BAB 52 Kesepian

2.3K 277 17
                                    

Jisoo mengemasi mukenah miliknya dan menaruhnya di dalam lemari. Tadi dia baru selesai shalat tarawih di masjid dekat komplek rumahnya dan dia shalat bareng Jin.

Setelah selesai mengemasi sajadah dan mukenahnya Jisoo menatap ke luar jendela, terlihat beberapa anak kecil yang sedang main kembang api dan mercon.

"Hmm Ayah dulu sering banget beliin gue mercon." kenangan Jisoo dengan ayahnya pun kembali melintas di kepalanya. Setetes air mata pun jatuh dari pelupuk mata Jisoo namun segera di hapusnya, dia sudah berjanji pada Jin untuk tidak menangis lagi

"Bunda juga mana lagi belum pulang pulang." Jisoo kelihatannya khawatir karena jam sudah menunjukan pukul sembilam malam namun sang bunda belum kunjung menampakan batang hidungnya.

"Dulu pas Ayah masih ada tiap bulan puasa pasti aku nggak sendiri kayak gini. Bunda pasti selalu buat makanan tiap buka. Tapi sekarang apa? Aku benar-benar kesepian." kata Jisoo sambil menghelang nafas sedih.

Memang benar, sudah dari SD Jisoo hidup mandiri seperti ini. Dia sudah terbiasa sendirian seperti ini tampa keluarga sedikit pun, soalnya ayah dan bunda Jisoo adalah anak tunggal di keluarga masing-masing jadi Jisoo tak punya paman atau bibi, kakek neneknya juga sudah meninggal. Yang dia punya hanyalah bundanya saat ini, tapi sayangnya sang bunda pun tak punya cukup waktu untuk anak gadis satu-satunya itu.

Jisoo pun sebenarnya sempat depresi waktu SMP, dan untungnya ada Jennie yang menolongnya saat itu. Dan sekarang rasa depresinya sudah benar-benar hilang, berkat semangat yang di berikan oleh sahabat-sahabatnya di sekolah terutama Jin yang sudah membantunya berkali-kali.

Setelah puas menatap kembang api Jisoo melangkah menuju kamarnya dan memutuskan tidur. Dia takut nanti telat bangun sahur.

****

Berbeda dengan Jisoo, bukannya tidur Jin malah main VS bersama kakanya Joong.

"Awas aja lo bangke gue bunuh lo." Joong nampak bermain dengan semangatnya dan selalu banyak bicara. Berbeda dengan sang adik yang bermain dengan santai dan tenangnya.

"Banyak bacot lo." kata Jin sembari membating stik VS nya lalu beranjak pergi dari ruang tamu setelah selesai mengalahi sang kakak.

"Woy main sekali lagi dong, pasti menang gue." Joong memanggil sang adik dengan memelasnya namun Jin tak terlalu peduli.

Jin segera menutup pintu kamarnya dengan kasarnya dan tak terlalu mengubrik sang kakak.

Perlahan Jin membaringkan tubuhnya di kasur empuknya sembari melihat ponselnya.

"Jisoo? Apa dia masih kesepian?" tanya Jin di dalam hati. Dia masih membayang apa yang terjadi pada gadis yang dia sukai itu. Menangis diam-diam? Jin baru mengetahuinya.

Semua yang Jin lihat di diri Jisoo selama ini salah. Jisoo yang periang dan ceria? Itu hanya topeng. Jisoo yang sebenarnya tengah mencoba melawan depresinya dan Jin masih harus mecoba mengenal gadis itu.

"Kalau sampai Jisoo kenapa-napa gue nggak akan bisa maafin diri gue sendiri." batinnya di dalam hati.

"Habis bulan ramadhan ini gue bakalan nembak lo Soo, lihat aja nanti. Itu nazar gue."

****

"Wih majalah baru sekolah udah keluar njir. Modelnya Jin sama Jisoo, bagus banget lagi."

"Anjir Jin gagah bener."

"Ini promosi agar banyak siswa yang daftar sekolah ya? Gue baru sadar dikit lagi kelas dua belas."

"Wishh modelnya visual sekolah njir."

"Katanya modelnya ini di ambil dari murid berprestasi, jadi Jin dan Jisoo itu pinter dong?"

"Katanya modelnya ini di ambil dari murid berprestasi, jadi Jin dan Jisoo itu pinter dong?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Midday Stars (JinSoo)Where stories live. Discover now