Chapter 18

3.3K 310 81
                                    

Satu tetes air mata jatuh begitu saja tepat setelah remasan pelan di pundaknya terlepas. Dokter melangkah pergi, sementara Jimin hanya diam di tempatnya.

Pikirannya mendadak kosong, hatinya terkoyak oleh perasaan bersalah yang tumbuh berkali-kali lipat lebih besar dari sebelumnya.

Taehyung kritis. Hanya itu yang bisa Jimin tangkap dari serentetan kalimat yang dokter sampaikan. Jimin tidak dapat mendengar semua ucapan sang dokter dengan jelas, otaknya mendadak tidak dapat bekerja sebagaimana mestinya. Pemuda itu benar-benar terguncang.

Dia takut Taehyung tidak akan sanggup bertahan. Taehyung adalah sahabatnya, Jimin tidak pernah benar-benar membenci Taehyung meski dia tahu karena Taehyung lah dia harus terpisah dengan Seokjin. Jimin hanya kecewa, dan dia butuh waktu untuk menata kembali hatinya.

"Aargh!"

Jimin yang marah, kecewa pada dirinya sendiri pun lantas maju, meninju dinding di depannya berkali-kali hingga jari-jari tangannya terluka dan berdarah.

Kepalan tangannya melemah dan tepat saat Jimin menyudahi pukulannya, tubuh pemuda itu tiba-tiba saja limbung, menabrak dinding yang sempat menjadi pelampiasan amarahnya. Entah kenapa pijakan kakinya mendadak terasa begitu lemah, hingga nyaris tak mampu lagi mempertahankan keseimbangannya.

Jimin menangis, membiarkan tubuhnya meluruh begitu saja. Jatuh menyentuh lantai tanpa ada yang menahannya.

---

Brak!

Pintu disisi kursi penumpang ditutup dengan keras, membuat atensi seseorang yang duduk di di depan kemudi teralih seketika.

"Suruh seseorang untuk mencari Kim Taehyung sekarang!" ucap tuan Kim yang baru saja masuk dengan tergesa.

Orang di balik kemudi itu-Sekretaris Nam, yang mulai tersadar dari rasa terkejutnya kemudian mengangguk. "Baik presdir," lalu menghubungi beberapa rekannya untuk menjalankan perintah tuannya.

Sedangkan di bangku belakang, Tuan Kim mengusap kasar wajahnya. Mencoba sedikit menenangkan pikirannya, meredam emosi yang nyaris meledak.

"Lindungi saja cucumu itu, Kim Myungho. Pastikan aku tidak menemukannya agar dia tetap aman." rahangnya mengeras, mengingat bagaimana Jeon Jungmo tersenyum saat melontarkan ancamannya.

Orang itu tidak pernah main-main dengan ucapannya, dan satu hal yang tuan Kim takutkan adalah kejadian tigabelas tahun yang lalu akan terulang kembali. Malam itu, malam dimana Taehyung hampir meregang nyawa.

"Mereka sudah menemukan tuan muda, Presdir." sekretaris Nam akhirnya membuka suara tepat setelah panggilan telepon yang diterimanya berakhir, lalu menoleh pada Tuan Kim yang tampak begitu kacau di bangku belakang lewat kaca spion tengah pada kabin mobilnya.

"Tapi-"

"Dimana dia sekarang?" potong tuan Kim cepat.

"Dia di rumah sakit. Sepertinya orang suruhan Jeon Jungmo sudah terlebih dahulu bergerak, dan tuan muda terluka saat mencoba mengejarnya."

Fokusnya sudah kembali pada lalu lintas di depan, namun suara helaan napas berat Tuan Kim rupanya berhasil membuat atensinya teralih sejenak.

"Dia selalu bergerak lebih cepat daripada aku," Tuan Kim menyahut, tatapannya mengarah ke luar jendela-memerhatikan lampu-lampu kota yang berpendar di kejauhan. "Bahkan sejak dulu." lanjutnya.

FaithTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang