44 - Hancur sudah

15K 501 17
                                    

"Apa sebegitu menyiksa? Tidak tau, karna ia tak pernah merasa. Seterpuruk ini? Ia juga tidak tau, tak pernah meringkuk. Bahkan ia tidak pernah sekali pun memintanya pada Tuhan."

*

*

*

Jangan lupa vomentt yaa:))

Happy Readingg:))

...

Suara sirine ambulans seakan terus mengganggu pendengaran Tata. Dunia nya sekaan runtuh, ketika melihat tempat kejadian yang melihatkan mobil keluarganya telah terbalik, tak layak pakai, hancur lebur.

Sangatlah menusuk ketika tak ada satu jasad pun yang bisa ditemukan, sesuai penerawangan polisi. Keluarga nya ikut terbakar kala kejadian tersebut. Lagi, begitu menyakitkan bagi Tata.

Di rumahnya berlangsung pengajian untuk mendoakan keluarganya, tanpa wujud di tengah-tengah. Seolah ini hanyalah mimpi. Dengan Tata yang terus saja menangisi kepergian keluarganya yang sangat mendadak.

"Hiks...hikksss...."

Caca berusaha menenangkan sahabatnya. Sebenarnya ia tidak tega, "sabar Ta, lo harus kuat."

"Hiks....mo-mom, pa-pap... Hiksss, abang..." tiada henti, bahkan kantung matanya menghitam karna terus-terusan menangis.

Caca terus memeluk Tata di kamar tidur tanpa mau melepaskannya, ia tak pernah mengira jika sahabatnya akan mengalami hal seperti ini.

"Keluarga lo udah tenang Ta, mereka senang karna udah di tempat semestinya. Lebih indah dari ini." Caca mengucapkannya dengan bergetar, ikut merasakan apa yang Tata rasakan.

"Hikss...tapi...tapi kenapa, kenapa mereka gak ajak gue juga," jawabnya melirih, "Tuhan gak pernah adil sama gue!"

"Lo salah Ta, salah besar. Tuhan itu baik, kalo lo berpikir seperti itu. Tuhan selalu memberikan apa yang lo minta, yang lo mau. Takdir gak pernah salah Ta." ia kembali berucap dengan sangat halus.

Tata memicing kearah Caca. "takdir gak pernah salah ya?" Tata tersenyum aneh.

"Lantas mengapa gue gak pernah merasakan keadilan di dunia ini. Takdir selalu salah dimata gue, Tuhan begitu jahat sama gue, sebenci itu ya Tuhan sama gue Ca?"

Caca menangis mendengarnya, begitu menusuk. Sahabatnya benar-benar rapuh.

"Tuhan adil Ta... Lo punya gue sekarang, Kevin, Rian, Aldo, Putra. Bahkan masih banyak lagi."

"Tapi mereka bukan keluarga gue Ca. Bukan seorang yang melahirkan gue, bukan seorang yang mendidik gue, juga bukan orang yang ngelindungin dari kecil dengan tulus!"

"Kita akan selalu ngelindungin lo Ta, udah jangan sedih lagi ya. Lo harus ikhlas..."

"Ikhlas begitu berat bagi gue Ca, bisa aja gue hari ini ngomong begini, besok gue inget lagi. Gue gak bisa Ca."

"Tap-"

Ucapan Caca terpotong karena kedatangan seorang yang baru saja berdehem. Ia juga ikut terpuruknya seperti Tata.

Al-Vin [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang