu tak sadarkan diri.

"Dan setelah itu kau akan selalu mengalah untukku. Membiarkan aku berjingkrak kegirangan karena memenangkan permainan." tawa Taeyong mengalun; memori di otaknya sangat berharga. Tidak akan pernah bisa di tukar oleh apapun.

Sampai kapanpun, Jaehyun akan selalu menjadi yang terbaik untuknya. Tidak akan pernah ada seseorang yang bisa menggantikan posisi Jaehyun di dalam hidup Taeyong.

"Lalu apa kau ingat ketika kita berdua membolos dan pergi ke bukit? Di sana kau menceritakan segala hal yang berhasil membuatku tertawa, kau selalu bisa membuatku bahagia Jaehyun." Taeyong menahan agar pita suaranya tidak tercekat. Ia masih membersihkan tubuh Jaehyun secara telaten.

"Aku masih ingat dengan cerita anak ayam yang hilang. Kau tidak mau menceritakan itu lagi padaku? A-atau cerita tentang bagaimana tiga beruang kecil yang tersesat di hutan?" nada suara Taeyong bergetar hebat, air matanya bahkan berjatuhan di tubuh Jaehyun. Ia tidak kuat menahan semua ini.

Kenapa badai besar datang ketika ia dan Jaehyun baru akan menjalani kebahagiaan? Kenapa Tuhan melakukan ini semua padanya?

Pada akhirnya tubuh Taeyong jatuh diatas kursi; ia menaruh punggung tangan di depan bibir, mencoba menahan isakkan. Hatinya terasa begitu sakit hingga rasanya Taeyong tidak bisa bernafas dengan baik.

"Jaehyun, kau tidak ingin membuka matamu? Aku merindukanmu, sungguh." Taeyong menggenggam tangan Jaehyun dan menciumi punggung tangan lelaki tampan itu; membiarkan air matanya membasahi kulit Jaehyun.

Taeyong merindukan senyum dan tawa Jaehyun. Apalagi bola mata cokelat yang selalu memancarkan kelembutan, ia merindukan semuanya.

If Tomorrow Never Comes《Jaeyong》✔Onde histórias criam vida. Descubra agora