1 : aint someone

6.4K 646 41
                                    

"I can't drive you home, so I you give extra money in it,"

Pria itu--Song Mingi--meletakkan sebuah amplop coklat tebal di atas kasur, kemudian kembali mengenakan pakaiannya. Yah, aku pun sama, aku memungut pakaianku yang berserakan dan memakai pakaian lain yang sudah aku bawa.

Pakaianku yang aku kenakan sebelumnya sudah tidak berbentuk lagi. Aku pun tidak peduli karena uang yang pria itu berikan selalu lebih dari cukup untuk ku gunakan membeli pakaian baru. Pria itu bahkan tidak ragu-ragu untuk membelikanku satu setel pakaian secara percuma. Walaupun hanya sekali, sih.

"Thanks for today. It's a great night," ucap Mingi kemudian mengecup singkat bibirku. "Supir saya akan mengantar kamu pulang. Lebih baik kamu siap-siap dan segera bersih-bersih."

Mingi mengenakan mantel tebalnya dan berjalan meninggalkanku di ruangan ini sendirian. Salah satu ruangan besar diantara sekian banyaknya ruangan di rumah besar ini. Aku bahkan tidak yakin untuk menyebut bangunan ini sebagai rumah karena terlalu besar untuk ditinggali seorang diri.

Jika kau ingin tahu tentangku, namaku Hera Kim. Orang-orang memanggilku dengan sebutan 'Hera', meskipun Hera bukanlah nama asliku. Lagipula, peduli apa orang-orang tentang identitas asliku? Aku yakin mereka tidak perlu repot-repot untuk mengenalku. Yang mereka perlukan 'kan hanya service ku.

Yeah, kau bisa berpikiran buruk tentangku. Aku pun tidak peduli tentang omongan orang-orang tentangku. Mulut-mulut tidak tahu diri itu tidak pernah mengerti dan tidak akan pernah percaya dengan alasan apapun yang keluar dari mulutku.

Ya, aku adalah salah satu dari sekian wanita yang orang-orang sebut sebagai kupu-kupu malam. Pekerjaan ini menjijikkan, ya. Sejujurnya aku tidak tahu bagaimana aku harus mendeskripsikan pekerjaan ini karena aku tidak punya pekerjaan lain untuk dilakukan. Pekerjaan hina ini adalah satu-satunya pekerjaan yang menyambung hidupku dan hidup keluargaku.

Aku perlu pekerjaan yang cepat menghasilkan uang. Terdengar bodoh, namun itulah kenyataannya. Aku selalu membutuhkan banyak uang untuk membiayai pengobatan adikku. Menyembuhkan tumor selalu butuh banyak uang, kan?

Untuk Song Mingi, aku tidak sengaja bertemu dengannya. Sebenarnya aku tidak terlalu suka 'bermain' dengannya karena pada beberapa titik, ia terlalu kasar. Lagi-lagi, aku tidak bisa berbuat apapun karena hanya pria kaya itu yang sudi membayarku lebih tinggi dari pria lain, atau bahkan sangat tinggi hingga empat kali lipatnya.

"Hera, kamu udah ditunggu sama supir Tuan Song,"

Aku menoleh ke arah pintu. Aku tersenyum padanya, sang pemilik suara lembut yang mengalun di rongga telingaku.

Ia adalah kak Yeowon, wanita paruh baya yang merupakan salah satu pekerja di rumah besar ini. Mungkin satu-satunya orang yang peduli padaku--well, aku tidak tahu harus mengkategorikan hal ini sebagai peduli atau tidak, karena yang sudah-sudah tidak ada yang mau berbicara dengan wanita murahan sepertiku.

"Makasih, kak Yeowon," ucapku.

Aku bangkit dari kasur sembari menenteng tote bag berisi baju-bajuku yang rusak--yang kelak akan aku buang--dan amplop coklat dari Mingi. Aku menoleh ke belakang, rasanya tidak enak karena kak Yeowon harus membersihkan sisa-sisa 'pergulatan' kami semalam.

"Maaf ya kak, harusnya tadi aku bantuin bersihin," ucapku.

