Bab 3 - Cerita Pertama

9 0 0
                                    

Flashback 2003

"Thanks Bu Dewi!" kata Rendra sambil melangkah keluar kantor Tata Usaha (TU) tanpa mengamati sekitarnya karena berkas kelengkapan beasiswanya tampak lebih menarik untuk diperhatikan. Oleh karenanya saat melewati pintu kantor TU, Rendra tidak sadar bahwa ada anak tangga yang memisahkan lobby dengan kantor TU dan itu membuatnya kehilangan keseimbangan. Berkas yang berada di tangannya pun berhamburan ke seluruh lobby TU.

"Huh." gerutu Rendra sambil memunguti berkas-berkasnya.

Tiba-tiba sebuah tangan dengan beberapa berkasnya yang terhambur terulur ke arahnya. Rendra menerima berkas itu lalu mendongak untuk mengetahui siapa yang membantunya mengumpulkan berkasnya sambil berterimakasih.

"Sama-sama" kata orang itu dengan lirih sambil tersenyum kecil.

Rendra terperangah. Bukan karena orang itu adalah siswi baru yang masih mengenakan atribut orientasi lengkap yang tampak sangat konyol, tapi karena kehampaan yang terpancar dari mata gadis itu. Gadis itu tersenyum namun senyumnya tidak terpancar di kedua matanya yang besar. Rendra yakin hukuman mengambil sampah tidak akan membuat gadis itu tampak seputus asa itu.

"Kau tidak apa-apa?" tanya Rendra tanpa sempat menghentikan dirinya sendiri. Ia bahkan menggunakan panggilan aku-kamu yang selalu digunakannya untuk berbicara kepada semua orang terdekatnya.

Mata gadis itu melebar, tidak menyangka Rendra akan menanyakan hal itu. Setelah beberapa detik, gadis itu mengangguk lalu menundukkan kepalanya. Jelas terlihat kalau gadis itu tidak mau orang asing yang baru pertama kali ditemuinya bertanya mengenai hal yang bersifat pribadi.

"Terimakasih." kata Rendra mengubah pembicaraan supaya gadis itu merasa nyaman berbincang dengannya, "Kau pasti menyaksikan betapa konyolnya aku saat kehilangan keseimbangan."

Gadis itu menatap Rendra dalam satu kedipan mata lalu kembali menunduk setelah mengangguk tanda menyetujui pernyataan Rendra. Rendra tersenyum dibuatnya.

How adorable, pikir Rendra.

"Aku Rendra."

Gadis itu tidak bergeming. Ia tidak mungkin tidak melihat tangan Rendra yang terulur ke arahnya. Fakta bahwa gadis itu hanya sepundak Rendra dan wajahnya yang tertutup tirai atribut rambut palsu dari rafia membuat Rendra semakin penasaran karena tidak bisa mengamati reaksi gadis itu.

Sesaat sebelum Rendra akan menunduk untuk melihat reaksi gadis itu secara langsung, gadis itu mengucapkan namanya dengan lirih sambil menyambut tangan Rendra. "Ella"

"Siapa? Aku tidak dengar." tanya Rendra walaupun Ia sudah mendengar nama gadis itu. Ia tidak akan membiarkan percakapan mereka ini terlupakan begitu saja oleh si gadis.

"Ella." ulang gadis itu dengan suara lebih keras. Kali ini Ia mendongakkan kepalanya untuk menatap mata Rendra dengan kedua matanya yang besar.

Rendra tersenyum.

So brave and adorable, pikir Rendra.

"Senang bertemu denganmu Ella. Semoga kita bisa sering bertemu." kata Rendra yang membuat pipi gadis itu memerah seketika. Bukan karena udara Jakarta yang panas atau rambut palsu merahnya yang konyol, tapi karena kata-kata Rendra.

Melihat betapa cantiknya gadis itu dengan pipi memerah membuat Rendra bertekad untuk selalu menjadi alasan dibaliknya memerahnya pipi gadis itu. Setelah pertemuan pertama mereka, Rendra tidak bertemu Ella seminggu lamanya sampai pada suatu siang saat Ia memutuskan untuk menerima ajakan Nizar bermain basket di jam istirahat mereka. Rendra mendongak ke arah jendela perpustakaan di lantai 2 dan mendapati seseorang mirip dengan Ella sedang mengamatinya. Tadinya Rendra pikir itu hanya penggemar Nizar seperti yang lain, namun setiap kali Rendra mendongak, orang itu selalu membuang muka. Hal itu terjadi lagi di kemudian hari saat Rendra dengan sengaja mengecek apakah orang itu akan mengamatinya seperti kemarin atau tidak dan ternyata dugaannya benar. Orang itu adalah Ella.

