Coffe

3.6K 129 5
                                    

Fira berdiri didepan sebuah cermin besar. Terlihat bagaimana bayangan dirinya dengan gaun pilihan Vano tempo hari.

"Andai semua ini bisa di tukar, Fira cuman pengen nukar dengan kehadiran kalian berdua. Ayah, ibu hari ini Fira nikah tanpa kehadiran kalian." Suara Fira parau. Ia menunduk mengingat kedua orang tuanya.

Vano yang bermaksud ingin berganti tuxedo pun berhenti di depan pintu. Ia menguping Fira.

"Mereka bilang, menikah adalah hari istimewa dimana pengantin menjadi raja dan ratu dalam sehari, tapi Fira udah jadi ratu yah! Fira bisa setiap hari jadi ratu buat ngasih perintah sama semua pelayan Fira!!!" Air matanya mulai tak terbendung. Vano masih setia berdiri di depan pintu.

"Impian Fira jadi orang kaya, gak di anggep remeh sama orang lain udah kesampaian ayah! Tapi untuk apa semua ini tanpa kalian! Bahkan kalian gak peduli anak semata wayang ini menikah! Kalian gak ada disini!" Fira jatuh terduduk di lantai. Vano mengurungkan niatnya berganti baju. Ia menunggu saja di luar hingga suara isak tangis Fira berhenti.

#####

Fira duduk di pinggir ranjang. Di depannya ada sepasang sepatu pemberian Vano. Seorang pelayan menghampiri akan memakaikannya.

"Kalian boleh keluar." Ucap Vano. Fira melirik sekilas.

Setelah para pelayan keluar, Vano berjongkok di depan Fira. Membantu gadis itu memakai sepatunya.

"Kenapa?" Tanya Fira dingin. Matanya menerawang.

"Gue mo ganti baju, gak enak aja di liatin pelayan. Istri gue aja belom liat tubuh gue, masak diliat pelayan duluan." Canda Vano.

"Udah." Lanjut Vano setelah selesai memasang sepatu Fira. Fira beranjak tanpa mengucap apapun. Vano menghela nafas.

"Harus berapa lama lagi, De?" Ucap Vano dalam hati.

Tak berapa lama, Fira kembali dengan tuxedo di tangannya.

"Gue gak suka warna tuxedo yang kemaren." Ucapnya sembari menghampiri Vano. Fira meletakan tuxedo itu diatas kasur. Tangannya terangkat perlahan. Satu per satu kancing baju Vano dibukanya.

Deg. Deg. Deg.

Detak jantung Vano tak terkendali. Ini untuk pertama kalinya orang lain membukakan bajunya selain Dahlia. Vano menahan nafasnya. Meski dulu Deva sudah pernah melihatnya telanjang dada, tapi dulu ia yang menggoda Deva.

Fira melangkah dengan santai. Perlahan ia melepas baju Vano dari belakang. Meski terlihat tenang, tapi Fira pun tak bisa mengendalikan detak jantungnya. Terlebih saat melihat punggung Vano. Hatinya bergejolak.

#####

Pasangan pengantin baru itu keluar dengan bergandengan tangan. Fira tersenyum pada semua tamu undangan.

Yunan, Alex dan Fellicha juga ada disana. Sebagian teman masa sekolah dulu banyak yang hadir dan selebihnya adalah kolega kakek Fira.

"Mereka, serasi ya?" Ucap Fellicha. Alex menatap iba pada Fellicha. Gadis itu menunduk.

"Masih ada gue, tenang aja. Tar kita bikin biar lebih serasi dari pada mereka." Canda Yunan. Gemas, Alex menjitak kepala Yunan.

"Paan sih Lex, becanda doang jitaknya beneran!" Yunan merajuk. Fellicha tersenyum melihat tingkah keduanya.

"Gue seneng kalian bisa dateng." Ucap Vano yang sudah ada di belakang Fellicha. Senyum Fellicha memudar. Sementara pengantin wanita masih berdiri di tangga terakhir dengan tatapan lurus menatap Vano. Fellicha berbalik menghadap Vano. Gadis itu tanpa basa-basi langsung memeluk Vano.

Devano [Complete]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin