Tient à Cœur - 0

42.6K 2.3K 29
                                    

Dear pembaca,

Aku ingat hari itu.

Pagi itu sangat dingin dengan angin yang cukup kencang menusuk tulang. Wanita itu merapatkan coat yang di kenakan, ah sudah hampir sampai di kedai kopi favoritnya beberapa hari terakhir ketika menginjakkan kaki di kota ini.

Wanita itu terlihat berjalan terburu-buru untuk menghindari angin yang semakin kencang menerpa wajahnya. Dia membuka pintu kedai kopi itu tanpa melihat pasti, karena hal selanjutnya yang terjadi adalah hal cliché mengenai tabrakan dua orang.

Baju wanita itu basah akan cairan hitam yang terlihat mengepul. Kasihan. Pasti panas rasanya.

Lelaki itu terlihat memegang dua gelas kopi di tangan kanan dan kirinya dan keduanya tidak sengaja tumpah ke wanita malang itu akibat tabrakan tadi.

Lelaki itu mencoba meraih tisu dan mengelap daerah yang menurutnya aman untuk di bersihkan sedikit. Kemudian dia mengangsurkan banyak tisu kepada wanita itu untuk mengelap bagian dadanya. Pria itu mengheela napas saat sadar bahwa cairan hitam pekat itu hanya mengenai coat-nya saja, tanpa mengenai kulit wanita itu.

Wanita itu terus menunduk untuk membersihkan cairan hitam yang berada di coat hitamnya sebelum kemudian dia tersadar dan mengabaikannya. Toh warnanya sama ini.

"Sorry, I really didn't see you."

"No problem." wanita itu mengatakannya sambil menengadahkan kepalanya dan mwlihat ke arah pria yang baru saja mengajaknya berbicara sambil tersenyum.

Dan kamu tahu rasanya ketika semuanya terasa tepat? Bagaimana cara orang itu tersenyum, bagaimana caranya memandangmu, bagaimana caranya berbicara padamu sangat tepat?

Mungkin. Mungkin itu yang dulu di rasakan oleh kedua orang itu hingga mereka memutuskan untuk mengenal satu sama lain lebih jauh.

Dalam hal ini, benar-benar jauh hingga memasuki jenjang pernikahan.

Apa kalian juga tahu bahwa dalam pernikahan cinta saja tidak cukup? Begitu banyak hal yang akan terjadi setelah pernikahan. Sungguh, kalian tidak akan hanya mengecap manisnya tetapi pahitnya juga. Jika kalian tidak cukup kuat untuk berpegangan maka akan ada yang terlepas.

Dan kini mereka berdua berada di kedai kopi ini lagi setelah beberapa tahun terlewati. Pandangan wanita itu tidak sama ketika dulu mereka sering mendatangi kedai kopi ini. Pandangan cinta itu sudah di gantikan oleh tatapan kosong. Mukanya terlihat kuyu.

Lelaki di depannya juga tidak terlihat jauh berbeda.

Wanita itu mengangsurkan cicin yang baru saja di lepasnya dari jari manisnya.

"Aku tidak bisa berusaha seorang diri dan aku lelah."

"Apa yang kamu harapkan? Kamu sudah tahu sejak awal mengenai pernikahan ini."

"Ya. Salahku yang berharap. Sekarang aku akan melepaskan semuanya." wanita itu menatap netra hitam yang dulu sangat di sukainya. Ah, tidak. Sampai sekarang pun masih di sukainya. Dia terus menatap netra hitam itu seakan menyimpannya sebagai memori terakhirnya.

Dia juga menyerahkan dokumen yang berada di dalam tasnya, kemudian dia berjalan keluar dari kedai kopi itu. Mencoba dengan sekuat tenaga untuk meninggalkan separuh dari hatinya yang sudah dia berikan.

Pembaca tersayang, apa kalian tahu bahwa setengah dari hatinya tertinggal di kota yang diagung-agungkan sebagai kota cinta dengan kepingan-kepingan kecil?

13 juni 19

Tient à Cœur [FIN] Where stories live. Discover now