;renjun

3.5K 743 199
                                    

beberapa part agak sensitif
ceritanya lumayan panjang

namaku huang renjun. jangan tanyakan dimana bagian jisung di awal seperti di tempat yang lain.

tidak ada bagian jisung disini! ini seutuhnya milik huang renjun. ingat itu.

ah, maaf, aku terlalu egois. tetapi itulah aku.

aku menyukai diriku sendiri yang egois, yang serakah, dan yang diam-diam psikopat ini.

aku bersyukur sekali memiliki wajah imut seperti ini, juga yang mudah tersenyum seperti ten hyung, karena dengan begitu, aku tidak mudah dicurigai.

aku mulai bekerja bersama ten hyung disaat dua bulan setelah ulang tahunku ke tujuh belas.

haha, kalian jangan tertipu oleh baby faceku.

aku punya kelainan khusus saat aku menginjak kelas empat di sekolah dasar. dimana karena itu semua murni kecelakaan.

bukan kecelakaan tabrakan atau jatuh dari tangga atas, tetapi kecelakaan seekor ayam. ah, ini sungguh tidak bermutu sebenarnya.

tapi itu kenyataannya.

aku menjadi seorang psikopat hanya karena ayam. awalnya ten hyung menertawakanku, tetapi kemudian ia juga menyadari bahwa itu menjadi kesalahan fatal.

sore itu selepas mandi sore, aku duduk diteras rumah. netraku menatapi jalan yang memang sedang ramai.

dan seekor ayam kecil berada ditengah jalan, ia sedang berusaha menyebrang. itulah yang menjadi pusat perhatianku.

aku yang masih umur sembilan saat itu, menuju keluar rumah, tepatnya mendekati jalan untuk melihat ayam kecil itu.

saat langkahku sudah semakin dekat, tiba-tiba sebuah tangan kekar menarikku mundur.

brakk

ayam itu tertabrak dan membuat seluruh badannya rata dengan tanah. itulah kejadian pertama yang membuatku sangat syok.

"xìngyùn de shì nǐ méiyǒu shòudào dǎjí."
/untung saja kau tidak ikut tertabrak ucap paman yang telah menggeretku itu.

aku mengangguk pelan, dan kembali kerumah. dari situ aku berpikir, bagaimana seekor ayam bisa menjadi satu dengan tanah dan 'gepeng' seperti itu.

di sore hari berikutnya, aku mencoba bereksperimen dengan seekor ayam kecil, yang sengaja ku beli saat melewati pasar.

pertama, aku mencoba memukulnya dengan batu, tetapi itu tidak berhasil. lalu ku cekal lehernya, baru ku pukul keras-keras kepalanya.

"ohh." aku terkagum melihat isi kepala ayam yang masih ku pegang itu.

hari kedua, aku kembali melakukan hal yang sama. tapi kali ini bukan ayam kecil, melainkan seekor kucing.

aku membuatnya tak bergerak setelah ku ikat dengan tali rafia. setelah itu, aku memotong bulunya, tidak terlalu bersih namun cukup untuk membuat kulitnya terlihat.

aku mulai menguliti bagian perutnya saja dengan cutter curian milik ayahku. renjun kecil memang gila bukan?

aku terkejut ketika sedang membuka perutnya, rupanya kucing tersebut sedang mengandung. dan aku tak sengaja menyobek janinnya, dan mendapati bayi kucing dengan bentuk yang belum sempurna.

aku tidak mempunyai pikiran lain selain kata-kata pepatah, 'sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui'.

