19. teringat suatu hari

25.9K 1.2K 31
                                    

"Em.... Lo ada hubungan apa sama dia?" Killa menatap sahabatnya dengan tatapan penuh curiga.

"Ouh... Gak ada kok" dalam hati Sarah terkikik geli melihat wajah penasaran killa.

Killa menatap mata Sarah memastikan kalau yang dia ucapkan barusan bukanlah kebohongan.

"Tapi, hati gue kok berkata lain ya?, kalau sarah itu ada hubungan lebih sama dia" batin Killa.

"Udah gak usah mikir yang gak-gak. Yuk cabut gue males kalau lama-lama disini" ajak Sarah.

"Bentar, gue pamit dulu sama bu Wina" Sarah mengangguk.

Setelah Killa pamitan sama bu Wina ia langsung cus. Sebelum meninggalkan rumah sakit ia terlebih dahulu mampir ke pos satpam untuk mengambil kopernya yang sempat dititipkan oleh supir taksi itu.

"Permisi, pak. Saya mau mengambil koper yang dititipin sama supir taksi".

"Ouh... Koper ini mbak?" pak satpam itu menunjukan sebuah koper berwarna pink. Killa mengangguk meng iya kan "iya, pak. Itu koper milik saya" satpam itu langsung menyerahkan koper itu kepada Killa.

"Terima kasih ya pak. Kalau gitu saya permisi" satpam itu mengangguk.

"Iya, sama-sama mbak"

***

Killa pov.

Aku langsung masuk kedalam mobil merah milik sarah setelah itu kami pergi dari rumah sakit. Rencana ku selanjutnya adalah mencari tempat tinggal sementara. Bukan berarti setelah aku kembali ke Jakarta aku akan pulang ke rumah ortu ku sendiri. Untungnya aku memiliki seorang sahabat yang baik banget. Jadi sementara aku akan tinggal dirumahnya.

"Kita mampir dulu ke cafe ya, sekalian gue mau ngenalin calon suami gue" ujar Sarah masih fokus menyetir mobilnya.

Hah?! Calon suami. Jadi Sarah bakal nikah dong. Dasar tuh anak. Dia anggap aku apa sih?!. Masa aku gak tahu kalau dia udah punya calon!. Mungkin, Kalau aku gak pulang ke Jakarta pasti aku gak akan tahu kabar ini.

"Kok lo baru kasih tau gue sih. kalau lo itu punya calon!" Aku menatap Sarah sebal. Sarah hanya terkekeh melihat respon ku.

Eh... malah ketawa nih bocah!, untung sahabat kalau bukan udah aku lelepin ke kali tuh anak!.

"Lo juga, nikah nya dadakan gak ngabarin gue dulu"

"Ihh.. Sarah!. Gue kan dijodohin!. Suami gue sendiri aja gue gak tau mukanya kaya apa!" ucap ku kencang, bodo amat sama si Sarah yang mulai mencak-mencak gara -gara suara satu oktaf ku yang memenuhi mobilnya.

Rasain tuh... mamam dah suara satu oktaf ku hahahaha..... Sakit-sakit dah tuh kuping.
.
.
.
.
.

Sampai disebuah cafe. Aku langsung masuk kedalamnya bersama Sarah yang berada di samping ku. Sudah lama aku gak main-main lagi ke cafe. Kira-kira sudah berapa lama ya?... Sekitar 3 bulanan lah. Jadi aku agak nora saat masuk ke dalam cafe. Ditambah cafe ini terlihat kekinian banget, mungkin baru buka cabang didaerah sini. Makanya terlihat lumayan ramai pengunjung.

Aku menghela napas, sesekali melirik kearah pengunjung kafe yang kebanyakan itu anak remaja. Aku jadi keinget deh sama masa-masa SMA ku dulu. Masa-masa dimana aku mulai mengenal cinta pertama ku. Ya, cinta pertama ku bukan dimas. Tapi seorang yang dulu pernah menyelamatkan ku dari maut.

Dulu, aku pernah hampir ditabrak sebuah mobil. Untungnya ada dia yang dengan sigap menarik ku ke tepi jalan. Waktu itu umur ku sekitar 15 tahun. Karena aku saat itu kelas 10 SMA.

Flash back

Author pov.

Disebuah jalan terlihat seorang gadis SMA tengah berjalan di sebuah trotoar sambil mendengarkan musik menggunakan eraphone nya. Ia sama sekali tak menyadari sebuah bahaya akan mengancamnya. Saat di perempatan jalan dia mulai menyebrangi jalan raya itu. Saat lampu pengguna pejalan kaki telah berganti menjadi warna hijau. Tetapi, tetap saja bahaya akan datang kapanpun dan di manapun. Seperti saat ini dari kejauhan terlihat sebuah mobil truk yang melaju tak terkendalikan.

Membuat para pejalan kaki yang menyebrang berteriak histeris saat menyadari mobil itu melaju kearah mereka. Para pejalan kaki itu dengan sigap lari sebelum mobil itu mendekat. Sedangkan seorang gadis dengan santai menyanyikan lagu yang ia dengar dan berjalan lambat saat menyebrang.

"Neng minggir"

"Nok awas ana mobil"

"Mbak lari"

Ia tak mendengar teriakan para pejalan kaki itu. Karena telinganya tertutupi oleh sebuah eraphone.

Tin! Tin!

Seorang laki-laki yang tak sengaja melintas disekitar jalan itu, merasa gemas terhadap gadis itu yang tak menyadari saat ini bahaya akan mengancamnya. Dengan sigap dia berlari kearah gadis itu menarik tangannya ke tepi jalan. Membuat tubuh mereka jatuh bersamaan ke aspal. Untung saja tidak ada korban jiwa.

"Kamu gak papa?"

"Hah?, ga-k pa-pa" gadis itu terlihat syok.

"Lain kali hati-hati. Kamu bisa jalan?" gadis itu mengangguk. Saat dirinya ingin berdiri. Tubuhnya kembali terjatuh, karena merasa perih dibagian lututnya. Ternyata lutut gadis itu berdarah saat terbentur aspal tadi. Sehingga menyebabkan rok panjangnya ikut sobek.

"Biar saya antar sampai rumah" laki-laki itu membungkukkan badannya didepan gadis itu mengisyaratkan gadis itu untuk naik ke punggungnya.

"Terimakasih kak, telah menolong saya dan terimakasih karena mau mengantar pulang saya" ujar gadis itu didepan rumahnya.

"Iya, saya pamit ya. Assalammualaikum"

"Waalaikum salam"

Author pov end.

Flash back off

Duh kok jadi flashback gini ya?hehehehe...
.
.


.
.
.

Gimana? bagus gak?

Kalau suka jangan lupa vote sama coment ya

Aku tunggu loh!!!.

Happy reading guys:)

See you part selanjutnya ya:*

Salam
Istri sah zayn!

Halal Is My Way[Segera Terbit]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora