AOS : Bagian 16

5.3K 658 21
                                    

Lea mengedarkan pandangannya ke koridor yang asing untuk penglihatannya. Tangannya sudah terikat erat ke belakang, mulutnya terbekap dengan kain, terasa erat dan sedikit membuatnya kesakitan. Langkahnya terseok-seok akibat berjalan sambil diseret oleh lelaki misterius di depannya itu. Lea masih menatap satu persatu pigura yang dilewatinya, berdebu dan tak terurus.

Langkahnya dibawa membelok ke sebelah kiri. Koridor yang cukup luas namun sangat sepi, bahkan ia bisa mendengar suara pijakannya sendiri. Padahal ia hanya menggunakan sepatu convers, tapi suaranya seakan menggema di seluruh koridor. Suasana hening sepanjang koridor bukannya menenagkan, justru terasa sangat mencekam dan menakutkan bagi Lea.

Mereka terus berjalan, hingga akhirnya Lea melihat sekitar lima meter dari jaraknya berjalan sekarang, sebuah pintu berwarna hitam dengan ukiran indah namun terlihat kuno, berdiri gagah seakan menandakan kehebatan orang dibaliknya. Susah payah Lea meneguk ludah, ketakutannya bertambah. Di lantai yang mempunyai koridor besar dan panjang ini hanya ada satu ruangan? Benar-benar tempat yang aneh.

Orang yang membawanya memutar handel pintu, ternyata tidak dikunci.

"Saya membawa kelinci yang anda minta, Tuan."

Apa tadi? Lea tidak salah dengar, kan? Kelinci katanya? Astaga. Walau dengan mata berkaca-kaca dan ketakutan yang bertambah, Lea tidak bisa menghentikan hatinya yang mengutuk orang di hadapannya itu.

Orang itu, tertawa kecil kemudian membalikan tubuhnya dan ... Lea mematung. Orang itu, figur terkenal yang selalu dielu-elukan kehebatan dan kemisteriusannya dalam memimpin sekolah ini. Pak Rayne Swirtz Mozary, Direktur SMIHS. Swirtz Mozary International High School.

"Bagus. Ah, aku harus banyak bersabar sebelum mendapatkan gadis istimewa itu. Jadi, aku sepertinya harus bermain-main dengan kelinci lain dulu sambil memperingati mereka. HAHAHAHA ... ayo mendekat gadis manis."

Lea memberontak, tubuhnya bergetar takut, namun sebisa mungkin ia tidak menunjukannya. Dalam hati ia terus melemparkan sumpah serapah. Oh, kalau saja ia berhadapan dengan orang-orang yang selalu memuji bajingan ini sekarang, ia pasti akan menertawakan mereka sambil terus memaki orang yang mereka dewakan ini.

"Jangan melawan, sayang, nanti tambah sakit." Lelaki itu mengibaskan tangannya kearah si anak buah yang mengantarkan gadis itu. "Kamu ingin berbicara, yah? Sini, aku lepaskan ikatan dimulutmu."

"BRENGSEK!" Sungguh Lea sudah sangat menunggu untuk bisa mengeluarkan umpatan itu. Terserahlah, entah apa yang ia dapatkan nanti. Dia tidak peduli.

"HAHAHAHA ... kau sungguh gadis yang manis. Terima kasih atas pujianmu."

Lea tak habis pikir mendengar sahutan itu. "Lo gila!" Persetan dengan kesopanan, Lea tak perlu sopan dengan iblis sepertinya.

"Wooow ... wooww ... kau kasar sekali, Nona." Secara tiba-tiba Mr. Rayne menampar pipi Lea, sehingga kacamata gadis itu terjatuh. "Teman-temanmu sebenatar lagi akan menyusul, jadi sebaiknya kita bersenang-senang lebih dulu. Kau sudah tidak sabar, bukan?"

Lea muak. Benar-benar muak! Tubuhnya bergetar takut, namun hatinya memberontak. Ia geram, marah sekaligus jijik. Hingga dengan berani ia meludahi wajah si bajingan itu.

Cuih ....

Persetan dengan segalanya! Toh, Lea sudah tahu apa yang akan terjadi padanya nanti. Tidak peduli! Dia hanya ingin memuaskan keinginannya sebelum semuanya berakhir.

"Shit! Apa yang kau lakukan? Gadis bodoh!"

Lea tersenyum sinis. "Lo pantes dapetin itu! Dasar manusia menjijikan!"

About Our School [✔] Where stories live. Discover now