"HUANG RENJUN!"

sebuah teriakan begitu mengagetkanku, itu teriakan ibu. teriakan yang persis ibu lontarkan ketika beliau terkejut melihatku melakukan sesuatu.

setelah itu, aku menghadap ayah. aku dihukum dilarang keluar kamar selama seminggu penuh. urusan sekolah? aku diliburkan sementara.

didalam kamar tentu saja aku merasa suntuk, tidak ada kegiatan lain selain tidur, makan, pergi ke kamar mandi, dan membaca buku.

aku suntuk dan— aku ingin melihat darah lagi.

aku mungkin sudah tidak butuh hewan sebagai sarana uji cobaku. yang aku butuhkan adalah manusia, ya manusia.

karena aku dihukum dilarang keluar rumah, tentu saja aku tidak boleh berada di beranda ataupun teras bukan? sehingga aku tak bisa menggunakan orang lain sebagai sarana uji cobaku.

maka dari itu aku melakukan uji coba dengan diriku sendiri.

awalnya aku tidak menemukan benda tajam apapun dikamarku. setelah itu aku kembali berpikir, bagaimana dengan besi di rautan? atau sebuah pensil tajam?

itu yang ada di pikiranku.

maka ku buka tas sekolahku, lalu mengambil kotak pensil, mencari dimana pensil dan rautan itu.

ah, ternyata aku memiliki penggaris besi dan juga sebuah jangka. aku keluarkan beberapa benda tersebut dan membawanya ke kamar mandi.

kenapa kamar mandi? ku rasa tidak ada tempat aman untuk menjalankan rencanaku selain di kamar mandi.

di kamar mandi, aku menjadi bingung. bagian mana dulu yang akan menjadi korban?

setelah berpikir cukup panjang, nadi di tangan kiriku adalah tempat yang cukup efektif untuk uji cobaku.

selanjutnya adalah, apa yang akan ku gunakan untuk melukai tanganku? otakku langsung berfikir cepat, jangka adalah jawabannya.

kini, aku melakukannya dengan sangat hati-hati, menikmati darah segar yang keluar dengan perlahan.

aku tidak berteriak, karena aku menyukainya. jadi hanya senyuman yang tercipta ketika aku merobek nadiku sendiri.

merasa kurang puas, aku mengambil penggaris besiku. ujungnya ku gunakan untuk membuat robekan yang lebih besar.

berhasil! tetapi aku lemas kemudian.

aku pingsan, aku lupa apa yang terjadi selanjutnya.

dan ketika aku bangun, aku sudah berada di rumah sakit dengan sanak keluarga yang tengah mengkhawatirkan aku.

"apa yang kau lakukan hah? mencoba bunuh diri?" ayah marah, ya beliau sudah pasti akan murka.

aku tidak menjawab, hanya mencoba mengingat-ingat apa yang ku perbuat. tidak ada jawaban yang ku lontarkan malam itu, hanya diam menunduk.

dan semuanya kembali normal setelah tiga bulan kemudian.

aku berhenti sekolah, karena ayah meninggal, akibat tabrakan yang cukup keras dengan sebuah truk.

ibu? beliau juga turut menjadi korban dalam kecelakaan itu. mengakibatkan semua memori di otaknya hilang, kecuali satu nama— nama ayah.

aku tidak bisa menyalahkan siapa-siapa, di usia yang masih kecil itu, aku menjadi tak terkendali.

sisi psikopatku kembali, dan karena mungkin otakku sudah tidak waras— aku meninggalkan rumah, menjadi gelandang di umur sepuluh tahun.

namun setelah itu, seorang paman memungutku di jalan, ia mengurusku dengan begitu baik hatinya.

setelah mengenalnya selama dua tahun lebih, ia juga merupakan seorang psikopat. ia menceritakan kisah hidupnya, bagaimana ia bisa menjadi seorang psikopat.

singkat saja, wanita yang ia ajak menikah, meninggal sebelum hari pernikahannya. dia frustasi sehingga dengan otak gilanya, mulai ada niatan untuk membunuh.

aku senang dapat bekerja bersamanya. aku senang karena aku dapat melakukan pekerjaanku pada manusia mati layaknya boneka.

aku bekerja padanya selama lima tahun. setelah itu, ia melepasku pada rekan-rekannya. dan disitulah aku bertemu ten hyung, dimana ia juga masih terlihat kecil padahal sudah pernah memakan otak manusia.

ah, menyenangkan ya bercerita seperti ini.  dengan begini, aku merasa berdosa pada ayam dan kucing itu. ahh, mungkin aku harus minta maaf.

—side story ; Renjun [Done]
next chapter : Taeyong (i)

side, nct [✓] Where stories live. Discover now