BAB 4 - Putih di atas hitam (Part 2)

6.2K 689 24
                                    

Arini berdiri tak nyaman, bukan karena hawa dingin malam yang begitu menusuk tulang atau karena ia berdiri di pinggir jalan malam-malam. Namun, jantung wanita itu sedang riuh. Matanya terus terarah pada pintu masuk yang dijaga oleh dua pria berbadan kekar yang sedari tadi terus meliriknya.

Arini tak habis pikir, mengapa tempat tak beradab ini bisa tersembunyi di tengah hiruk-pikuk ibu kota. Bahkan, anak-anak remaja yang tak seharusnya ada di sana tampak keluar-masuk dengan bebas setelah membayar beberapa tip. Arini mengambil ponselnya, hendak men-dial nomor yang tadi mengabarinya bahwa Raka ada di tempat itu saat dari arah pintu tampak seorang pria berambut cokelat tengah memapah putranya. Wanita itu segera mendekat dan melingkarkan lengan Raka yang satunya dan membawanya ke mobil.

"Maaf, Tante, saya baru bisa hubungin Tante sekarang karena Raka nggak mau Tante tahu keberadaannya."

Arini menatap sosok di hadapannya, tampak menilai. Rambut agak gondrong yang di cat cokelat muda. Tampang, sih, oke, tapi Arini tidak suka melihat anting hitam yang terpatri di telinga kirinya. Lebih-lebih bau alkohol yang sangat menyengat menguar dari tubuh lelaki itu. Arini lantas memilih untuk tak menghiraukannya, ia melenggang begitu saja dan masuk ke balik kemudi.

Namun, tak disangka, lelaki itu menahan pintu mobil. Ia merendahkan tubuhnya lalu melihat langsung ke Arini. "Raka banyak minum, Tan, jangan lupa dikasih air madu." Ia kemudian menutup pintu mobil setelah melayangkan senyuman termanisnya.

Arini mendengkus, ia segera menyalakan mobil dan meninggalkan tempat itu.

"Jangan lupa, diberikan kasih sayang juga."

Samar-samar kalimat itu tertangkap oleh telinganya. Arini melirik kaca spion di sebelah kanan dan mendapati lelaki itu tengah melambai ke arahnya. Mobil Arini perlahan memasuki jalan raya, sesekali ia menoleh menatap Raka yang tertidur di jok samping. Aroma alkohol sudah memenuhi mobilnya sekarang.
Arini menghela napas. Setelah kemarin malam Raka mendengarkannya musik elektronik yang menghentak melalui telepon, Arini tak pernah berhenti memikirkan anak itu, lebih-lebih Bi Hanum mengatakan kalau Raka tidak pernah pulang setelah terakhir kali bertemu dengan Arini.

Wanita itu khawatir, beberapa kali mencoba untuk mencari informasi dari teman-teman putranya, tetapi tidak ada yang tahu keberadaan anak itu. Sampai tadi saat Arini sudah akan pergi ke rumah sakit, tiba-tiba saja nomor tidak dikenal menghubunginya dan mengatakan bahwa Raka berada di Fabulous Club.

Tak berapa lama mobil Arini menepi di depan rumahnya, Pak Joko langsung membukakan gerbang dan mempersilakan Arini untuk masuk.

"Pak, tolong bantu saya bawa Raka ke kamar."

Walaupun terkejut mendapati anak majikannya itu tertidur dengan bau alkohol yang begitu kuat, Pak Joko tetap bungkam dan menelan pertanyaannya. Ia mematuhi perintah Arini dan membawa Raka ke kamarnya.

"Sekalian turun, Pak Joko tolong minta Bi Hanum buat bikinin air madu, ya."

Seusai menidurkan Raka di kasurnya. Pak Joko langsung mundur.  "Nggih, Bu." Lalu melenggang pergi meninggalkan ruangan.

Arini menghela napas, ia kemudian membuka sepatu Raka, melepas sabuk yang melilit perutnya sebelum menarik selimut untuk menutup tubuh anak itu. Arini terdiam memandangi wajah Raka yang memerah, tangannya terulur menyentuh kening yang tertutup rambut, rasa panas seketika menyapa.

25 Wishes Before Die [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang