💛💚Lagu Cinta💚💛

90 53 10
                                    

Demi apapun gue baru nemu lagu yang, uuhhhhh banget. Mungkin kalian udah pernah denger lagu ini tapi, buat yang belum pernah denger, gue rekomendasiin banget lagu kak Tereza. Hooh lagunya kak Tereza, Lagu Cinta. Pas banget buat keadaan gue sekarang. Ahaiiii

💚💚💚

Jika engkau bulan
Aku kan jadi bintang
Yang menemani malam terang
Ku tahu engkau kesepian
Angin yang berhembus meniupkan kata-kata indah
Yang merayu memanjamu
Karena kutahu kau sayang padaku

Dengarlah dengarlah
Lagu cinta dariku
Yang ku persembahkan hanya padamu
Dan kau tak kan bisa berpaling dari cintaku
Karena aku sempurna untuk dirimu

Oh kasih
Genggam tanganku
Dan kan ku bawa dirimu menyelami isi hatiku

"Udah jangan sedih lagi."

Rachel berdecih pelan namun, tidak bisa di pungkiri kalau kedutan senyum menghiasi bibir mungilnya. Hanya sebuah lagu tapi entah kenapa Rachel bisa setenang itu.

"Masih sakit?" tanya Rachel sambil meringis melihat lebam di sudut bibir Bara

Seketika Bara meringis. Rachel gelagapan.

"Sorry, Bar," lirih Rachel penuh sesal

"Obatin, dong. Kamu yang buat bibir aku lebam begini," gerutu Bara

"Itu juga lo yang buat masalah lebih dulu," sangkal Rachel sinis

Masih tercetak jelas dalam benaknya waktu Bara memanggilnya dengan panggilan Guk yang sialnya membuat Rachel kadang berusaha mati-matian menahan senyuman.

"Guk-guk," panggil Bara dengan jahilnya

Rachel tidak menggubris Bara yang masih membuntut di belakangnya. Mood-nya benar-benar hancur. Apalagi jika ingatannya mengenai Saga dan Amel terlintas tanpa permisj di benaknya. Sungguh pasangan yang sama sekali menggelikan. Saga itu cocoknya sama gue bukan sama Amel yang berotak jongkok, dengus Rachel.

"Udah, dong, Guk jangan manyun terus. Nanti bibirnya kelides nyamuk, loh," celetuk Bara

Dalam hati Rachel melafalkan kalau yang bicara adalah rumput bergoyang. Masa bodoh jika bibir Bara akan kembang akibat kebanyakan nyerocos tiada henti.

"Ngomong dikit aja, Hel. Kalau kamu diam aja aku jadi pengen peluk kamu."

Bugh

"Aw," ringis Bara memegangi sudut bibirnya

Rachel tidak main-main memberikan bogeman mentah kepada Bara. Bisa dibuktikan dengan sudut bibir Bara yang mengeluarkan sedikit darah.

"Shit! Kamu jelmaan banget. Cewek jadi-jadian," protes Bara

"Makanya jadi cowok jangan nyebelin," dengus Rachel

"Apa yang kamu lakuin itu jahat," ucap Bara sedramatis mungkin

"Bodo!"

Rachel semakin mempercepat jalannya agar Bara tidak menyusul. Bagi Bara, dia cukup senang membuat Rachel melepaskan bogeman padanya yang pada artinya Bara bisa membuat Rachel melepaskan satu emosinya.

"Aduh aduh aduh," ringis Bara dengan mimik seserius mungkin

"Beneren masih sakit, ya, Bar?"

Bara menggeleng lalu berujar, "udah nggak lagi, kok. Aku kuat."

Bibir Rachel memberenggut kesal namun, tidak berlangsung lama karena wajah sedihnya kembali terukir.

"Mau aku nyanyiin lagi nggak?" tanya Bara

Rachel menggeleng pelan.

"Gue butuh sendiri, Bar," gumam Rachel namun masih bisa di dengar oleh Bara

"Kamu nggak akan pernah sendiri."

"Jangan drama."

"Siapa yang lagi drama? Emang kamu nggak akan pernah sendiri, masih ada Tuhan bersamamu. Kata guru ngaji aku, la tahzan innalaha ma'naa," sahut Bara

"Cie, pak ustadz," ledek Rachel

"Gini-gini aku bisa ngaji. Kamu mau minta mahar apa? Yang aku tahu bangak cewek minta mahar Ar-Rahman. Gimana? Mau nggak?" goda Bara sambil menaik turunkan alisnya

Bugh!

"Shit! Tangan kamu sadis banget," ringis Bara sambil memegangi bahunya yang malang

"Makanya kalau ngomong di saring," dengus Rachel

"Padahal tadi serius, Hel. Aku juga bisa jadi imam. Biasanya di rumah aku yang imamin, kok. Mau denger aku baca surah Ar-Rahman? Denger, ya," Bara menarik nafas sebelum kembali membuka bibirnya

Sementara Rachel menunggu dengan penasaran.

"Fabiayyi aalaa irobbikuma tukadzdziban. Gimana? Itu baru satu ayat. Nanti aku bakal hafalin satu surah Ar-Rahman buat mahar kamu," cerocos Bara tiada henti

Rachel hanya bisa memutar bola matanya jengah tapi, tidak di pungkiri kalau suara milik Bara enak di dengar.

"Rachel."

Rachel segera bangkit dari duduknya. Di depan sana Saga sudah menunggu dengan bola basket di tangannya. Ritual sore mereka.

"Bara, makasih buat hari ini. Gue pergi sama Saga dulu. Bye."

Tanpa menunggu balasan dari Bara, Rachel melangkah mendekati Saga. Keduanya berlalu meninggalkan Bara yang masih menatap Rachel dengan senyuman manisnya.

"Selamat bersenang-senang, Guk-gukku," lirih Bara

***

"Yes, gue gol lagi," pekik Rachel girang

Saga menjatuhkan dirinya di lapangan basket perkomplekan rumah mereka. Lapangan basket yang juga berdekatan dengan taman dan lapangan tenis. Tidak hanya mereka berdua tapi, juga ada anak kompleks yang bermain tenis atau hanya duduk di taman.

"Traktir makan selama seminggu," ujar Rachel mengingatkan Saga

"Gue belum pikun," sinis Saga sembari duduk

"Lo cowok apa cewek, sih," gerutu Rachel ikutan duduk di samping Saga

"Ngapain Bara di rumah lo?" tanya Saga tanpa menggubris pertanyaan Rachel

"Main-main, doang," jawab Rachel sekenanya tanpa melihat raut wajah Saga yang sedikit mulai mengeras

"Kenapa?"

Rachel menoleh dengan heran. Apa ada yang salah?

"Pertanyaan lo aneh tau nggak."

"Jawab aja, Hel," tekan Saga seakan tidak mau di bantah

Rachel tidak menanggapi, justru dia meraih botol minuman yang di beli oleh Saga sebelum mereka ke lapangan. Entah kenapa Rachel tidak menyukai pertanyaan yang di lontarkan oleh Saga. Salah gitu gue deket sama Bara? Dia pacaran sama Amel aja gue fine-fine aja. Nggak pernah protes, ya walaupun nyesek, batin Rachel.

"Hel."

"Udah mau maghrib. Pulang, yuk," ajak Rachel

Dengan terpaksa Saga mengikuti langkah Rachel meskipun dia masih belum menemukan jawabannya. Bara itu berengsek. Gue cuma nggak rela lo deket sama orang sejenis Bara, Hel. Lo sahabat gue dan gue nggak mau lo terluka karena ulah Bara.

Keduanya berjalan dengan hening. Rachel yang masih kesal dengan pertanyaan Saga. Dan, Saga yang masih tidak terima kedekatan Rachel dan Bara. Semuanya akan mudah jika keduanya tidak kekanak-kanakan.

💚💚💚

Yuhuuuuu kambekkkkkkkk!!!!

Lama, ya belum nongol. Udah terhitung lima atau enam hari. Writers block menyerang. Duh, sulitnya mengatasi penyakit satu ini bagaikan minum tanpa air. Canda ding. Tapi serius kalo penyakit ini bikin hidup terombang ambing. Udah, ah. Jan lupa follow akun Sscorphio10 Vote, comment and share ya.

See you again.
Paipai

kekasih bayanganWhere stories live. Discover now