Bab 1 : Sang Ksatria dan Penasehatnya

29 0 0
                                    


Lonceng di sebelah kanan atas pintu masuk Red café berdenting menandakan pengunjung baru telah memasuki café yang dipenuhi dengan riuh percakapan manusia. Udara sejuk dari dalam café menerpa Rendra, membuatnya menghela nafas lega karena San Fransisco sedang dilanda udara panas di bulan Juni ini. Rendra mengamati sekelilingnya untuk mencari seseorang yang sudah tujuh tahun tak ditemuinya. Lima menit yang lalu orang itu memberitahu Rendra kalau Ia sudah berada di dalam café melalui pesan singkat.

"Rendra!" panggil seseorang dari sebelah kanannya dan membuat Rendra menoleh ke arah suara itu.

Seseorang dengan jaket jins berwarna biru pudar mengangkat tangannya dari meja di sudut cafe. Senyum terkembang di wajah itu. Rendra pun membalas senyumnya.

Rasa rindu tertuang dari keduanya ketika mereka berpelukan. Rasanya seperti saat mereka bertemu kembali setelah liburan semester genap di bangku SMA. Bertemu kembali dengan seseorang yang sangat berarti dalam hidup setelah waktu memisahkan mereka dalam jarak yang lama selalu menjadi hal yang sangat menyenangkan.

"It's good to see you my sweet Nizar." kata Rendra saat keduanya saling memandang setelah melepaskan pelukan.

"You lucky bastard! I don't know why but it's nice to see that stupid smile again!" balas Nizar.

Senyum lebar saling ditunjukkan oleh keduanya lalu mereka tertawa lepas. Nizar memberi isyarat pada Rendra untuk duduk di bangku yang menghadap ke tembok lalu meremas bahu Rendra dengan tangan kanannya.

"Kau masih bisa menggunakan Bahasa Indonesia?" tanya Nizar.

"Tentu saja." Rendra melepaskan genggaman tangan Nizar dari pundaknya, pura-pura merasa tersinggung. "Bunda tidak mau berbicara selain dengan Bahasa Indonesia setiap kali Ia menelfon."

Nizar tertawa, mengingat betul betapa tidak bisa dibantahnya ibu Rendra yang sudah seperti ibunya sendiri. Ingatannya kembali pada masa-masa dimana Ia dan Rendra melakukan banyak kenakalan dan akhirnya berakhir dengan aktivtas bercocok tanam di taman bunga mawar sebagai hukuman mereka.

"Gimana kabar Bunda? Sudah lama banget nggak ketemu." tanya Nizar lalu meminum Brazilian Arabica-nya yang sudah tinggal separuh cangkir.

"Fine. Healthy and has finally found her new favorite thing." Rendra menghela nafas, "Salsa."

Nizar tertawa.

Rendra mengangkat tangan dan memesan kopi favoritnya. Setelah memberikan senyum manis berlesung pipit andalannya pada si pramusaji yang datang ke mejanya, Rendra melanjutkan ceritanya, "Sudah 3 gelar juara yang dimenangkan Bunda selama 2 tahun belakangan. Sekarang ia sedang mengerjakan persiapan kursus salsa miliknya sendiri."

"Aku pasti bakal membahas soal itu waktu berkunjung ke rumah untuk memberikan undanganku." kata Nizar.

Senyum Rendra semakin melebar. "Congratulation bro. Finally she want to be your wife!"

Rendra mengetahui bahwa Nizar akan segera menikah saat melihat Instagram story Nizar beberapa minggu yang lalu. Kabar bahagia ini tentu saja sudah diberi selamat oleh Rendra lewat direct message, namun tidak afdol rasanya jika tidak membahasnya dalam pertemuan mereka kali ini.

Nizar memukul ringan lengan Rendra dan Rendra pura-pura mengeluh sakit. "Gita selalu mau jadi istriku, hanya saja waktu itu aku masih kalah dengan karirnya."

Keduanya lalu bertukar cerita tentang kehidupan mereka masing-masing. Nizar banyak bercerita tentang Gita dan kemampuan supernya yang mampu menjadi Manager di Divisi Riset di Kals Farma-yang adalah perusahaan farmasi terkemuka di Indonesia-di usianya yang masih 29 tahun. Rendra lebih banyak mendengarkan cerita Nizar dan hanya sesekali menanggapi karena senang rasanya mendenar cerita bahagia sahabat karibnya itu.

"Kalau Kau Ren? Ada kisah hebat selain kesuksesanmu jadi spesialis jantung paling dicari di San Fransisco?" tanya Nizar dengan senyum tertahan.

Rendra terkekeh sambil menggelengkan kepalanya. Kisah asmaranya tidak berjalan selancar studinya sehingga Rendra selalu berusaha untuk mengelak dari momen berbagi cerita dengan topik ini. Ia lalu menyembunyikan rasa enggannya untuk berbagi kisah asmaranya yang berakhir tragis dengan meminum latte nya. Namun karena Nizar adalah sahabatnya-sejak SMP-Rendra sadar Ia perlu membagi informasi tentang statusnya saat ini.

"I'm single and very happy." jawab Rendra.

"Sepuluh tahun di US dan tidak satupun ada perempuan berambut pirang yang tertarik magnetmu?"

"Pernah ada," Rendra terdiam sejenak. "Tapi mereka semua pergi karena membutuhkan laki-laki yang menomorduakan karir dalam hidupnya."

~~~

Hai, this is my first time going to Wattpad. Salam kenal semuanya. Senja Bersama Ella adalah novel pertama yang pernah aku buat, so alau kalian suka novel ini jangan lupa vote, share, or comment ya.. Thank youu

Cerita Cinta PertamaWhere stories live. Discover now