09

360 40 15
                                    

Terus berlari mencari halte busway terdekat dan Jungkook sudah tak memperdulikan jika tampilannya berantakan. Sesekali meringis sakit karena baru terasa nyeri di lututnya yang penuh goresan akibat beberapa kali terjatuh tadi di bioskop.

Memegang tenggorokannya yang sakit, kerongkongannya kering karena tak ada air yang masuk sejak ia tiba di Seoul. Jungkook berhenti sejenak membeli air minum yang banyak di jual di stand trotoar jalan lalu meneguknya tak sabaran sebelum kembali berlari meminimalisir waktu yang tidak banyak lagi.

Halte busway akhirnya terlihat. Ia mendaratkan tubuhnya di kursi panjang menunggu bus datang sambil menormalkan kembali nafas. Tak berapa lama bus tiba di halte, cukup banyak orang yang masuk berdesakan untuk mendapatkan tempat duduk sedangkan Jungkook sudah lelah, tak sanggup rasanya ikut berkutat di kerumunan itu. Lebih baik ia menunggu sampai benar-benar lengang.

Tinggal satu buah kursi yang kosong, hanya ia dan seorang nenek tua yang tak mendapat tempat duduk. Nuraninya menjerit, Jungkook itu selalu memprioritaskan orang lain sebelum dirinya sendiri. Ia sangat baik, hanya sayangnya sedang berada di tempat dan waktu yang salah.

"Silahkan duduk nek. Aku akan berdiri saja."

"Tapi kau nampak kelelahan."

"Tidak apa-apa."

"Benarkah?"

"Ya, silahkan duduk dengan nyaman."

"Semoga tuhan memberkatimu, nak."

Mengaminkannya dalam hati, mungkin kata-kata itulah yang ia butuhkan untuk saat ini. Semoga tuhan membantunya karena waktu yang tersisa tidak banyak lagi.

Bus terus berjalan membelah langit Seoul. Sampai pada titik tertentu laju bus tiba-tiba memelan, Jungkook melihat ke luar jendela, jalanan nampak macet sejauh ia memandang luasnya jalan raya. Mungkin di karenakan banyak orang yang baru pulang dari tempat kerja pada sore itu sehingga menyebabkan kemacetan.

"Astaga.. Kenapa harus macet di saat-saat seperti ini?"

Cukup lama bus berjalan pelan, padat merayap hampir tidak ada ruang yang tersisa antara satu mobil ke mobil lain. Sampai bus itu terdiam sepenuhnya, tidak bergerak satu meterpun.

"Kenapa berhenti? Apa tidak bisa bergerak sama sekali?" gumamnya.

"Tidak bisa. Kalau jam seperti ini biasanya memang sangat macet karena banyak pekerja kantoran yang baru pulang bekerja." sahut seorang pria. "Tunggu saja. Kau ingin duduk? Ayo gantian, biar aku yang berdiri."

Jungkook bukannya cemas ingin duduk, ia cemas akan sisa waktunya. "Tidak apa-apa. Tidak perlu berdiri."

Memejamkan mata dan mengambil satu tarikan nafas panjang, ia eratkan pegangan tangan pada tali ranselnya kemudian bergegas turun dari bus dengan cepat. Tak memperdulikan teriakan supir dan penumpang lain dari dalam bus yang terkejut melihatnya tiba-tiba turun.

Ia menerobos mobil-mobil yang memberi klakson padanya di tengah kemacetan sampai tiba di trotoar jalan. Tak mau membuang waktu lebih banyak lagi, ia berlari menuju jalan di mana hotel itu berada, masih jauh karena bus yang tadi membawanya belum cukup lama berjalan sudah harus terhenti karena macet.

"Huh.. Huh.." sesekali berhenti untuk mengambil banyak pasokan udara sebelum berlari lagi. Terima kasih kepada sepasang kaki itu, tidak sia-sia Kim Namjoon yang selama setahun terakhir sering mengajak Jungkook berlari di sepanjang sungai Han.

Jungkook masih berlari ketika matanya melihat sesuatu yang menyita perhatiannya. Di persimpangan dekat lampu merah banyak sekali mobil polisi, terasa menyeramkan dengan lampu biru merah berkedap-kedip serta gaung sirine yang memekakkan telinga.

ONE DAY✔Where stories live. Discover now