Bab 12. Retak

315 37 3
                                    

"Saat kita merasa terkecewakan oleh seorang hamba, rasa sakit memang tak bisa dipungkiri. Namun saat kita sadar bahwa kekecewaan tersebut hadir karena kecemburuan Allah melihat hambanya yang berharap pada selain pada-Nya, kita akan bahagia. Betapa sayang dan pedulinya Rabb-ku padaku."
-Rohis Love Location-

Happy Reading!!

Admin sangat butuh pembaca cerewet hehe

❤❤❤

Tiba-tiba Rusyd tersenyum tipis. "Aku hanya ingin mastiin kamu pulang aman. Itu aja. Setelah liat kamu masuk rumah dengan aman, maka aku baru bisa tenang."

Lagi-lagi Rusyd mengatakan kalimat yang sulit aku percayai. Apa yang dia katakan membuatku bingung harus merasakan apa. Laki-laki itu tersenyum padaku, sebuah senyuman tulus. Bukan senyuman datar atau sinis seperti yang selalu dia tunjukan.

Aku memalingkan wajahku. Jantungku tiba-tiba berdetak dengan tidak wajar. Apa ini? Apa-apaan ini?
***
Aku menatap langit-langit kamarku datar. Warnanya tidak lagi seputih saat dia masih baru. Ya, tentu saja, tidak ada apapun di dunia ini yang akan selamanya sama. Kecuali Allah ta'ala. Layaknya sikap seseorang, dia yang awalnya hangat, bisa berubah menjadi dingin. Dia yang awalnya dingin, justru bisa berubah menjadi hangat.

Atau bisa saja hal tersebut tidak pernah terjadi. Semisal saat seseorang berlaku kurang baik pada kita, tapi kita memandangnya dari sudut pandang berfikir positif dan rasional, sikap orang tersebut tak akan terasa begitu menyebalkan. Begitupun sebaliknya.

Seperti sikap Rusyd tadi. Mungkin saja sedari dulu dia selalu barusaha menunjukan sifat ramahnya, tapi karena aku selalu asal menyimpulkan dari awal bahwa dia menyebalkan, maka itulah yang terjadi. Bukannya setiap orang mempunyai caranya masing-masing untuk menunjukan perhatiannya? Hanya kita yang perlu memahaminya.

Aku meringsut, menarik selimut untuk menutupi tubuhku sampai leher.
"Dunia ini misteri."

Detik selanjutnya mataku sukses terpejam. Selamat tidur kehidupanku yang berharga.
***
Aku terbangun pukul 03.00 begitu suara alarm yang aku pasang di ponsel semalam sukses membuatku terperanjat bangun. Aku mematikan alarm tersebut dengan setengah sadar.

"Hoaam." Ternyata benar, bangun karena gangguan bunyi alarm tidaklah semenyegarkan panggilan Allah langsung. Aku mengucek mataku pelan lalu beranjak duduk dengan kaki yang aku turunkan ke lantai.

Udara pagi begitu dingin, nyaris menusuk sampai ke tulang. Dan itu semakin terasa begitu aku melepas bleezer yang aku pakai. Dengan agak malas, aku berjalan keluar kamar, menuju dapur.

Aku menuangkan air pada gelas begitu sampai di sana, lalu meneguknya dalam tiga tegukan selepas membaca basmalah.

"Alhamdulillah."

Aku meletakkan kembali gelas yang telah kosong tersebut. Nyawaku sudah mulai berkumpul kembali sekarang. Aku beralih menuju tutup saji dan membukanya. Masih tersedia semur telur sisa makan malam tadi di sana. Ini lebih dari cukup untuk makan sahur sunah.

Ya, ini hari kamis. Menurut beberapa riwayat, di katakan pada hari Kamis lah lembaran catatan amalan mingguan kita ditutup. Jadi tentu saja sangat baik jika menutupnya dengan hal istimewa bukan? Dengan puasa sunah contohnya.

Aku duduk di meja makan setelah menuangkan nasi secukupnya pada piring.

"Bissmillah."

Perlahan aku menguyah nasi tersebut. Menurut kesehatan, mengunyah nasi baiknya sampai kurang lebih 30 kali, tapi kebanyakan orang, termasuk aku tidak terlalu mempedulikannya. 3 - 5 kali sudah ditelan bagitu saja. Dasar aku.

Rohis Love Location #WATTYS2019Where stories live. Discover now