Rendra melakukan hal yang sama di hari berikutnya dan membuat Nizar terheran-heran karena sebelumnya Nizar harus selalu memaksa Rendra untuk menjadi shooter-nya. Rendra lebih suka menghabiskan waktu di kelas dengan tidur atau makan di kantin dibandingkan bermain basket walaupun Rendra jago menembak tiga poin. Sayangnya, hari itu Rendra tiba-tiba pamit dari permainan yang baru berjalan selama lima menit dan menghilang entah kemana. Bukan hanya Nizar yang kebingungan, tapi juga Ella yang sudah tiga hari ini sibuk mengamati Rendra dari jendela perpustakaan di lantai dua.

Bahu Ella merosot karena tahu bahwa waktunya melihat Rendra dari kejauhan sudah habis. Ia selalu menantikan jam istirahat karena bisa melihat Rendra walau hanya dari jauh. Beberapa kali Rendra merasakan tatapan Ella dan mendongak ke arah Ella namun Ella dengan gesit menyembunyikan dirinya. Sejak pertemuan pertamanya dengan Rendra di lobby TU, Ella tidak bisa melupakan laki-laki itu.

Beberapa teman sekelas Ella membicarakan tentang Rendra dan teman yang selalu bersamanya di kantin yang bernama Nizar. Mereka berdua dijuluki 2T karena tampan dan tinggi. Ella beberapa kali melihat Rendra di kantin namun Ia tidak memiliki keberanian untuk sekedar masuk ke dalam area pandangan Rendra. Ella tidak mau mempermalukan dirinya karena Ia yakin Rendra pasti tidak mengingatnya. Sayang, kali ini Ella salah besar.

"Hai." sapa Rendra, berdiri di depan Ella dengan nafas terengah-engah dan senyumnya yang lebar.

Ella terlalu terkejut untuk bisa memberikan respon apapun. Ia tidak pernah menyangka sosok yang selama tiga hari belakangan diperhatikannya dari tempatnya duduk saat ini berada di depannya, tersenyum dan menyapanya.

Sebaliknya, senyum Rendra justru semakin lebar dan rasa bangga terpencar darinya. Ella yang tidak merespon sapaannya dan hanya terdiam menatapnya dengan mata terbelalak adalah bukti bahwa rencananya berhasil. Sejak yakin bahwa orang yang memperhatikannya dari perpustakaan adalah Ella, Rendra mengusung misi untuk menangkap basah Ella supaya Ia bisa bertemu kembali dengan gadis yang dicarinya seminggu belakangan.

Rendra melipat kedua tangannya dan meletakkannya di atas meja lalu mendekatkan badannya ke arah jendela. Ia mengamati lapangan basket sejenak lalu berkomentar, "Hanya terlihat kepala dari atas sini. Bagaimana Kau tahu posisiku jika hanya kepalaku yang terlihat?"

"Kau memakai Converse classic." jawab Ella tanpa mengalihkan pandangannya dari Rendra.

Jawaban Ella ini membuat Rendra terkejut. "Kau memperhatikan sepatuku?" tanya Rendra dengan nada sedikit memekik.

"Sshhttt!" protes pengunjung perpustakaan yang lain.

Rendra menekan kedua bibirnya untuk menahan senyumnya. Begitu juga dengan Ella. Senyum kecil yang tertahan muncul di wajah gadis itu membuat Rendra merasa lega. Entah kenapa Rendra merasa bahagia menjadi alasan munculnya senyum-yang walau hanya kecil-di wajah cantik itu.

"Kau dimana saja?" tanya Rendra dengan pelan.

Senyum menghilang dari wajah Ella. Ia menatap Rendra sejenak sebelum menjawab dengan lirih, "Di sini."

"Kau tidak pernah ke kantin?"

"Tidak sering." jawab Ella.

"Lalu kenapa aku tidak pernah melihatmu?"

"Mungkin karena aku tidak ingin terlihat." Ella mengangkat bahunya sambil tersenyum lemah, "Atau mungkin aku memang tidak terlihat dari tempatmu berada."

Ella terlihat sangat sedih dan kesepian, seperti kucing yang ditinggalkan tuannya. Pada saat itulah muncul dorongan dalam diri Rendra untuk memeluk atau sekedar membelai rambut gadis di depannya itu, namun Rendra berhasil menahannya karena Ia tidak mau Ella takut padanya. Seumur hidupnya Ia tidak pernah merasakan dorongan sekuat ini muncul. Oleh karenanya, Rendra berjanji, mulai saat ini Ia akan menjadi orang yang akan hadir mengisi hidup Ella dan menghilangkan kesedihan itu dengan segala kemampuan yang Ia miliki.

~~~

Hello helloo!!! 

Sorry about me broke the promise about the update time, but here is the new chapter for you guys. Hope you enjoy it because I enjoy the interaction between Ella and Rendra a lot !!! 

Cerita bakal semakin menarik karena obviously, Ella and Rendra will reunite and bakal muncul tokoh baru.. hmmm siapa yaaaaaa~ Stay tune at Sunday to find out. 

Jangan lupa like, share, vote, and comment for this story because your voice is my motivation to write more. Enjooyy~

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 30, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Cerita Cinta PertamaWhere stories live. Discover now