12

4K 413 12
                                    

Gracia Pov

Ada apa dengan Shani? Kok tiba-tiba mukanya bete begitu ya? Padahal baru sebentar aku tinggal ke toilet.

Drttt... Drrrttt..

[ Max. : Sorry ya sksd hahah cuman mau kenal lebih deket aja ]
[ Max. : Itupun kalau boleh sih ]
[ Max. : Masih sendiri kan? Maksudnya u masi jomblo kan? ]

"Apaan sih nih orang." gerutuku tanpa sadar.

"Eh, masa nih orang chat aku sih. Kayak stalker banget, serem." ujarku ke Shani.

Seketika wajah Shani berubah seperti biasa lagi. Hmm?

"Sorry tadi gue nggak sengaja baca chatnya. Kalau lo ngerasa keganggu, endchat aja langsung."

"Biar aku tebak. Kamu cemburu lagi barusan?"

"Umm, dikit sih."

"Uuuuw, kamu tuh jangan cemburu terus. Aku sayangnya sama kamu doang."

"Sebagai temen?"

"Iyaaaa."

Kenapa sih aku selalu tidak bisa jujur. Padahal aku ingin lebih dari seorang teman dengannya. Apa susahnya ngomong sih Gre? Apa yang kamu takutkan?!

"Gimana kalau kita jadi lebih dari temen?" tanya Shani.

"Eh? Maksudnya?"

"Jadi sahabat gitu."

Ya ampun berharap apa sih aku. Bego!

"Hahahah, sure." jawabku.

Nanti, iya nanti. Nanti aku akan mengakui semua perasaanku pada Shani. Kalau aku sudah siap.

"Ngomong-ngomong, lo belom ada niatan buat pacaran, Gre?"

"Aku sih nggak pernah pacaran sebelumnya. Pendekatan sama seseorang aja belom pernah."

"Ooh pantesan."

"Eh? Kenapa emang?"

"Nanya aja. Lo jangan baper sama Max ya. Oh, bukan jangan. Tapi emang nggak boleh."

"Iyaa, bawel."

***

Hari ini aku dan Shani sudah berada di rumahku. Namun si kunyuk Okta tiba-tiba ingin ikut. Jadi mau nggak mau aku mengajaknya. Padahal akukan ingin berduaan sama Shani.

"Ini gue ada kasur lipet satu, tapi tidurnya dibawah ya." ujarku.

"Ya lo tidur bawah ya Gre, kan lo yang punya rumah jadi harusnya ngalah. Jadi gue sama Shani tidur diatas." jawab Okta.

"Iya iya. Gue udah biasa tidur dibawah lagian." aku harus mengalah sebagai tuan rumah yang baik.

"Nah gitu dong! Eh gue laper, bawain makanan dong." katanya lagi.

Duh, ini Okta benar-benar ngeselin!

"Ta, gue laper."

"Pesen makanan yuk!"

"Pesen pizza aja. Pesen gih Ta, pake telfon rumah dibawah."

"Yah elah jadi babu gue disini."

Okta akhirnya turun kebawah untuk memesan makanan. Sedangkan aku sibuk mencari film yang mau kami tonton nanti sambil makan.

"Kamu mau film apa nih?"

"Jangan film horror aja deh yang penting."

"Gimana kalau ini? Ini ceritanya tentang sahabat terus nanti jadi pacar."

After MoonDonde viven las historias. Descúbrelo ahora