1- M,A [REFISI]

130 47 39
                                    

"Letta"

"Aletta!"

"Aletta Mahira!!"

Suara kencang dari lantai bawah masuk ke Indra pendengaran seseorang yang masih bergelut dengan kasurnya.

"ALETTA MAHIRA PUTRI!!!"

Sekali suara bariton milik abangnya memasuki Indra pendengarannya. Namun bukan letta namanya jika tak membuat semua orang naik darah di pagi hari.

Bugh...bugh...bugh

Suara pintu di ketuk, namun nyatanya bukan diketuk namun di pukuli oleh seorang cowok yang sedang kesal membangun kan adik nya.

"Hoamm... Emghhh"

Aletta Mahira Putri, cewek yang sedari tadi dipanggil-panggil namanya baru saja menguap. Kesal dengan abangnya yang tidak berhenti teriak-teriak di pagi buta seperti ini. Well, bahkan ini sudah memasuki pukul 06.30.

"Apa sih bang? aku hoammm gantuakk nih. Emhh" Sahut letta. Sang putri tidur.

"Eh kebo! Bangun woy!!. Udah siang nih. Mau gua tinggal apa gimana?" Ucap Argio Neandro Sabian yang tak lain adalah sang abang.

"Aduhh 5 menit lagi bang, tanggung nih kupu-kupunya mau mendarat. emhgg"

"Bangsat! pake segala ngigo lagi. Gua ga mau tau!! 15 menit dari sekarang udah rapih! atau gua cabut duluan!!" Teriak gio. Menuruni tangga dengan menggeleng kepalanya tak percaya.

"Bangke emang. Punya adek kayak setan kelakuan nya."

*0*0*0*0*0*


"Gimana bang? letta udah bangun?". Tanya Raina. Wanita yang tidak lagi muda namun masih terlihat cantik dengan kerudung syar'i berwarna pink.

"Ga tau mah. Tadi udah gio bangunin. Tapi kalau dia gak bangun juga, yaa terpaksa gio tinggal" Sahut Argio.

"Kamu harus sabar hadapin adek kamu bang, dia memang begitu tapi sebenernya dia itu anak baik...",

"..Mommy sama papi gak selamanya ada buat dampingin kalian berdua jadi kalau terjadi apa-apa sama kami, cuma kamu satu-satunya pelindung adikmu Argio" lanjut Raina lirih.

"Mom ngomong apa sih? Gio gak suka kalau mom mulai bahas itu lagi apalagi bawa-bawa nama bajingan itu" seru gio

"Argio!! Jaga mulut kamu. Dia itu papi mu. Gak pantes seorang anak bicara begitu tentang papinya." Tegur raina memperingati.

Gio mendengus. Memilih diam.

Selalu begitu setiap kali ia berkata sesuai fakta tentang papinya, ahh ralat. Bajingan yang sialnya menjadi papinya.

Mommy nya selalu mengomelinya seakan ia salah. Padahal ia hanya mencoba mengingatkan mommy nya tentang penghianatan yang dilakukan papinya itu secara terang-terangan didepan matanya.

Sesaat kemudian suasana di meja makan terasa kaku. Sampai sebuah suara kencang terdengar.

Brak!

"Aduhh!!"

Suara seorang jatuh di susul dengan pekikan kencang memecahkan keheningan yang tercipta beberapa detik lalu di meja makan.

"Astaghfirullah letta??" Pekik raina. Bergegas membantu anak bungsunya yang masih meringis di ujung tangga.

Sedangkan gio? Jangan tanyakan. Cowok berkulit sawo matang itu masih asik dengan sarapannya kali ini. Yaitu; roti dengan selai strawberry-kacang. Tak repot-repot membantu adiknya yang terjatuh.

Me,AlettaWhere stories live. Discover now