Kecewa

2.9K 97 5
                                    

Fira datang berkunjung ke rumah sakit begitu mendengar kabar baik dari Dahlia. Gadis itu kembali bersikap dingin pada Vano. Saat tiba di depan ruang rawat Hardi, Fira hanya melewati Vano tanpa menyapa suaminya itu lebih dulu.

"Lo dateng? Papa nyariin lo, dari kemaren gue-"

Tak ada sahutan dari Fira, gadis itu berlalu tanpa memperdulikan Vano.

"Assalamu'alaikum pa, gimana keadaan papa? Fira dengar, papa udah baikan." Sapa Fira.

"Siapa ma?" Tanya Hardi dengan raut bingung.

"Ini Deva pa, anak temen papa." Jelas Dahlia.

"Tapi, Deva-. Kenapa berubah? Namanya dan raut wajahnya tidak seperti Deva yang selalu riang dulu?" Tanya Hardi masih kebingungan.

"Papa lupa, namanya kan Deva Safira, jadi dipanggil Fira atau Deva kan bisa, pa." Jelas Dahlia.

Tapi Fira masih berdiam diri ditempat. Kebingungannya akan kata-kata yang di ucapkan Revand terus terngiang jelas di kepalanya.

####

"Lo udah keluar? Knapa? Lo sakit?" Tanya Vano begitu melihat Fira keluar dari ruang rawat Hardi.

"Gue gak apa-apa. Cuman capek, gue mo balik duluan." Ucap Fira.

"Biar gue anter." Tawar Vano.

"Gak usah. Gue bawa sopir."

Belum sempat Vano menanyakan keberadaan Fira kemarin, gadis itu sudah berlalu meninggalkan Vano.

"Ada yang gak beres." Ucap Vano pelan. Cowok itu merogoh saku celananya dan mengeluarkan benda pipih dari sana. Vano menghubungi Revand.

"Bisa kita ketemu? Ada yang perlu gue tanyain ke elo."

"Oke, gue tunggu di kafe."

Sambungan pun terputus. Vano bergegas pergi ketempat janjiannya bertemu dengan Revand.

####

Vano duduk termenung dengan secangkir kopi di depannya.

"Sory, gue bener-bener gak sadar waktu itu." Ucap Revand.

"Knapa lo ngehubungin istri gue dan bukan sopir lo aja!" Bentak Vano.

"Bartender klub yang telepon Fira. Gue sama sekali gak tau." Ucap Revand menyesal. Rahang Vano mengeras menahan emosi.

"Gue juga gak tau harus kek gimana saat ketemu Fira, gue takut." Lanjut Revand. Vano terdiam. Cowok itu berkutat dengan pikirannya.

####

Fira duduk di sudut ranjang kamarnya. Sesekali gadis itu menghela nafas panjang. Terdengar pintu apartemennya diketuk. Fira pun beranjak membuka pintu.

"Hai."

"Ada apa?"

"Boleh gue masuk dulu?"

"Gue capek mau istirahat, balik aja nanti." Ucap Fira ketus.

"Ada yang salah?"

Fira menghela nafas berat.

"Saat ini gue pengen sendirian, Van. Plis."

"Revand ngomongin apa aja ke elo?" Tanya Vano.

"Lo pergi, atau gue yang pergi?" Ucap Fira tegas. Gadis itu sama sekali tak ingin membahas masalah itu saat ini.

"Oke gue pergi, tapi gue minta lo jangan salah paham."

Tak menyahuti ucapan Vano, Fira langsung menutup pintu dan jatuh terduduk disana. Fira memegangi kepalanya yang mulai berat. Air mata mulai berlinang membasahi pipi putih gadis itu.

Devano [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang