Maaf ... Usagi-Chan.

1.8K 215 35
                                    

'DWUAAKKK!!' terjatuh dari langit ke tanah yang mengakibatkan sedikit cekungan di tempat ku jatuh, tapi anehnya aku tidak merasa sakit sedikitpun.

Merasakan sedikit nyeri pada bagian panta, aku berdiri  kemudian mengibaskan kotoran yang menempel pada rok dan pakaian.

"Huh~ Sepertinya, aku terjatuh di tengah hutan." ucapku yang sambil menghela nafas dan menyilangkan kedua tangan ku di dada.

Aku melihat sekeliling dan melihat di sekitar ku penuh dengan pohon-pohon setinggi 10-30 meter, yang memiliki tebal lebih dari 2 hingga 3 meter.

Jika dilihat dengan seksama, diriku memang terjatuh di tengah hutan, dan jika tidak salah ini termasuk hutan basah.

Di dunia sebelumnya hutan basah termasuk dalam hutan yang berbahaya, karena banyak sekali serangga dan makhluk-makhluk kecil yang bisa merangkak di tubuh tanpa sadar.

Untuk diriku yang pembenci serangga dan makhluk seperti itu, hutan basah adalah hutan kematian!

Hanya dengan memikirkan ini, membuat tulang punggungku menggigil.

"Apa sih yang di pikirkan dewa itu? sudah tahu katanya dunia ini sangat berbahaya, tapi kenapa aku ada di tengah hutan?"

Huh~ kepalaku sedikit pening untuk menghadapi masalah ini.

Dengan menatap langit dan mengelus pelipis berharap untuk membuatku rileks.

Pada saat itulah aku teringat sesuatu!?

"Bagaimana dengan hadiah dewa itu? Bukankah harusnya system? Menarik!"

"SYSTEM ON!" aku meneriakan kata-kata tersebut dengan suara yang lantang bertujuan untuk meningkatkan semangat sekaligus. Tapi sepertinya percuma, tidak ada tanda-tanda system tahta akan menyala, Dan lagian apa itu system tahta?

Apakah system ini sama, dengan system di berbagai novel yang aku baca? Dan lagian Apakah system ini hanya sama dengan yang kubayangkan? Yah...semoga saja sama.

Aku kembali berjalan dan mendengar.

*GRUSKK!! GRUSKK!!*

Semak-semak bergerak dan berbunyi yang menyebabkan diriku, untuk meloncat mundur sejauh 2 meter karena kaget.

Dengan kewaspadaan penuh, aku melihat ke semak-semak yang mengeluarkan suara tersebut, dan bersiap untuk lari.

Tetapi yang keluar adalah seekor kelinci dengan warna putih tanpa noda, yang memiliki tanduk diantara dahinya, ukuran dari kelinci itu tidak kalah dengan ukuran anak babi berusia 8 bulan di dunia sebelumnya.

Kelinci menatapku dengan bingung dan mengelus-eluskan hidungnya dengan kedua tangannya.

Hanya dengan menyaksikan ini, kewaspadaan ku turun drastis karena keimutannya.

"Huhh....syukurlah cuma seekor kelinci."

Di dunia ku sebelumnya kelinci ukuran seperti ini adalah ukuran dewasa, namun, mau dilihat darimana pun, makhluk imut tetap makhluk imut.

Aku berjalan semakin mendekat kearah kelinci dengan perlahan, kelinci yang melihatku mendekatinya dengan perlahan, mulai menunjukan tanda-tanda akan lari. Namun, untuk mencegah kelinci melarikan diri, aku berhenti sejenak. Kemudian pada saat kelinci mulai terbiasa, aku mendekatinya lagi.

Karena itu kelinci yang imut, aku pikir tidak apa apa melepaskan ke waspadaan ku, tapi kenapa bisa jadi begini!?

Melihat makhluk imut itu membuat jiwa ku bergejolak, karena sudah tidak sabar, aku berlari dan ingin mengelus kepalanya.

Kelinci berlari ke arahku dengan sangat cepat hingga mataku tidak dapat menyaingi kecepatannya. Hanya butuh 1 detik untuk kelinci itu di depanku.

Kelinci membuat ancang-ancang dan meloncat dengan sangat cepat kearahku.

Life Reaches the Highest Throne (Continued)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang