Tient à Cœur - 15

15.5K 2.1K 198
                                    

Repub tanpa edit 3/9/20
13/11/20
23/6/21

Per 14 maret 20 (setelah tutup PO) harga cetak menjadi 90

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Per 14 maret 20 (setelah tutup PO) harga cetak menjadi 90.000/judul yes :)

Dua hari berlalu dari Malika mengutarakan keinginannya memakan casserole buatan Chef Narendra, hasilnya nihil. Esa sama sekali tidak mendapatkan kontak chef itu dan ketika dia mengunjungi restorannya pun dia tidak menemukan menu casserole.

Malika semakin cranky dan yang selalu dia lakukan selain muntah adalah marah-marah.

"Esa! Udah gue bilang berapa kali sih buat gak pakai parfum yang kayak minyak nyong-nyong gitu?!" Bentak Malika ketika Esa keluar kamar tamu dengan dandanan paripurnanya. Kemeja berwarna dasar putih dengan motif bunga, tiga kancing teratas dia buka. Celana jeans ketat yang memperlihatkan usahanya yang sangat keras dengan squat setiap hari. Bokong yang selalu dia banggakan dapat menyaingi keluarga Kardashian itu.

"Pakai masker deh, Nek! Jangan mulai cari gara-gara sama eik, kesabarudinan eik udah tipis, shay!" Geram Esa sambil menyerahkan masker yang selalu dia siapkan di dalam tasnya.

Malika menggerutu dan memakai maskernya, "Mau ke mana?"

"Mau malaria minggurita*, capcay* eik ngurus wanda hamidah. Yang bikin sapose yang ribet eik." Ucap Esa, dia lalu mengeluarkan lipstick sambil mengerucutkan bibirnya. "Jengjong* tunggu eik ya, Nek. Eik mau menghabiskan malampir* dengan kekasih hati yang ulala."

"Ikut, Sa. Bosen di rumah."

"Gilingan! Eik ogah threesome sama pere! No way, ya. Lagian nanti Satria dateng kok."

"Ha? Ngapain?"

"Ya, ngunjungin yei lah, Nek. Ya kali aja bisa ngunjungin Pickle sekalian." Goda Esa dengan menaik turunkan alisnya yang sempurna. "Yei kok kayak bini kedua ya, Nek. Ada waktu kunjungnya. Dese udin kewong?"

Pertanyaan itu membuat Malika mengingat foto tangan bayi yang spat di-posting oleh Satria saat dia di rumah sakit dulu. Anaknya?

"Gak kayaknya, gak pakai cincin." Jawab Malika dengan ragu sambil memastikan ingatannya bahwa Satria tidak memakai cincin di jari manis.

"Bok, zaman now nih banyak yang tinta pakai cincin. Supaya dikira single and available to mingle gitu. Pastiin deh, temen eik ada yang gak tau dese jadi simpenan sampai hampir kewong."

"Gue gak ada niatan nikah, Sa."

"Bok! Jengjong drama deh, besarin anak itu susah sulit, yes. Sebelanda* ambil keputusan dipikirin dulu."

"Jangan norak, gak pernah denger istilah co-parenting ya? Lagian juga belum tentu dia mau kan."

"Kalau eik lihat dari dia yang sibuk hubungin eik buat nanyain keadaan yei sih dia serius, Nek. Sutralah, eik mau pergi dulu nanti keburu hujriya*. Eik kan mau hangat-hangat manjah sama babang cincah."

Begitu mengatakannya, Esa langsung keluar rumah tanpa membiarkan Malika mengajukan pertanyaan. Satria menanyakan kabarnya pada Esa?

Ada perasaan senang yang menyusup tiba-tiba tapi dia mencoba menepisnya. Kalaupun datang sepertinya dia harus membicarakan mengenai pasangan. Dia tidak mau merasakan menjadi pihak ketiga, meskipun secara negara dia istri sah. Tapi ketika pria itu mencintai orang lain dan dia berada diantara hubungan mereka, rasanya itu tetap membuat dia menjadi pihak ketiga.

