05 - Ternyata Beneran Pingsan [REVISI]

9.2K 734 53
                                    

"Naik."

"Pegangan." Tanpa sadar, Tata pun langsung melingkarkan kedua tangannya di pinggang milik Kevin. Dia trauma, atas kejadian yang menimpa dirinya secara mendadak. Dibandingkan kemarin, ternyata sikap Kevin tidaklah terlalu buruk. Tanpa sadar, Kevin juga telah berubah menjadi dirinya yang dulu, sangat peduli. 

-Kevin

---

Happy Reading:))

• • •

Rintihan Tata terdengar ketika dirinya mulai menelisik sekitar, merasakan pening di kepala.

Mendengar suara seorang yang tengah meringis, dia menghampirinya. "Minum air hangat dulu nih, biar lebih enakan," ucap petugas UKS memberikan satu gelas air hangat kepada Tata.

"Ma-makasih kak," ucapnya terbata-bata sambil menggenggam gelas di tangannya.

Dia tersenyum, sangat cantik. "Harusnya, lo ucapin kalimat itu ke Kevin dong, 'kan dia yang bawa lo ke sini tadi."

"Hah? Kevin." Tata berpikir, kembali memutar memori apa saja yang terjadi pada dirinya. "Loh, bukannya yang nolongin aku cogan, ya? Kevin itu siapa kak?" tanyanya kebingungan, karena yang dia ingat hanyalah pria tampan yang menolongnya, ternyata dirinya benar pingsan.

"Lo anak baru? Semua anak di sini pasti tahu siapa Kevin. Si kulkas berjalan, tapi emang ganteng sih, tapi dingin," kekehnya terdengar sangat alami memecah suasana.

"Iya kak, gue anak baru. Kenalin gue Tata," ucapnya mengulurkan tangan kanannya.

"Kayla," jawabnya dengan sangat ramah, membalas uluran tangan Tata. Lihat saja, kerutan matanya membuat Kayla semakin cantik dilihat.

Tata kembali berpikir, seolah tengah mencocoklogi. "Kevin si kulkas yang dingin? Kalau boleh tahu dia bisa kayak gitu karena apa kak?"

"Duh ... gue enggak bisa cerita banyak sih, tapi kayaknya dia putus cinta. Mulai dari situ dia mulai berlagak aneh, melakukan hal yang enggak pernah dia lakukan sebelumnya. Yang gue tahu, dia ikut balap motor, tawuran dengan geng-geng enggak jelas gitu, pergi ke tempat yang asing yang enggak pernah gue duga. Dia bener-bener berubah seratus delapan puluh derajat dari Kevin yang gue kenal dulu. By the way ibunya udah meninggal, jadi kalau lo ketemu dia jangan sampai lo singgung tentang ibunya, ya. Seram," lanjutnya seolah menjadi penerjemah kejadian, sangat rinci.

Dan benar saja, cerita Kayla begitu serasi dengan pemikirannya. "Bener nih, pasti si cowok manekin itu, tapi emang beneran ganteng sih," gumamnya namun masih bisa didengar oleh Kayla.

Tawa Kayla meledak. "Bisa juga disebut itu sih, hahaha ...."

"Tahu tuh kak, dia kalo ngomong suka irit-irit ya emangnya? Pelit banget ngeluarin suaranya sendiri, bisa dihitung pakai jari deh kak setiap dia ngomong. Walaupun gue baru beberapa kali ketemu dia sih, itu artinya dia tidak mensyukuri apa yang Tuhan berikan ke dia. Cowok kulkas, kaku banget kayak manekin lagi, enggak ada tuh bibirnya yang menye-menye kayak yang gue lakuin sekarang. Mahal kali ya suaranya, kalau gue ambil pake sistem kredit bisa enggak ya kak?" jelasnya panjang lebar disusul pertanyaan yang sangat aneh.

Jangan tanya Kayla tertawa atau tidak, sunggu wanita yang di depannya ini begitu unik. "Ternyata lo orangnya cerewet juga ya, kapan-kapan bisa tuh kita hangout bareng gitu."

"Boleh juga tuh kak. Kalau gitu, gue mau langsung ke kelas aja deh, takut ketinggalan pelajaran nih gue. Makin bodoh nanti," jawabnya mengiyakan tawaran dari kakak kelasnya itu, sekaligus pamit.

"Emangnya badan lo udah enakan?"

"Udah sih kak, gue duluan ya." Segera dia turun dari atas brangkar dan menyerahkan kembali gelasnya kepada Kayla. "Makasih banyak ya, kak."

Al-Vin [END]Where stories live. Discover now