"Gapapa, harusnya kamu istirahat. Abis ini jangan lupa mandi pakai air hangat, badan kamu lebam," balas kak Yeowon.

Aku mengangguk. Sebenarnya aku tidak tahu pasti umur kak Yeowon, aku hanya mengira-ngira jika umurnya tidak terpaut jauh dengan umurku karena penampilannya yang masih muda. Ck, sepertinya Mingi memang mempekerjakan darah muda.

"Aku duluan kak," ucapku.

"Iya--Eh Hera, sebentar!"

Aku membalikkan badanku dan menatap kak Yeowon, "Kenapa, kak?"

Kak Yeowon mengeluarkan sebuah benda dari sakunya. Sebuah salep untuk lebam.

"Tuan Song nitip ini buat kamu. Jangan lupa buat pake salepnya setelah selesai mandi," ucap kak Yeowon.

Aku menerima salep tersebut dengan senang hati. Sebenarnya aku juga memiliki salep ini di rumah, tetapi jika aku punya yang baru dan gratis, kenapa tidak?

"Wow, it's great!" ucapku.

"Harusnya kamu bisa lebih mengontrol Tuan Song untuk gak kasar. Makin lama kamu makin ancur," ucap kak Yeowon.

Aku tertawa, "Kontraknya udah begitu, kak. Bayarannya juga setimpal kok."

"Yaudah sana pulang, kasihan adek kamu sendirian di rumah," ucap kak Yeowon final.

Aku mengangguk. Aku kembali melangkahkan kakiku keluar dari rumah besar ini. Di depan, salah satu mobil mewah Mingi telah siap dengan kak Jinsung--supir Mingi--di kursi kemudi.

Aku pun tidak mengerti mengapa Mingi repot-repot menggunakan mobil mewah untuk mengantarku pulang ke rumah. Mungkin mobil ini adalah mobil termurah di antara mobil-mobil mewah di garasinya.

"Kak Jinsung!" sapaku.

"Hai!" balas kak Jinsung.

Aku membuka pintu depan, di sebelah kak Jinsung dan duduk di sana. Sebelumnya, aku tidak pernah saling bertegur sapa dengan kak Jinsung. Namun, akhir-akhir ini kami saling berbagi tentang pahitnya kehidupan dan tiba-tiba kami menjadi agak akrab begitu saja.

"Jendelanya buka ya kak, aku bau," ucapku.

"Buka aja kalo mau," balas kak Jinsung.

Kak Jinsung menjalankan mobilnya dan kami bergerak meninggalkan rumah besar milik Mingi. Aku terduduk sambil setengah melamun. Uang yang ku pelukan untuk biaya pengobatan adikku masih kurang banyak sekali. Aku harus mendapatkan sisanya dengan lebih cepat atau penyakit adikku akan semakin parah.

"Hera? Kenapa ngelamun?" tanya kak Jinsung yang membuyarkan lamunanku.

"Ah enggak kak, biasa lah, mikirin duit," jawabku sekenanya.

Kak Jinsung mengangguk. Ia juga mengetahui kondisi finansialku yang cukup memprihatinkan, termasuk tentang adikku.

"Kenapa gak coba pinjem ke Tuan Song?" saran kak Jinsung.

Aku menggeleng, "Ribet ngembaliinnya. Lebih baik aku kerja tiap hari tapi aku gak punya utang."

"Yah, semoga uangnya cepet kekumpul ya,"

Aku mengangguk. Ah, rasanya aku rela disiksa tiap malam oleh Mingi jika ia tetap membayarku dengan jumlah uang yang besar. Bertahanlah sedikit lagi, Hera. Sedikit lagi, kau akan bisa membawa James ke rumah sakit.

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.





note.
iiih aku gak mau ngetik rated. adegan 'begitu' paling diceritain secara implisit ya :(

lanjut besok aja kalo way back home udah selesai. aku gak kuat ngetiknya woi. wkwkwk mari kita lihat apakah ff ini akan berakhir diunpub atau enggak.

oh ya, original characternya cukup segini aja. catatan;

jinsung : supirnya mingi
yeowon : pembantunya mingi

Rewrite The Stars ➖Mingi ATEEZ [✔]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora