Takdir

4.4K 141 1
                                    

Vano sedang asyik mengutak-atik motor tua milik ayahnya. Wajahnya yang putih rupawan berbalut dengan hitamnya oli. Tangannya yang biasa bersih pun tak luput dari licinnya oli. Ia terlalu sibuk dengan hobinya hingga tak sadar ada orang lain berjongkok dihadapannya.

"Sok sibuk!" Celetuk Deva. Ia jenuh rumah sepi dan Vano sibuk sendiri.

Vano tak bergeming. Ia masih sibuk dengan obeng di tangannya.

"Iihhh nyebelin!" Deva berdiri dan menghentakan kakinya karna jengkel. Vano mengabaikannya.

"Lagi PMS?" Tanya Vano tanpa menatap Deva. Deva yang terlanjur jengkel pun diam saja. Vano pun mendongak saat mendapati kekasihnya itu cemberut. Vano pun berdiri menghampiri Deva.

"Semalem gue chat kenapa gak bales?" Tanya Vano sambil mengelap tangannya yang berlumuran oli. Deva menghela nafas. Ia pun duduk di kursi yang ada di samping motor Vano.

"Gue gak ngerti pakenya." Jawab Deva malu-malu.

"Ha? Apa? Gue gak denger." Ucap Vano mendekatkan wajahnya pada Deva.

"Gue gak bisa makenya!!!" Bentak Deva. Vano setengah mati menahan tawanya.

"Apa sih! Nyebelin!!" Deva kembali ngambek.

"Gue haus nih, ambilin minum dong." Pinta Vano.

"Apa sih, ambil aja ndiri! Udah tau lagi jengkel, masih aja di ejek!" Gerutu Deva.

"Yaampun, lo gak liat tangan gue kotor gini?" Vano memperlihatkan tangannya yang hitam. Deva pun berdiri dengan enggan. Ia menghentakan kakinya keras-keras saat melangkah. Sementara Vano terkekeh pelan melihat tingkah kekasihnya itu.

"Dibeliin hape mahal-mahal malah gak bisa make! Deva, Deva.. gimana ceritanya ya gue bisa begini cintanya sama lo... sampe keudikan lo kecupuan lo ke-kudet-an lo pun gue suka semuanya." Ucap Vano sambil menggelengkan kepala.

####

"Nih." Ucap Deva lalu menggeloyor pergi setelah meletakan jus jeruk diatas meja.

"Astaghfirullahaladzim...." ucap Vano. Sontak Deva menoleh.

"Tumben lo istighfar, kerasukan apa lo?" Tanya Deva sinis.

"Salah mulu gue!" Vano melempar oben ditangannya.

"Gak usah drama ngerajuk segala! Lo kenapa istighfar?" Tanya Deva.

"Ya elo apa gak liat tangan gue kotor? Suapin kek minumnya!"

Deva cemberut. Ia setengah hati melakukan permintaan Vano. Bukannya minum tapi Vano malah memandang Deva.

"Kenapa?" Tanya Deva salah tingkah.

"Komedo lo gede-gede." Celetuk Vano. Alhasil Deva kembali jengkel. Ia cemberut.

"Buruan kek! Tangan gue pegel!" Bentak Deva saat Vano tak segera meminum jus ditangan Deva. Vano malah mencubit hidung Deva dengan tangan kotornya.

"Vanooo!!!!" Teriak Deva.

"Hahahaha sekarang jadi mirip koala!" Ejek Vano.

"Nyebelin!" Deva meletakan gelas ditangannya dan beranjak pergi. Namun tangannya ditahan Vano.

"Apa lagi!" Bentak Deva.

"Bantuin. Bentar lagi kelar."

"Ogah!"

"Yaudah, gak jadi jalan." Ucap Vano yang kembali duduk dan meminum jusnya. Deva pun menoleh.

"Bantuin apa? Gue gak ngerti mesin motor!" Ucap Deva jutek. Vano menahan tawanya.

Devano [Complete]Onde histórias criam vida. Descubra agora