Bab 2 : Yang Patah Tumbuh Kembali, Yang Hilang Ditemukan

16 0 0
                                    


Rendra menceritakan petualangan asmaranya pada Nizar mulai dari hubungannya dengan Peyton saat Ia memasuki tahun keduanya di Harvard, hubungannya dengan Gillian saat memasuki masa residensinya, sampai kisah gagalnya hubungan paling serius-yang kandas ketika Rendra menerima surat penerimaan S2 nya di San Fransisco Medical School-yang dijalani Rendra bersama Evangeline selama tiga tahun lamanya. Semua kisahnya itu Ia bagi secara singkat dan padat karena Rendra tidak ingin menerima pandangan menghakimi dari Nizar.

Setelah Rendra selesai bercerira, Nizar terdiam sejenak sambil bersandar ke kursinya dengan tangan terlipat di depan dada. "Karir memang bisa menjadi musuh terbesar suatu hubungan karena keduanya membutuhkan waktu, kesabaran, dan usaha terbaik. Aku rasa ada baiknya mereka meninggalkanmu. Kau bisa fokus pada karirmu dan menjadi seperti sekarang. Kau dan aku hanya tidak cukup beruntung untuk bisa mendapatkan kesuksesan pada karir sekaligus kehidupan asmaranya secara bersamaan"

Entah kenapa, mendengar Nizar berkata demikian membuat Rendra merasa kalau semua akan baik baik sajaRendra benar-benar tidak menyangka Nizar akan berkata demikian. Sahabatnya sejak SMP ini benar-benar sudah berubah dari bocah menjadi pria seutuhnya.

"Aku bahkan dicampakkan oleh Gita sesaat setelah Ia berhasil menjadi manager." canda Nizar.

Rendra terkekeh pelan. "I'm truly happy both of you could overcome that storm and comeback get stronger than before."

"Yeah me too."

Keduanya lalu sibuk mengenang kembali masa-masa SMA penuh kejahilan setelah Nizar membagi cerita tentang Mikael, wakil kapten Nizar di tim basket sekolah kala itu, yang sekarang menjadi guru olahraga di SMA mereka. Setelahnya ada cerita-cerita tentang kelanjutan hidup orang-orang yang bermakna bagi mereka di masa itu sembari tawa melingkupi mereka. Tak satu pun dari mereka menyangka akan sampai pada tahap ini, mengobrol santai di salah satu café terkenal di San Fransisco tanpa khawatir akan hal apapun karena semua sudah berada pada tempatnya.

"Kita memiliki masa SMA yang luar biasa." kata Nizar dengan ringan.

"The best." Rendra menyeringai. "Walau tidak ada yang lebih keren dari pada mencuri mangga milik Pak Bondan."

Keduanya lalu tertawa terbahak-bahak. Selang beberapa saat kemudian, setelah keduanya membasuh keringnya tenggorokan karena tertawa terlalu keras dengan kopi mereka, Nizar memandang Rendra dalam waktu yang lama. Rendra tahu sekali tatapan itu. Tatapan itu selaluNizar berikan saat Nizar ingin bertanya atau mengungkapkan sesuatu yang serius.

"Ada apa?" tanya Rendra.

Nizar terdiam sejenak. Ia sadar dari semua cerita dengan canda tawa mereka mengenang masa SMA, Rendra melewatkan satu hal yang justru sangat bermakna dalam masa SMA Rendra. Ia juga sadar bahwa mengungkitnya kembali akan membuat suasana menjadi tidak nyaman karena Nizar ingat betul betapa terpuruknya Rendra kala itu. Membuat Rendra kembali merasa terpuruk atas ketidakberuntungannya dalam kisah asmaranya adalah hal terakhir yang Nizar inginkan, namun Nizar juga merasa bersalah jika Ia menyembunyikan hal itu dari Rendra. Pada akhirnya, Nizar memutuskan untuk membiarkan apa yang seharusnya terjadi menjadi kenyataan dan apa yang seharusnya tidak terjadi tetap tidak terjadi.

"Aku rasa ada sesuatu yang harus Kau tahu." kata Nizar lalu mendorong amplop coklat yang dikeluarkannya dari dalam tasnya ke arah Rendra. "Tidak ada maksud apapun dari tindakanku ini. Secara kebetulan aku menemukannya dan aku rasa semakin lama aku menyembunyikannya darimu, semakin alu merasa bersalah."

Dahi Rendra berkerut karena Nizar berkata dengan sangat serius. Ia mengambil amplop itu lalu membukanya. Ada selembar foto dimana dua orang perempuan tersenyum ke arah kamera di sebuah tempat pesta, satu perempuan berambut panjang dan satu berambut pendek sebahu. Rendra mengenali kedua perempuan itu. Perubahan keduanya dari terakhir kali Rendra bertemu mereka membuat mereka semakin cantik. Perbedaannya, si perempuan berambut panjang tersenyum bahagia sedangkan si perempuan berambut pendek tersenyum karena terpaksa.

Cerita Cinta PertamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang