#22. "Who Do You Love?"

10.1K 529 47
                                    


"She is like keys. If you choose her in your life, she can answer all your confused whenever she already open your heart without you knowing."

♡♡♡

Elena terbangun dari tidurnya dengan kepala yang terasa akan meledak. Perempuan itu meringis, seraya memegang kepalanya yang amat pusing.

Rasanya seperti ditusuk-tusuk oleh ribuan pisau dan dipukul oleh palu.
Elena melirik jam nakasnya sekilas. Sedetik kemudian ia membuang napasnya secara berlebihan, ketika menyadari bahwa perempuan itu bangun kesiangan di hari Senin.

"Kenapa aku bahkan bisa sepusing ini?" desis Elena pelan, mencoba bangkit dari tidurnya dan berjalan ke arah kamar mandi.

Pagi yang buruk untuk Elena dengan kepala kram seperti ini. Elena bahkan merasa otaknya ikutan kram ketika ia tidak mengingat apa pun yang terjadi kemarin.

Dia sedang berada di perpustakaan lalu dirinya bertemu dengan... Oh, mimpi buruk!

Pertengkaran kemarin lusa masih tak termaafkan bagi Elena. Siapa yang tak marah jika dituduh melakukan hal prostitusi hanya karena sedang
berada di hotel, dan diteriaki wanita murahan?

Perempuan itu sudah pasti akan membuat sulit Glen, jika berniat
meminta maaf padanya nanti. Mungkin, meminta maaf seraya sujud di kakinya? Terlalu mudah! Elena akan meminta pria itu mendirikan sebuah bangunan besar mengalahkan taj mahal, atau menyuruhnya mengiris jari kelingkingnya sendiri, sebagai bentuk permintaan maaf.

Elena mendengus kasar, ketika menyadari tak akan melaksanakan ide gilanya pada pria keparat itu. Dia hanya terlalu kesal.

Dan semakin kesal, ketika dirinya merasa lumpuh ingatan, karena tak bisa mengingat apa yang terjadi dengannya semalam, hingga sekacau ini.

Elena memukul-mukul kepalanya pelan, mencoba mengaktifkan otaknya yang tak bekerja, selama perjalanannya menuju kamar mandi.

Ia mencoba menggali sedikit pun ingatan kemarin, ketika ia dan Glen terjebak di perpustakaan. Tapi kemudian, tak bisa mengingat apa pun lagi, ketika semuanya benar-benar terasa buram.

Elena merasa deja vu dengan sakit kepala yang dirasakannya. Tentu saja, dia tidak mempunyai masalah kesehatan yang buruk. Dia memang jarang mengalaminya, kecuali ketika lelah dengan pekerjaannya,
wartawan yang menyerangnya dengan berpuluh pertanyaan dan ketika ia... mabuk.

Tapi, tidak mungkin juga mengalami hal itu di rumah ini. Alessa pasti tidak mengizinkan anaknya menyimpan alkohol di rumah orang tuanya.

Elena menghela napasnya kasar. Mencuci wajah dan menyikat giginya dengan cepat. Melupakan jadwal pagi mandi sejenak, ketika perutnya mulai terasa lapar.

Perempuan itu berjalan keluar kamar. Lalu, menyadari isi rumah yang telah kosong tanpa tuan rumah mereka.

•••

Glen benar-benar tidak fokus dibalik meja kerjanya. Ia memikirkan banyak hal, sejak kejadian semalam.

Kejadian tersebut sedikit membuatnya tidak tenang di balik meja kerjanya. Glen benar-benar merasa bersalah pada Alena. Tidak seharunya ia bertindak bodoh saat dijebak oleh Alessa. Tapi, kenyataannya Glen malah menikmati kebersamaan itu dengan Elena. Ia merasa sedang berkhianat dengan orang yang paling dibenci tunangannya.

Tetapi di sisi lain, pria itu merasa amat penasaran dengan Elena. Semalam, Glen merasa ada hal yang lebih penting dibanding pertengkaran
mereka. Tentang mengapa Glen merasa ego-nya terlalu tinggi pada wanita itu hingga berlaku terlalu kasar padanya, walau ia tidak pernah sekasar itu pada wanita mana pun.

Trapped In His ArrogantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang