1.6. Sparks

691 104 42
                                    

SETIAP hari adalah ujian, tetapi hari ini para siswa mendapatkan ujian lebih dari ujian di kehidupan sehari-hari. Ujian matematika menjadi malapetaka di hari Rabu.
Semuanya tepat waktu, tak terkecuali Cheonsa si Tukang Terlambat. Keheningan di kelas berlangsung selama kurang lebih empat puluh lima menit. Setelah itu, riuh rendah dari para
siswa yang berdiskusi mengenai jawaban membuat sang pengajar membanting-bantingkan penggaris kayu pada meja untuk mendiamkan seisi kelas.

"Baik, baik. Diskusi ditutup dan persiapkan diri untuk mata pelajaran selanjutnya. Selamat pagi!"

"Selamat pagi, Pak Goo!" ujar seluruh siswa serentak.

"Mata pelajaran apa setelah ini?" tanya Yerim.

"Hanja. Kenapa?" celetuk Joohyun. "Ngomong-ngomong, karena besok libur untuk persiapan ujian, bagaimana jika kita berkemah saja?"

"Tsk. Terdengar seperti kau menyukai kegiatan luar ruangan. Kau ini tersambar setan apa, sih?" Yerim mengejek Joohyun. "Paling-paling hanya berusaha untuk mendekati cowok dingin, Yoon Taekyung itu. Benar, kan? Aku tahu ke mana arah kegiatan ini nantinya."

"Diam jika kau tak mengetahui apa pun. Jangan sok tahu, ya."


Joohyun bangkit dari bangkunya. Langkah kecilnya tak membuatnya terlihat imut, justru Yerim dan Cheonsa mengernyit karena Joohyun yang salah tingkah. Joohyun menghampiri meja di belakang kelas, mengetuk sebanyak tiga kali meja Taekyung yang sedang diam memperhatikan awan yang membentuk sebuah benda.

"Ehem. Tuan Es Batu Yoon Taekyung?" Lelaki itu menoleh.

"Aku, Cheonsa, Jungwon, dan Yerim akan pergi berkemah besok. Maukah kau ikut dengan kami?" Joohyun mengedip-kedipkan kedua matanya dengan senyuman.

"Tidak. Aku harus belajar. Dan namaku bukan Tuan Es Batu." Taekyung mengalihkan pandangannya kembali pada awan-awan di luar jendela.

"Wah~ ini akan sangat menyenang—"

"Aku bilang tidak. Lebih baik kalian pergunakan waktu untuk belajar. Sebentar lagi ujian kelulusan akan segera dilaksanakan." Joohyun mengernyitkan dahinya kesal. "Oh, mengapa? Tsk. Kau sangat tidak menyenangkan." Akhir dari semua itu, perbincangan tentang per-
kemahan tetap berjalan sembari menunggu Bu Hong, guru Hanja. Jungwon, Cheonsa, Yerim, dan Joohyun kembali menjadi sebuah lingkaran utuh di tengah keributan siswa-siswa yang malah bermain kartu dan siswi-siswi yang bergosip.

"Apa tidak lebih baik kita menginap di losmen saja di kaki gunung?"

"Losmen apa yang buka di kaki gunung? Yang ada kau menemukan rumah penduduk yang menyeramkan," ujar Yerim.

"Percayalah. Aku tahu kau tak suka dengan sesuatu yang berada di luar ruangan, tapi ini akan menyenangkan." Jungwon berusaha meyakinkan Cheonsa.

"Aku harap tidak ada kumbang yang menyelinap di bawah selimutku lagi seperti tahun lalu."


Derap langkah yang tergesa-gesa biasanya meng-isyaratkan sebuah bahaya atau sesuatu yang gawat darurat. Seorang dari salah satu siswa kelas tersebut baru saja kembali dari luar nampaknya membawa sebuah berita.

"Bu Hong sakit, pelajaran bebas!"


Menikmati waktu kosong dengan bermain, bercanda, atau bergosip? Sayang sekali. Bagi Taekyung, kata Ayahnya, gosip dan bermain dengan kawan hanyalah membuang waktu. Setiap detiknya berharga. Tentu saja, dari sudut pandang seorang dokter. Namun, Taekyung bukan, tepatnya belum menjadi seorang dokter.

Kind Of ✔️ [TELAH TERBIT]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon