07

328 44 5
                                    

Jungshook seketika.
Loker lama ibunya, apa maksudnya?

Rasanya aneh jika hal yang terjadi dan menimpanya sekarang ada sangkut pautnya dengan sang ibu. Tidak masuk akal dan Jungkook bahkan tak sanggup memikirkannya. Walau kebetulanpun, Jungkook tidak menyukainya. Membuatnya mual dengan tenggorokan tercekat seketika.

"L-loker ibuku?"

"Iya, kau berdiri tepat di depannya."

"Astaga.."

"Loker 68, itu loker ibumu dulu."

Jungkook sontak berpaling, baru tersadar kalau tadi ia sudah melangkah dari depan loker bernomor 66 yang berisi surat dari si perempuan, sehingga sekarang ia berdiri di depan loker lain.

"Astaga, syukurlah.." wajahnya langsung terlihat lega.

"Kenapa?"

"Tidak, tidak apa-apa."

"Ngomong-ngomong bagaimana kabar orang tuamu?"

"Mereka sehat, baik-baik saja. Eum, maaf tante Kim, sepertinya aku tidak sopan karena tidak mengingatmu."

"Ah, tidak apa Jung. Kau masih kecil saat aku, suami, dan anakku biasa berkunjung ke Busan. Padahal dulu kau dan Kim Arin sering bermain bersama, kau bahkan menangisinya setiap kali kami kembali ke Seoul."

"Kim Arin?" sudut otaknya tiba-tiba mengingat sebuah nama.

"Kim Arin, anakku. Kau ingat?"

Ia terdiam sejenak, otaknya sedang menggali ingatan masa lalunya. "Eum, anak perempuan yang biasa berkuncir dua itu?"

"Iya, itu Arin. Kau ingat kan sekarang? Aku jadi teringat kau yang dulu sering melepasnya lalu menguncirnya lagi. Kau dan Arin benar-benar dekat saat itu, aku dan ibumu bahkan sempat berpikir untuk menjodohkan kalian jika sudah dewasa."

Benar, Jungkook samar-samar mengingatnya. Teman masa kecil yang sering bermain bersamanya ketika libur sekolah tiba. Ia dan orang tuanya sering berkunjung ke rumah Jungkook di Busan ketika libur sekolah.

"Kim Arin, bagaimana kabarnya sekarang?"

"Baik saja. Ia sekarang tinggal dan kuliah di Amerika."

"Jadi ia sekarang ada di Amerika?"

"Sebenarnya ia pulang minggu lalu karena sedang libur kuliah. Kemarin ketika aku selesai mengajar ia sempat ke sini menjemputku. Kalau saja kau ke sini pada saat itu mungkin kalian bisa bertemu."

"Benar, sudah lama sekali tidak melihatnya."

"Kau ingin melihat fotonya?"

Ia merogoh ponsel di dalam tas hitam kulitnya dan menekan-nekan sebentar sebelum memperlihatkan sebuah foto.

Untuk sesaat Jungkook merasakan hawa panas di pipinya. Mungkin kalau ia berkaca dapat terlihat semburat merah di sana. Cantik sekali, ia ingat teman masa kecilnya itu dulu memang cantik tapi sekarang ia jauh lebih cantik.

"Waktu berjalan dengan sangat cepat ya Jung. Sekarang kau sudah sebesar ini, padahal dulu kau sedikit lebih pendek dari Arin. Aku masih ingat ia yang sering mencubiti pipimu, menyebutmu kelinci manisnya."

"Kelinci manis?"

"Dosen Kim, bisa bicara sebentar?" seorang wanita seumuran dengannya muncul dengan membawa banyak map di tangan, yang sepertinya salah satu dosen juga.

"Aku harus pergi. Senang bertemu denganmu, titipkan salamku kepada orang tuamu ya."

Jungkook terdiam sambil menatap punggung wanita paruh baya itu yang mulai menjauh. Kelinci manis? Rasanya Jungkook baru-baru saja mendengar kalimat itu dari perempuan yang menculik Min Yoongi.





ONE DAY✔Where stories live. Discover now