Tentang Dia

3.1K 398 8
                                    


“When you think it’s too late, you’ve already fallen for me
It’s out of your control (isn’t it?)
You knew everything from the start and now you’re blaming it all on me?”

(EXO - Playboy)

💕

Baru saja Carla memasuki kamar kosnya, saat terdengar suara deringan ponselnya. Ia mengintip nama penelepon yang ternyata adalah mamanya. Carla langsung menerima telepon itu.

“Halo, Ma.” sapa Carla ceria.

“Halo, sayang.”

Carla tersenyum tipis mendengarnya. Rasanya sudah lama sekali ia tidak mendengar suara mamanya yang kerap kali membuat Carla merasa tenang dengan kelembutannya. Carla biasanya tidak pernah absen menelepon mamanya. Apalagi saat pertama kali memutuskan tinggal sendiri. Untuk pertama kalinya tinggal jauh dari orang tua membuat Carla sering merasa rindu rumah.

Tapi akhir-akhir ini, karena kesibukannya ia jadi jarang melakukan itu. Apalagi setelah minggu kemarin ia tidak pulang ke rumah orang tuanya karena harus menjaga dua anak Teh Nita, juga beban pikiran yang akhir-akhir ini menghantuinya, otomatis membuat Carla merasa rindu orang tuanya.

“Papa sama Mama apa kabar?” tanya Carla sambil membuka sepatu dan menaruh tasnya diatas meja.

“Kita baik disini. Justru Mama yang harusnya tanya. Lala baik-baik aja kan disana?”

Carla barjalan menuju kasur dan merebahkan diri. “Lala juga baik, Ma. Maaf Lala jarang nelepon.”

“Nggak apa. Yang penting kamu baik. Sehat juga, kan? Makannya nggak telat kan?” tanya Mamanya bertubi.

“Lala sehat, Ma. Makannya juga teratur. Ya walaupun kadang kalau pagi suka nggak sarapan sih.”

“Lho, kenapa? Jangan sampai nggak sarapan ah. Terus itu juga kurang-kurangin makan mie instan. Nggak baik kalau keseringan.” Khas mamanya sekali akan cerewet jika berbicara tentang kesehatan.

Carla meringis sambil melirik lemari penyimpanan mie-nya yang pasti tidak pernah kosong, “Nggak sampe nggak sarapan banget sih. Paling makan sereal.” Ia berkelit dari bahasan tentang mie instan, karena tahu jika ia menjawab sering, mamanya akan menceramahinya habis-habisan. Carla tidak bisa lepas dari mie. Bukan karena suka. Tapi karena mie bisa menyelamatkan dari kelaparan saat tengah malam, saat tanggal tua, dan mie lebih cepat diolah.

“Kemarin gimana kabar Teh Nita?” Carla diam-diam mendesah lega mamanya tidak membahas seputar mie lagi.

“Teh Nita baik. Qyra sama Kanaya juga. Tapi kalau mertuanya sih katanya masih dirawat di rumah sakit sampai sekarang.”

“Iya nih, Mama belum sempat jengukin. Abisnya jauh banget di Bogor.”

“Oh iya, Qyra sama Kanaya titip salam buat Mama. Katanya salam buat Nin.”

“Duh, Mama jadi kangen deh sama dua anak itu. Oh iya, La, Mama baru inget mau tanyain ini. Nggak ada yang aneh-aneh kan di kosan?”

“Nggak ada, Ma. Udah Mama nggak usah khawatir. Lagian kalau ada apa-apa aku bisa minta tolong Leo.”

“Leo sering ke kosan kamu?” Ada nada terkejut dari suara mamanya. Ia mengira Leo sering masuk kamar kosnya. Mamanya memang sudah lama mengenal Leo, tapi tetap saja menurutnya ada batasan antara laki-laki dan perempuan.

“Nggak kok. Tapi dia pasti ngecek aku lewat SMS atau telpon. Kalau pulang juga bareng.”

“Mama percaya sama Leo. Tapi kalian kan bukan sedarah jadi kalau bisa jangan terlalu dekat ya, nak.”

Roller CoasterWhere stories live. Discover now