1.4. Amusement

881 148 44
                                    

SETELAH semalaman penuh menghabiskan uang di PC Bang, Jungwon akhirnya menemui cinta kedua dalam hidupnya, siapa lagi kalau bukan ranjang. Pagi harinya pun terasa sangat tenang. Semerbak telur mata sapi dan nasi pulen seolah memanggil Jungwon untuk segera bangun, sayangnya terlambat.

"Wonie. Ayo bangun!" Matanya masih terlihat seperti garis pendek yang menghias wajah berkulit mulus. Lelaki itu kemudian duduk dan merenggangkan otot-ototnya setelah semalaman tidur dengan gaya yang jelek. Akhirnya kakinya menemui pijakan
di lantai kayu yang di bawahnya dipasang pemanas—sejak bulan ini karena awal musim dingin—kemudian bertolak menuju ke ruang makan.

"Wonie, makanlah. Ibu juga mengundang Cheonsa untuk makan, dan kalian dapat berangkat dengan sepeda." Jungwon memandang Ayahnya yang sedang membaca koran sembari menyeruput kopi pagi. Netranya beralih ke piring tambahan dengan telur mata sapi dan nasi panas di atasnya, lalu menatap piringnya sendiri yang isinya seperti piring tambahan di depannya—hanya saja ada ham goreng di piring tambahan itu—dan tidak ada di piring Jungwon.

"Ibu. Kenapa milik Cheon memiliki ham dan milikku tidak? Ini tidak adil!" rengek Jungwon. "Aku ingin ham juga."

"Siapa suruh kau mengendap pulang pukul tiga pagi? Ke PC Bang lagi 'kan?"

"Ti-Tidak! Siapa yang mengendap-endap?"

"Aku saksinya, Bibi, Paman Ryu!" Suara feminin itu sekonyong-konyong menggelegar mengisi rumah sederhana tersebut. Siapa lagi jika bukan....

"Cheonsa berbohong! Jangan percaya padanya, Ibu, Ayah." Jungwon segera mencuri ham dari piring Cheonsa. "Aku akan memakan ini. Selamat makan!"

"Hey! Kembalikan! Bibiii ... Jungwon mengambil jatahku...." Jungwon yang hendak memasukkan ham ke dalam mulutnya itu menghentikan kegiatannya untuk menatap bagaimana lucu dan menggemaskannya gadis di depannya ini ketika ia merengek dan berpura-pura seolah akan menangis.

"Hey, hey, hey!" Jungwon sontak tersadar dari lamunannya dan berdehem untuk menghilangkan rasa canggung.

"Cepat makan dan mandi! Kita hampir terlambat! Kalau perlu, jangan mandi sehingga penggemar-penggemarmu akan menjauhimu. Itu hukuman!"

"Hey! Itu hamku!"

"Bibi, paman, kami akan berangkat dulu." Cheonsa menggeret Jungwon keluar dan segera mengarahkannya ke arah sepeda yang terparkir di halaman.

"Kau yang mengemudikan. Cepat!" Lagi-lagi, bukan hanya langganan Pak Choi saja yang kena ranjau darat, kali ini Taekyung bergabung dalam klub siswa-siswi yang terlambat tanpa disengaja.

"Yoon Taekyung? Kau ini siswa pandai dari Namhae Highschool. Tak ada catatan keterlambatan selama dua tahun. Dan mengapa, kau terlambat hari ini?"

Ekspresi lelaki itu datar. "Maafkan saya. Saya terlambat bangun."

"Ya sudah. Masuk saja." Taekyung menggelengkan kepalanya membuat Pak Choi bertanya-tanya. Biasanya kompensasi untuk masuk dan tidak mendapatkan hukuman push-up adalah sebuah keberuntungan, tetapi dia?

"Tidak. Saya akan bertanggung jawab."

Taekyung melepas tas punggungnya dan mulai tengkurap di tanah berumput. Telapak tangannya menapak pada tanah yang padat dengan rasa basah dari rumput yang baru saja disirami. Kakinya berjinjit dengan postur tubuh yang demikian. Ia mulai menekuk lengannya hingga dadanya nyaris menyentuh tanah seraya menghitung dalam hati. Ia berhitung dalam hati. Sesekali, lelaki itu melirik pintu gerbang untuk melihat apakah orang yang ia tunggu telah tiba. Kalian pikir, apa alasan Taekyung untuk terlambat? Apakah ia benar-benar terlambat bangun? Sengaja atau tidak?

Kind Of ✔️ [TELAH TERBIT]Место, где живут истории. Откройте их для себя