Kalaupun Satria sudah memiliki pasangan maka dia akan memasang garis yang jelas jika pria itu ingin berada di kehidupan anak mereka nantinya.

Tapi, sekarang perasaan bersalah kembali menggerogotinya.

Shit, gue tidur sama suami orang?

Malika mengacak rambutnya dengan gemas. Tunggu, dia ke sini jam berapa? Malika dengan panik bangun dari sofa dan berjalan ke kamarnya. Ketika dia sampai di meja rias, dia menatap dirinya sendiri lalu mendengus dengan keras.

Bodoh, buat apa repot-repot?

Dia membuang sisir yang tengah dia pakai lalu beranjak ke ranjang, yang dia perlukan adalah tidur.

###

"....Ka..Malika." Suara seseorang mengganggu tidurnya.

"Nanti, Sa. Nanti gue makan." Ucapnya, dia lalu menarik selimut semakin tinggi dan berguling ke sisi ranjang sebagai upaya untuk menjauh dari gangguan.

"Bangun, mau makan casserole?" Tanya suara itu dan Malika dapat merasakan sisi ranjang yang tadi dia tempati melesak, pertanda seseorang duduk di sana.

"Mau, tapi maunya yang masak Chef Narendra." Jawabnya, masih dengan mata tertutup dan suara serak yang sarat dengan kantuk.

"Bangun kalau gitu, berangkat sekarang."

"Lo bukannya pergi sama pacar ya , Sa?" Malika membalikkan tubuhnya, mendekat ke arah suara lalu memeluk tubuh itu. Seharusnya setelah lewat beberapa detik dia dapat mendengar teriakan tidak suka Esa yang melengking. "Lo udah normal, Sa? Tumben gak teriak. Kalau udah normal, nikah aja yuk. Temenin gue jaga anak. Gue yang kerja terus lo yang jadi Bapak Rumah Tangga." Lanjutnya, masih dengan nada menggoda.

Bukannya mendengar lengkingan tidak suka dari Esa, dia justru merasakan tangan besar menepuk bokongnya sebelum meremas pelan. "Bangun, Malika." Geram suara itu yang membuat Malika membuka matanya dengan cepat dan ketika mendapati mata berwarna gelap itu dia langsung mundur dengan cepat hingga hampir terjatuh jika Satria tidak menariknya kembali ke ranjang dengan posisi pria itu berada di atasnya. Kedua tangannya menyangga badan hingga tidak menimpa Malika yang kini tengah terbengong dengan mulut terbuka karena melihat wajah Satria yang kini ditumbuhi jambang dengan rambut yang dia ikat kebelakang.

"Hati-hati. Bahaya kalau kamu jatuh." Ujar pria itu, masih dengan posisi yang sama. "Kamu kurusan, masih sering muntah?" Tanyanya sambil menatap mata Malika. Alis tebalnya menukik tajam.

Jarak mereka yang sangat dekat mengacaukan pikiran Malika dan dia hanya bisa menganggukkan kepala sebagai jawaban.

Tanpa aba-aba pria itu menurunkan kepala hingga sejajar dengan perut Malika, dia menyibak bajunya hingga memperlihatkan perut wanita itu yang terlihat mulai menyembul di bagian bawah.

"Pickle jangan bikin susah Mama, makan yang baik." Katanya lalu menjatuhkan beberapa kecupan di sana yang membuat Malika menahan napas seketika.

Next apdet setelah bintang chapter ini 2K

Eaaaaa kecup bibir aku dong bangSat!!!!!

Malaria minggurita = malam minggu
Capcay = capek
Jengjong = jangan
Malampir = malam
Sebelanda = sebelum
Hujriya = hujan

4/2/20
14/3/20

4/2/2014/3/20

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Tient à Cœur [FIN] Where stories live. Discover now