Part 3

379 44 7
                                    

.

.

Seiring berjalannya waktu, berita miring tentang Hanbin pun mulai tergantikan oleh berita kencan dengan penuh tanggapan positif. Para penggemar mulai percaya bahwa rumor tentang Hanbin yang mengidap penyakit menyimpang itu tidaklah benar. Dia lelaki normal yang kini tengah menjalin kasih dengan seorang gadis. Banyak penggemar yang mendukung hubungan tersebut karena melihat chemistry yang kuat diantara Hanbin dan Hayi. Bahkan tak sedikit yang mengatakan kalau mereka sudah terlihat sangat cocok sejak sama-sama berada diatas panggung Mix&Match dulu.

Namun perlahan, semua tanggapan positif tentang hubungan mereka itu justru menjadi boomerang tersendiri. Terlebih untuk seorang Kim Hanbin. Dimana rasa yang seharusnya hanya pura-pura itu malah berkembang dan terus membesar, sehingga membuat lelaki itu kesulitan bernafas. Kekacauan yang seharusnya tidak dimulai sejak awal kini seolah mengejek. Menertawakan kebodohannya sendiri.

Sebenarnya bukan waktu yang singkat jika dihitung. Awalnya Hanbin dan Hayi memang telah mengenal satu sama lain sejak mereka masih sama-sama menjadi trainee disini. Sampai suatu ketika Hayi diminta untuk membantu lelaki itu dalam program survival Mix&Match beberapa bulan yang lalu. Untuk pertama kalinya bagi Hanbin yang memang terkenal kikuk dihadapan seorang perempuan, menghabiskan waktu bersama diruang rekaman sampai pergi keluar bersama-sama untuk sekedar mencari makan siang, bertukar pendapat dengan teman seumuran nyatanya membuat Hanbin tidak hanya membuka fikiran, tetapi juga hatinya untuk gadis mungil itu.

Singkatnya, percikan kecil yang dulu pernah ia sepelekan itu nyatanya kini malah berubah menjadi kobaran api yang bisa saja membakar dirinya sendiri sewaktu-waktu.

Sebenarnya jika boleh jujur, Hanbin juga tidak menyalahkan skandal tersebut sepenuhnya. Karena setelah kejadian itu justru ia bisa semakin dekat dengan Hayi. Berpura-pura kencan dengan gadis itu rupanya bukan ide yang buruk. Mungkin ini terlihat seperti Hanbin mengambil kesempatan didalam kesempitan. Tetapi jika memang kesempatan itu hanya datang satu kali seumur hidup, maka ia tidak akan menyia-nyiakannya.

.

.

Sore itu Hanbin meminta Hayi untuk bertemu diatap gedung tinggi YG Entertainment. Tekadnya sudah bulat. Hari ini ia harus mengutarakannya kepada gadis itu.

"Ada apa?" tanya gadis berpipi bulat itu. Tangannya sibuk merapatkan cardigan yang tengah ia kenakan.

"Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan denganmu" jawab Hanbin. Seulas senyum kecil tergurat dibibirnya. Sebisa mungkin lelaki itu bersikap tenang walaupun degupan dijantungnya kini sudah tidak lagi bisa ia kendalikan.

"Apa itu?"

"Hayi, aku ingin kita menyudahi semua ini"

"..." gadis mungil itu hanya mengangkat sebelah alisnya. Belum paham sepenuhnya tentang arah pembicaraan Hanbin.

"—tentang kencan pura-pura itu" Hanbin menarik nafas dan memberi jeda cukup lama disana. "—bagaimana kalau kita kencan sungguhan saja sekarang?"

"A-apa katamu??"

"Bukankah tidak akan ada bedanya dengan kencan pura-pura? Kita telah melaluinya dengan baik, jadi aku rasa jika kita kencan sungguhan pun tidak akan ada masalah"

"..." Hayi kembali terdiam dibuatnya.

"Hayi..." lelaki itu meraih sebelah tangan Hayi. Lalu menggenggamnya dengan hangat. "—aku mencintaimu. Dan rasa yang kupunya saat ini tidaklah pura-pura"

"Bin, jika kau sedang bercanda sekarang. Maka ini benar-benar tidak lucu" nada bicara Hayi bergetar.

"Aku tidak pernah menyatakan perasaanku pada seorang gadis sebelumnya. Jadi mungkin ini terdengar payah. Tapi, aku bersungguh-sungguh"

"Hanbin, maafkan aku" Hayi menarik kembali tangannya yang digenggam oleh Hanbin. Gadis itu menundukkan kepalanya dalam-dalam. Ia sepenuhnya tau Hanbin bukanlah seorang Gay, hanya saja ia memiliki alasan lain untuk ini. "—tapi aku tidak berfikir hubungan kita akan sejauh itu. Aku harap kau memikirkan semuanya matang-matang" hembusan angin dingin menjadi saksi bisu kala itu. Dengan memberanikan diri, seorang Lee Hayi menatap kembali lawan bicaranya. "—kita masih sangat muda. Karir kita baru saja dimulai. Bukankah kau memiliki mimpi besar bersama iKON? Begitupun aku. Aku tidak ingin merusak semuanya. ...Maafkan aku" berat sebenarnya bagi Hayi mengatakan hal itu. Terlebih kepada Hanbin. Mereka telah berteman cukup lama.

Lelaki itu membuang pandangannya. Mengalihkan atensinya kemana saja asal tidak bertemu pandang dengan manik hitam milik Hayi. Ia terlalu takut.

Ia merasa kecewa, hancur, dan sedikit marah tentu saja. Merasa bodoh atas kegagalan cinta pertamanya. Apakah ia terlalu terburu-buru dalam mengambil keputusan? Entahlah, ia hanya ramaja berusia 19 tahun yang sedang dibutakan oleh cinta kala itu.

"Jika tidak ada lagi yang ingin kau katakan, aku pergi duluan" tanpa mendengar jawaban dari Hanbin, Hayi kemudian membalikkan badannya. Melangkah pergi begitu saja. Rasanya agak tidak nyaman berada disana terlalu lama. Bukan niat hati ingin melarikan diri, hanya saja gadis itu tidak ingin menyesali ucapannya sendiri. Cukup dengan melihat raut wajah kecewa Hanbin, ia tak sanggup jika harus lebih dari itu.

"Hayi—" suara itu menginterupsi.

"Kita masih bisa berteman, ...seperti yang lainnya. Aku harap tidak akan ada yang berubah setelah ini" jawab Hayi tanpa menoleh sedikitpun. Dan setelahnya gadis itu benar-benar menghilang dari pandangan Hanbin.

–Tapi aku ingin kau melihatku lebih dari yang lain. Apakah aku begitu egois? Lelaki itu membatin.

.

.

.

Tbc

ANOTHER SIDE [END]Where stories live. Discover now