1.1. Clumsiness

2.8K 240 103
                                    

Hey! Another AU here

Oops! Această imagine nu respectă Ghidul de Conținut. Pentru a continua publicarea, te rugăm să înlături imaginea sau să încarci o altă imagine.

Hey! Another AU here.
Hope you enjoy and please don't forget to give some
feedback if you like this story ♥️

***

December 5th, 1999
Daegu, South Korea

MALAM ini cukup tenang seolah air tak beriak. Hanya musik,  udara yang berasal dari air conditioner, dan pekerjaan rumah yang menggunung. Dengan wafer panjang yang terapit di bibir Cheonsa, gadis itu meneruskan kegiatannya menulis esai yang sangat panjang untuk esok hari. Cheonsa merasakan daging bibirnya lengket pada tekstur renyah lapisan wafer tersebut. Matanya memerah kala udara buatan yang terus keluar dari mesin panjang itu terasa tepat di atas meja belajarnya.

"Aku berjanji tidak akan terlambat lagi. Aku berjanji." Gumaman itu lirih, hampir terdengar seperti bisikan. Cheonsa menuliskan beberapa baris terakhir dengan tulisan yang terlihat tidak berbentuk daripada tulisan yang berada tiga puluh baris di atasnya. Itu semua karena ia kelelahan.

"Akhirnya selesai juga!" Ia menggigit wafernya, memakannya hingga habis setelahnya. Cheonsa melempar pulpennya ke meja belajar, kemudian menyandarkan punggung yang sakit karena membungkuk di sandaran kursi kayu. Tatapannya menemui  lampu berwarna kekuningan, membuatnya pusing dan silau.

"Besok hari Senin," gumamnya kembali terdengar. "Besok ... ada pelajaran guru horor lagi." Gumamannya berhenti kala sang Nenek berteriak meminta bantuan dari seberang kamar.

"Cheonsa!"

"Nek? Ada apa, Nek?" Cheonsa bangkit dan mening-galkan esai yang telah selesai. Ia berlari ke kamar Nenek Yoo. Semerbak balsam dan minyak urut di kamar kecil sang Nenek menyeruak di hidung bagi siapa pun yang tidak terbiasa dengan bau-bauan karena cukup menyiksa indra
penciuman. Sedangkan Cheonsa langsung berlutut di depan Nenek yang tidur di lantai.

"Tutup jendelanya, dingin!" Cheonsa menghela napasnya pelan, tak ingin Nenek Yoo mengira bahwa Cheonsa terpaksa melakukan perintah beliau. "Berikan aku susu kedelai."

"Tapi, Nek. Ini sudah malam. Lagipula, Nenek sudah gosok gigi." Nenek Yoo merengek selayaknya anak kecil meminta permen. "Berikan aku susu kedelai!" Bibir Cheonsa kini tampak hanya segaris tipis, daging bibirnya ditekan satu sama lain sebelum akhirnya ia bangkit berdiri dan bergegas menuju ke dapur. Kulkas terbuka, tertarik sedikit halus dan empuk karena karet yang menjadi pelisir bagian dalam pintu. Netra Cheonsa merambangi baris demi baris rak yang ada di dalamnya, lalu mendapati susu kedelai bermerek Yonsei itu tinggal sekotak.

"Tidak apa-apakah kalau aku berikan susu dingin malam-malam begini? Astaga. Aku sangat malas untuk merebusnya kembali...." Cheonsa memukul kepalanya yang terasa pening. "Paman, aku ingin sekali rasanya mengirim Nenek ke panti jompo saja." Hidup dengan seorang Nenek dengan tingkat kebawelan yang tinggi tak pernah membuat masa mudanya
sebebas remaja yang lain. Tak bebas mengundang teman untuk menginap dan membuat pesanan pesan-antar di gerai penjual ayam dan bir. Ia harus menyerah dengan keadaan malam ini. Akhirnya, mau tidak mau, gadis itu menggunting karton susu berwarna hijau dan putih tersebut, menuangkan isinya ke dalam panci susu dan menghidupkan kompor.

Kind Of ✔️ [TELAH TERBIT]Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum