- H e' s o n f i r e -

133 11 0
                                    

Semuanya dimulai saat Musim dingin 10 tahun yang lalu.

Di Prefektur Shizuoka, di sebuah kota yang bernama Hamamatsu.

Aku yang berumur 5 tahun saat itu tinggal di sebuah rumah sederhana bersama Ibuku. Iya, Okaa-san.

Ayahku karena kecelakaan meninggal saat aku berumur 1 tahun. karena itu mental ibuku sedikit terganggu.

Okaa-san bilang kalau aku adalah penyebab Ayahku meninggal. Jadi Okaa-san membenciku.

Diriku yang berumur 5 tahun hanya bisa diam dan tak mengerti apa-apa. Dikunci dari dunia luar dan dilarang berhubungan kontak dengan orang lain membuatku menjadi susah bersosialisasi.

Sampai suatu hari, aku menemukan quirk-ku.

Dan aku nyaris membunuh Ibuku.

Hari itu, lagi-lagi Okaa-san mengunciku didalam kamar. Aku sudah terbiasa dan memilih untuk duduk diam. Toh nanti Okaa-san akan membuka pintunya saat sore untuk makan malam. Asalkan aku diam dan menurut.

Waktu pun berlalu, langitpun senja dan warna biru cerahnya memudar menjadi oranye.

Aku teralihkan oleh indahnya warna langit dan beralih ke jendela.

"BUM!!"

Terdengar suara ledakan yang cukup keras.
Aku segera membuka jendela, mencoba mencari sumber suara.

Didengar dari suaranya yang cukup dekat, rasanya dari halaman rumah sebelah.

Karena penasaran, akhirnya aku keluar dari jendela dan mengabaikan pikiran tentang apa yang akan terjadi jika Okaa-san tahu kalau aku menyelinap keluar.

Setelah keluar, dengan pelan aku berlari ke dinding pembatas rumahku dan rumah sebelah.

Tetangga kami, di rumah sebelah, rumah bergaya Tradisional Jepang itu ramai sekali.

Terdengar canda dan tawa, tak seperti dirumahku.

Tapi tak jarang juga aku dengar teriakan dan tangisan.. Dan itu sangat menyedihkan. Jadi kurasa aku tidak sendirian.

"Ayo bangun! Hanya karena hempasan seperti itu saja kau sudah menyerah. Apa kau benar-benar mau menjadi hero hah?!" teriak seseorang. Suaranya berat.

Tak ada balasan tapi hanya isakan tangis.

Aku berusaha untuk mengintip dan melihat pemandangan dibalik dinding semen ini.
Setelah berusaha akhirnya aku mampu sedikit untuk melihat sebuah halaman besar dimana seorang pria besar berambut merah dan sebuah anak laki-laki..

"Enji cukup! Dia masih 5 tahun! Jangan memaksakan Quirk-nya untuk melampaui batasnya-" "PLAK!"

Aku terdiam.

Pria besar itu menampar perempuan berambut putih. Kejam.

"OKAA-SAN!" anak laki-laki itu berlari menghampiri Ibunya. Rambutnya.. Terbelah menjadi dua warna. Unik..

"Tak apa Shoto.. Okaa-san baik-baik saja." jawab perempuan itu.

Kasihan.. Apa anak laki-laki itu baik-baik saja-

"YUKI!" sebuah suara memekik dari dalam rumah.

Gawat. Okaa-san tahu aku diluar.
Sebelum aku kembali, Okaa-san sudah lebih dulu menggeretku masuk. Dan aku dimaki-maki habis-habisan dan dipukuli. Tentunya aku menangis. Tapi setelah itu kami makan berdua dan semuanya kembali normal.

OurWhere stories live. Discover now