Eleven

4.8K 359 15
                                    

Vote dulu sebelum baca, ya. Terima kasih

✌✌✌

"Woh!" Dante berteriak dengan tubuh yang mencondong ke belakang sambil memeluk dirinya sendiri. "Paman ngapain sih di sini?" dengan wajah kesal, Dante kembali melanjutkan langkah dan membuka jaketnya.

Dilirik sang paman yang tengah duduk di sofa kamar hotelnya dengan wajah penuh masker berwarna hijau.

"Paman tidur sama kamu ya, Dan?"

"Udah di kasih falisitas sendiri-sendiri sih, pam. Kamar aku bukan tempat pengungsian."

"Ck." Arnav berdecak sambil meletakkan ponselnya lalu melihat ke arah Dante. "Mau ngobrol-ngobrol dulu sebelum tidur. Di kamar paman sendirian, jadi susah tidur karna gak ada yang di ajakin ngobrol."

"Salah sendiri Titi Eplin gak di ajak." Dante langsung merebahkan tubuhnya di atas ranjang setelah berganti pakaian menjadi lebih nyaman untuk tidur.

"Titi kamu itu lagi meriang, Dan. Makanya paman gak ngajakin dia ke sini. Eh malah ngambek. Semingguan ini paman cuma dihubungin beberapa kali coba."

Dante tersenyum dengan mata tertutup. Bisa dipastikan jika wajah pamannya sedang kusut.

Sebenarnya, daddy dan pamannya ini tidak ada beda. Mereka begitu mencintai istri masing-masing, bahkan terkesan memuja. Sehingga bisa sangat galau seperti anak baru gede jika istri mereka ngambek.

Begitupun dengan ibu dan Titinya. Dua wanita yang sama-sama telat menikah dan punya tingkat perubahan suasana hati yang begitu anti mainstream.

Jika mungkin Dante berada diposisi daddy dan pamannya, dia pasti sudah mati gantung diri.

"Meriang kenapa, pam?" meski Dante sudah tidak bisa menahan matanya yang benar-benar ingin terlelap, tapi Dante tidak setega itu untuk meninggalkan pamannya tanpa pembicaraan.

"Gak tau deh itu."

"Ada adik Kai kali di perutnya Titi." Senyuman Dante kembali tersemat, samar.

"Eh." Terdengar nada terkejut dari pamannya. "Masa iya sih, Dan?"

"Siapa tau." Dante mencebik dengan mata masih menutup.

"Paman mau telpon Titi kamu ah kalo gitu. Memastikan." Dante lagi-lagi hanya tersenyum. "Jangan kunci pintunya ya, Dan?"

Dante hanya bergumam tak jelas untuk menjawab permintaan sang paman. Karena kali ini Dante benar-benar tidak lagi bisa menahan rasa kantuknya.

***

Semuanya sudah selesai. Pagi minggu ini para perawat akan menghabiskan hari terakhir mereka berkeliling kota Jambi sebelum kembali ke Jakarta sore nanti.

Workshop dan seminar mereka berjalan dengan sangat baik. Dante bisa bernapas lega karena tidak ada hal buruk yang terjadi selama mereka di Jambi.

Semuanya terlihat sangat bahagia. Banyak perawat perempuan melakukan selca disetiap tempat yang mereka kunjungi.

Bahkan beberapa perawat yang juga menjajal sebagai vlogger sangat antusias mendokumentasikan kegiatan mereka dengan kamera dan tripot mininya.

Setelah berbelanja di pasar tradisional Jambi, siang ini, mereka sama-sama menyantap makanan di salah satu rumah makan bergaya lesehan dan bernuansa bambu di sekelilingnya.

Dante memisahkan diri dari yang lain dengan segelas kopi di tangannya. Berdiri dengan bersandar di pembatas pagar yang menampilkan kolam ikan luas dengan beberapa teratai di dalamnya.

DAN (Sudah Pindah Ke Ican Novel Dan Kubaca)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang