30 : kepulangan james

1.8K 309 16
                                    

"Waaah, akhirnya kamu pulang juga!" seru Yunho.

Sesuai jadwal yang diberikan oleh Dokter Seonghwa, kepulangan James dipercepat selama beberapa hari dan di sinilah aku dan Yunho. Tidak banyak barang yang kami bawa ke rumah sakit, hanya beberapa hadiah kunjungan dan check up terakhir sebelum James bisa benar-benar menginjakkan kaki keluar dari rumah sakit.

"Kak? Apa aku bakal tinggal sama kakak?" tanya James.

Aku mengangguk kecil, "Iya. Gak ada lagi yang bisa memisahkan kita."

"Aku udah minta Yeowon untuk nyiapin kamar di lantai dua buat James, sesuai permintaan kamu. Kamar kamu akan dikosongkan," ucap Yunho.

"Dikosongkan?" tanya James, matanya berbinar. "Berarti kakak satu kamar sama aku??"

Yunho terkekeh, "Jelas enggak. Kakak kamu sama Mingi."

"Apa harus begitu?!" seru James. "Gila, Mingi makin gila. Aku gak sudi biarin kakak satu kamar sama Mingi. Dia kan bisa dateng ke kamar kakak pas dia pengen, sebatas itu!!"

Aku menepuk bahu James dan menatap wajah laki-laki itu dengan serius. "Inget Mingi, kita gak bisa ada di keadaan seperti ini tanpa dia. Kita perlu berterima kasih sama dia, salah satu caranya adalah dengan menuruti perintahnya," ucapku.

"Kenapa sih kakak nurut banget sama Mingi?? Kalo semuanya karena kakak berkorban buat aku, maka cukup, aku lebih baik kerja sampai mati buat bayar hutang kita asal kakak bebas dari Mingi," ucap James geram.

"Stop, obrolan kita gak bakal maju kalo kamu terus ngomongin hal yang sama setiap harinya. Kenapa kita gak ngobrolin hal lain misalnya di mana kamar kamu, mau sekolah di mana, something like that?" ucap Yunho.

Yunho menarik kursi di pojok ruangan mendekat ke kasur dan duduk di sana. Ia duduk bertumpu menggunakan kedua tangannya yang ia lipat dan menatap James dengan tatapan yang hangat.

"Mingi dan aku sepakat untuk masukin kamu ke sekolah yang yah, cukup jauh dari rumah, tapi karena ada Jinsung, kamu gak perlu khawatir. Sekolah itu adalah sekolah swasta terbaik di kota," ucap Yunho.

Aku menyunggingkan alisku, "Sekolah? James bahkan belum lulus SMP?"

Mulut Yunho membulat. "Oh, begitu? Ya udah, berarti kita harus ambil paket B dulu, masalah sekolah nanti bisa aku urus dan James bisa masuk sekolah tahun depan," ujar Yunho.

Aku dan James saling bertukar pandangan. Selama ini aku sendiri yang mengajari James menggunakan buku lama yang bisa aku dapatkan dengan mudah dari loakan. Sejak James sakit, kami memutuskan untuk keluar dari sekolah karena kekurangan dana.

"Kamu bisa kan?" tanyaku hati-hati pada James.

Laki-laki itu terdiam beberapa saat, kemudian mengangguk kecil. Mataku mulai berair, di lubuk hati terdalam James, ia pasti ingin bersekolah seperti anak lain, tetapi aku tidak mampu mewujudkannya.

"Maaf, setelah kita keluar dari rumah oma, kamu jadi gak bisa sekolah," ucapku dengan mata berkaca-kaca.

James menggeleng, "Selama ini aku sekolah juga kok. Kan kakak yang jadi guruku."

"Tunggu, oma?" tanya Yunho. "Selama ini kalian punya saudara lain?"

Aku menggeleng, "Oma itu pemilik panti asuhan tempat aku sama James dibesarkan. Aku keluar dari panti asuhan duluan, kemudian aku bawa James keluar."

"Dengan jadi... Itu? Panti asuhan macam apa yang biarin anak asuhannya punya pekerjaan kayak gitu?" tanya Yunho lagi. "Maaf, aku gak bermaksud menyinggung."

"Haha, jangan bodoh," aku terkekeh, "oma tentu marah besar pas tau pekerjaanku setelah keluar dari panti. Oma sempet larang aku bawa James, tapi aku berhasil yakinin oma kalo James akan tumbuh dengan baik and here is it, James selalu jadi anak yang membanggakan," ucapku sambil mengacak-acak rambut James.

Rewrite The Stars ➖Mingi ATEEZ [✔]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن