AOS : Bagian 14

5.3K 648 9
                                    

Sam mengubah posisi bebaringnya menjadi duduk menghadap para gadis itu. "Gue punya satu ide, El."

Rimba yang mendengar Sam hendak mengeluarkan ide itu sontak langsung terduduk. "Jangan macem-macem, Sam!"

"Tapi, memang sedikit beresiko, El." Sam tidak peduli dengan peringatan Rimba, hingga memhuat temannya itu menggeram.

Elka yang melihat respons Rimba, mengerutkan kening. Kenapa Rimba sepertinya tidak suka dengan ide Sam?

"Coba lo jelasin dulu, Sam."

"Nggak. Nggak ada." Rimba menyahut cepat.

"Lo apa-apaan, sih Rim. Kalau Sam punya ide, wajar dong kalau kita dengarin dulu!" bantah Lea.

"Gue bilang nggak. Tetep nggak!"

"Ya, kenapa?"

Rimba diam. Tatapannya bertemu dengan Andra, cowok itu menghela napas lelah. Vano pun demikian, mereka bingung menjelaskan prahara ini.

"Diem, kan lo? Udahlah, Sam kasih tahu ide lo apa!"

"Sudahlah, Lea. Kita udah denger ide Sam tadi subuh. Dan itu nggak bagus," ucap Vano berusaha melerai.

"Kita juga pengen denger dong!" kekeuh Lea.

"Ini memang berbahaya, tapi gue jamin 60% berhasil."

"Dan lo mengabaikan 40% sisanya, Sam? Jangan gila!" Lagi-lagi Rimba dibuat emosi oleh sahabatnya itu.

"Terus kita harus apa? Petunjuk apalagi yang kita punya? Rencana apa lagi yang akan kita gunakan?" Sam membalas tak kalah emosi.

"Kita pikirkan yang lain. Jangan rencana lo!"

"Mau sampai kapan? Mau sampai satu persatu dari kita kehilangan nyawa?" balas Sam sarkast.

"JAGA OMONGAN LO!" bentak Rimba. Emosinya tersulut, sunggu dia tidak terbiasa menerima bantahan.

Sam berdecih, kemudian menatap Rimba sinis. "Apa yang lo takutin? Kita semua di sini adalah tim. Saling menjaga. Gue yakin, Elka pasti setuju sama rencana gue!"

"JUSTRU ITU YANG GUE TAKUTIN, BANGSAT!"

BUGH

Rimba melepaskan bogemannya ke rahang Sam. Sam yang memang tidak mengira serangan tiba-tiba itu tentu saja terhunyung ke belakang. Suasana makin panas, Lea dan Annisa bahkan berteriak histeris. Vano dan Andra berusaha menenangkan Rimba dan Sam masih terbaring, bibirnya sobek dan mengeluarkan sedikit bercak darah. Ia memejamkan matanya, ini kali pertama dia bersitegang dengan Rimba.

Hanya Elka yang terdiam dengan ekspresi tenang. Ia bersandar di lemari mini tempat pakaiannya, ia duduk bersila sambil bersidekap dada. Wajahnya terlihat tenang, namun tatapannya tajam dan dingin.

"Rimba Mahes Brawijaya, Samuel Artha Kavindar! Apa yang kalian sembunyiin dari gue?" desis Elka rendah dan penuh penekanan.

Semua mata teralih kepada Elka. Ekspresi dinginnya sudah cukup menjelaskan bahwa gadis itu tidak suka dengan situasi sekarang ini. Sam bangun dari posisinya, Vano dan Andra melepaskan pegangan mereka di tangan Rimba. Mereka sepenuhnya menatap Elka, Lea dan Annisa. Masih terdiam, kelu untuk berbicara.

Elka terkekeh sini, matanya menajam lalu tersenyum miring. "Rimba, orang goblok yang nasehatin gue tentang definisi tim sekarang melanggar definisinya sendiri?" Elka berdecak sinis kemudian melayangkan senyum remeh.

Mereka masih terdiam.

"Sam, cowok yang gue pikir punya otak paling dewasa di antara kita-kita, tenang dan teoritis sekarang malah ragu menyampaikan argumen bahkan hanya dengan bantahan Rimba."

About Our School [✔] Where stories live. Discover now