Chapter 15

2.7K 325 47
                                    

Siwon mendongak, menaikan pandangannya saat pintu di balik sekat kaca di depannya terbuka, dan sosok paruh baya terlihat keluar dari sana setelahnya.

Siwon mengamati sosok yang tengah berjalan mendekatinya dengan sedikit tergesa itu dalam diam, wajah tegas yang mulai mengeriput, lingkaran hitam di sekitar matanya, serta pipi yang terlihat lebih tirus dari saat terakhir kali mereka bertemu, lalu pakaian biru tua yang dikenakannya, juga borgol yang melingkar di pergelangan tangan yang kian memperjelas statusnya saat ini.

Siwon tersenyum singkat meski hatinya kembali berdenyut nyeri, sebelum perlahan senyum itu menghilang seiring dengan atensinya yang teralih pada kedua tangan lain yang mungkin tengah saling menaut di bawah meja sana, kemudian pada lubang-lubang kecil yang tersebar membentuk sebuah pola pada dinding kaca yang membatasi interaksi keduanya.

Jika bisa, Siwon ingin sekali memeluk sosok di hadapannya untuk sekedar mencari kekuatan, untuk meminta sedikit ketenangan lewat usapan lembut yang sudah lama ia rindukan.

"Ada apa? Kenapa tiba-tiba kau datang, Won?" Siwon mengerjap beberapa kali saat kesadarannya dipaksa kembali oleh suara rendah milik sosok di hadapannya. Terselip kekhawatiran dalam setiap tanya yang ia sampaikan, juga gurat samar yang sedikit mengusik ketenangan di wajahnya. Terlebih saat pria yang lebih muda terdiam, dan hanya memandanginya dengan tatapan kosong. Seolah tak berniat untuk menjawab semua tanya yang terlontar.

Siwon hanya bingung, harus memulai dari mana. Kata-kata yang sudah ia rangkai sedemikian rapihnya buyar begitu saja.

"Won, apa yang terjadi?" tanyanya sekali lagi. Siwon menghela napas, tatapannya terangkat perlahan sebelum akhirnya satu nama berhasil lolos dari bibirnya.

"Namjoon...."

Siwon menjeda kalimatnya, hanya untuk meredam gejolak di hatinya. Siwon terdiam cukup lama, meski dia tau sosok paruh baya di depannya tengah menunggu dalam gusar yang coba ia tutupi.

"..satu minggu yang lalu dia mengalami kecelakaan bersama Seokjin, dan mereka masih koma sampai sekarang." lanjutnya lirih, bersamaan dengan lelehan airmata yang mengalir turun melewati pipinya.

Pria yang lebih tua terdiam sejenak, menarik napas panjang, meski justru sesak yang ia rasakan semakin menyiksa. Pandangannya buram tertutup cairan bening yang menggenang di kelopak mata, namun ia berusaha menahannya agar tidak tumpah.

Mendengar kabar bahwa Namjoon mengalami kecelakaan tentu membuat hatinya sakit, terlebih dia tidak bisa berada di sisi sang anak untuk menemaninya berjuang. Kim Jaewook ingin sekali berteriak, menyalahkan keadaan. Dia merasa sangat tidak berguna, namun dia sadar Siwon tengah membutuhkannya, Siwon butuh pegangan untuk membuatnya tetap berdiri tegak.

"Aku gagal, hyung." ucapnya lagi, Jaewook menggeleng pelan. Seandainya bisa Jaewook ingin menggenggam tangan adik iparnya itu, dia merasa bahwa kata-kata saja tidak akan mampu membuat Siwon merasa lebih baik, pria itu seperti sudah berada pada ujung rasa putus asanya.

"Tidak, kau sudah melakukannya dengan baik." kalimatnya terjeda. Menatap obsidian di depannya lebih dalam, memastikan bahwa pemilik sepasang manik itu mendengarkannya dengan baik.

"..kau melakukan apa yang tidak bisa aku lakukan selama tiga belas tahun ini, Won." lanjutnya, lalu kedua sudut bibir yang mulai keriput itu tertarik ke atas. Dia tersenyum, mengungkapkan rasa terimakasihnya dengan begitu tulus.

Airmata Siwon kembali menetes, namun dengan cepat ia menghapusnya. "Seharusnya aku tahu, orang-orang itu pasti mengincar mereka setelah tahu apa yang kami rencanakan."

Jaewook tampak terkejut, apa yang mereka rencanakan hingga membuat nyawa mereka terancam?

Srakk..

FaithTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang