2- M,A [REFISI]

96 44 24
                                    

FISIKA. Pelajaran rumit yang bisa bikin murid-murid pening seketika!!bisa bikin pala botak kalo terus-terusan mikirin jalan rumusnya yang berbelit-belit. Huft!. Letta menghela nafasnya. Setelah beberapa saat lamanya menenggelamkan otaknya dalam lautan rumus sulit pemberian Bu Yeni. Sang Guru fisika.

Bukan hanya letta, tapi hampir semua murid kelas XI IPA yang baru saja mendapat setumpuk rumus-rumus fisika yang menurut Bu Yeni paling dasar dan paling gampang itu. Susah si kalo emang dari lahir udah pinter! kayak Tristan contoh nya, cowok jangkung berkulit putih dan murah senyum namun mendekati kata Suming itu terus menjawab pertanyaan yang diajukan boleh Bu Yeni dengan lancar.

Seolah hanya dialah makhluk nyata dikelas itu sedangkan yang lain? Hanya berpura-pura fokus namun padahal tidak ada satupun rumus yang nyangkut di kepala. Tristan juga bisa dibilang jagoannya XI IPA. Selalu mengharum kan nama XI IPA jika ada lomba Fisika Kimia antar kelas yang biasanya dia adakan akhir semester.

Terus gimana nasibnya yang emang ditakdirkan oon dari lahir? Ya seperti mereka, hanya mengangguk-gangguk saat ditanyakan apakah sudah paham dengan materi yang telah disampaikan Bu Yeni dua jama lamanya.

Memangnya apalagi pilihan mereka selain itu!! Percayalah mengangguk- ngangguk seolah paham saat ditanya sudah paham atau belum lebih baik daripada harus berpura-pura bertanya, yang akhirnya bingung sendiri mau nanya apa lalu ujung-ujungnya harus terkena semprotan Bu Yeni yang mengatakan bahwa mereka hanya tidak serius dalam mengikuti mata pelajaran Fisika!!.

"Akhh! Akhirnya keluar juga tuh neraka dunia!!" Celetuk salah satu murid kelas XI IPA heboh seperti kebakaran jenggot setelah Bu Yeni keluar dari pintu kelas.
" Kayaknya tuh guru mau bikin kita cepat mati deh!. " Celetuk murid lainnya mengungkapkan kekesalannya yang tertahan dua jama lamanya.

Saat yang lain sibuk mengumpat guru yang baru saja keluar dari kelas mereka, cewek yang duduk di pojok barisan sebelah kiri malah menenggelamkan kepalanya di atas meja dengan kedua tangan di masing-masing sisinya. Mungkin terlalu stress sampai tidak sanggup berkata-kata, siapa lagi kalau bukan Letta.

Fisika memang salah satu kelemahannya. Meskipun ia tak terlalu bodoh dalam hitung-hitungan namun tetap saja fisika yang paling ia hindari sejak dulu. "Let, nanti ke kantin kan?." Tanya Dina yang masih terasa baru kembali ke dunia nyata, menghirup nafas panjang.

" Pasti lah! Wajibun itu mah.. mau makan bakso mas Pur !! " Ucap letta dengan semangat yang berkobar-kobar mendengar kata kantin. Bukan! Bukan karena di kantin ada seseorang yang menarik perhatian nya, bukan juga karena hari ini sedang ada potongan harga besar-besaran .

Namun Karena letta termasuk salah satu spesies cewek doyang makan namun herannya tak gemuk-gemuk dan malah semakin kurus saja. Beda dengan Dina teman satu bangkunya yang terkesan Menjaga pola makan karena takut dibilang gemuk oleh gebetan nya. Kalau Dina menjaga pola makan agar tak dibilang gemuk oleh gebetan, terus letta harus menjaga pola makan demi siapa? Bang jali tukang nasgor depan komplek yang sering menggoda nya??.

" Tadi aja lemes. Huh dasar! " Ucap Dina, memahami kebiasaan sahabat nya yang selau bersemangat mendengar kata 'kantin'.

" Ayooo!!" Seru letta.


*0*0*0*0*0*0*


"Kak letta...kak!!" Teriak seseorang saat mereka berada di koridor menuju kantin.

Sontak mereka berdua menghentikan langkah kaki lalu menengok kebelakang.

"Kamu manggil saya??" Tanya Letta datar ke cowok yang tadi memanggil nya.

"Kamu yang kelas sepuluh IPA itu kan?" Tanya Dina mengingat-ingat.

"Hosh...hosh...Iya kak" cengir cowok itu sambil menetralkan pasokan udara Yang menipis dengan muka memerah, menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Me,AlettaWhere stories live. Discover now